PERJALANAN BANGSA
INDONESIA MASA PRA AKSARA, HINDU-BUDHA DAN ISLAM
(KISI-KISI UJIAN
SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL)
I. KEHIDUPAN SOSIAL, KEBUDAYAAN DAN TEKNOLOGI
MASA PRAAKSARA DI INDONESIA
1. Masa Berburu dan Meramu (Food
Gathering)/Mengumpulkan Makanan
a) Kehidupan Sosial
1. Pada masyarakat food gathering,
mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati
harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh
karena itu mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah
sebagai berikut:
a.
Binatang
buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
b.
Musim
kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air
yang lebih baik.
c.
Mereka
berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan
mudah diperoleh.
2.
Mereka
masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok
yang tinggal di daerah pantai
3.
Mencari
makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau
danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.
4.
Mereka
hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti
binatang buruan atau mengumpulkan makanan.
5.
Dalam
kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada
umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan
makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu
makanan yang akan di makan.
6.
Hubungan
antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup
serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang
buas.
7.
Populasi
pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan
yang masih sangat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai
bahaya.
b) Kehidupan Budaya
1.
Dengan
peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama
kelamaan mereka membuat perahu.
2.
Mereka
belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara
memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.
3.
Mereka
sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai
kulit-kulit kerang sebagai kalung.
4.
Untuk
mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan
kayu.
5.
Pada
masa itu mereka memilih untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut
ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu,
seperti:
– Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak
genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
c) Teknologi
Teknologi
masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat
yang digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.
2. Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan
Beternak
a) Kehidupan Sosial
1.
Kehidupan
bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan
cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka
akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama
seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada
perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah
persawahan
2.
Telah
tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut,
dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini
menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa
manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
3.
Dengan
hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk
mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang
dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
4.
Jumlah
anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok
perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
5.
Populasi
penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
6.
Muncul
kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk
menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
7.
Diangkat
seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para
anggotanya.
8.
Mereka
hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan
saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Kehidupan Budaya
1.
Kebudayaan
semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk
menciptakan kebudayaan yang lebih baik
2.
Peninggalan
kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik
yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang
3.
Hasil
kebudayaan pada masa bercocok tanam:
Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah,
Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum
seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
c) Teknologi
Pada
masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang
luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban
manusia yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga
terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan
umat manusia.
3. MASA PERUNDAGIAN
a) Kehidupan Sosial
1.
Jumlah
penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan
peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak
mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;
2.
Mereka
memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat
memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
3.
Dengan
diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;
4.
Dalam
masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil
untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda
logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
5.
Dari
segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada
pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing
individu;
6.
Pembagian
kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga
berdagang di pasar.
b) Kehidupan Budaya
1.
Masyarakat
zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai
bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan
masyarakat perundagian yang tinggi;
2.
Zaman
ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan
teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu,
semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
3.
Pada
zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada
tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih
tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan
pencampuran logam.;
4.
Pada
zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana
harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada
zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat
benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa
sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem
pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;
5.
Pada
zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang
semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut
tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.
c) Teknologi
1.
Teknologi
dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi
tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan
karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut
diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina;
2.
Logam
digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain
itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari
batu;
3.
Zaman
logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat
peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
4.
Teknik
yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai
berikut :
1.
Benda
yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala
bagiannya;
2.
Model
lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;
3.
Dengan
cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan
cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
4.
Jika
lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;
5.
Setelah
dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang
terbuat dari logam.
II. TEORI ASAL-USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
Tahukah
kalian, dari mana asal-usul nenek moyang bangsa kita? Ada yang menyebutkan
nenek moyang kita berasal dari cina, ada yang bilang nenek moyang kita berasal
dari melayu, ada yang bilang berasal dari Taiwan, bahkan ada yang bilang
berasal dari afrika. Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari mengenai
teori-teori asal-usul nenek moyang Bangsa Indonesia dari para ahli sejarah dan
antropologi.
1.
Teori Yunnan
Teori ini menyatakan bahwa
asal-usul nenek moyang kita berasal dari Yunnan, China. Teori ini didukung oleh
Moh. Ali, yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol
yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan migrasi
menuju ke selatan.
Ada pula R.H Geldern dan J.H.C.
Kern yang juga mendukung teori ini. Dasar pendapat mereka berdua adalah :
- Ditemukannya kapak tua di
wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan kapak tua yang ada di
kawasan Asia Tengah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa telah tejadi
migrasi penduduk dari Asia Tengah ke Kepulauan Nusantara.
- Bahasa melayu yang
berkembang di Nusantara memiliki kemiripan dengan bahasa champa yang
ada di Kamboja. Hal ini membuka kemungkinan bahwa penduduk champa yang ada
di Kamboja berasal dari dataran Yunnan dengan menyusuri sungai Mekong.
Arus perpindahan ini selanjutnya diteruskan ketika sebagian dari mereka
melanjutkan perpindahan dan sampai ke wilayah Nusantara.
Menurut
teori ini, migrasi penduduk dari Yunnan menuju Kepulauan Nusantara ini melalui
tiga gelombang, yaitu ; perpindahan orang negrito, proto melayu dan juga deutro
nelayu.
- Orang Negrito Orang negrito
diperkirakan sudah memasuki Kepulauan Nusantara sejak 1000 SM. Mereka
diyakini sebagai penduduk paling awal Kepulauan Nusantara. Hal ini
dibuktikan dengan penemuan arkeologi di gua Cha, Malaysia. Pada
perkembangannya, orang Negrito menurunkan orang Semang. Cirri-ciri fisik
orang Negrito yaitu berkulit gelap, rambut keriting, hidung lebar dan
bibir tebal.Di Indonesia, ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua.
Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai),
serta suku Papua melanosoid mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
- Proto Melayu Migrasi orang proto
Melayu ke Kepulauan Nusantara diperkirakan memasuki wilayah Nusantara pada
2500 SM. Sebutan Proto Melayu adalah untuk menyebutkan orang-orang yang melakukan
migrasi pada gelombang pertama ke Nusantara. Yang termasuk orang-orang
Proto Melayu adalah suku Toraja, Dayak, Sasak, Nias, Rejang, dan Batak.
Orang proto Melayu memiliki keahlian lebih baik dalam hal bercocok tanam
bila dibandingkan dengan orang Negrito.
- Deutro Melayu Deutro Melayu adalah
sebutan untuk orang-orang yang melakukan gelombang migrasi pada gelombang
kedua ke Nusantara. Kedatangan Deutro Melayu ke Nusantara diperkirakan
pada 1500 SM. Suku bangsa yang termasuk Deutro Melayu di Indonesia, antara
lain Minangkabau, Aceh, Sunda, Jawa, Melayu, Betawi, dan Manado.
2.
Teori Nusantara
Teori Nusantara menyatakan
bahwa asal usul bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan dari
luar. Teori ini didukung antara lain oleh Muhammad Yamin, Gorys Keraf, dan
J.Crawford. Teori ini dilandasi oleh beberapa argument, antara lain :
- Bangsa Melayu merupakan
bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban ini tidak mungkin dapat dicapai
apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.
- Bahasa Melayu memang
memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja), namun persamaan ini
hanyalah suatu kebetulan saja.
- Adanya kemungkinan bahwa
orang Melayu adalah keturunan dari Homon soloensis dan Homo
wjakensis.
- Adanya perbedaan bahasa
antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara dengan bahsa
Indo-eropa yang berkembang di Asia Tengah.
3.
Teori Out of Taiwan
Teori ini berpandangan bahwa bangsa yang
ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan bukan Daratan Cina. Teori ini didukung
oleh Harry Truman Simanjuntak. Menurut pendekatan linguistic, dijelaskan bahwa
dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-suku di Nusantara memiliki
rumpun yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Akar dari keseluruhan cabang bahasa
yang dipergunakan leluhur yang menetap di Nusantara berasal dari rumpun
Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan. Selain itu, menurut
riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan
pola genetika dengan wilayah Cina.
4.
Teori Out of Africa
Teori ini menyatakan bahwa manusia modern
yang hidup sekarang berasal dari Afrika. Dasar dari teori ini adalah
berdasarkan ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen perempuan dan
gen laki-laki. Menurut ahli dari Amerika Serikat, Max Ingman, manusia modern
yang ada sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-200 ribu tahun
lalu. Dari Afrika, mereka menyabar ke luar Afrika. Dari hasil penelitian
Ingman, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa gen manusia modern bercampur
dengan gen spesies manusia purba.
Manusia Afrika melakukan migrasi ke luar
Afrika diperkirakan berlangsung sekitar 50.000-70.000 tahun silam. Tujuannya
adalah menuju Asia Barat. Jalur yang mereka tempuh ada dua, yaitu mengarah ke
Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai lalu ke utara melewati Arab
Levant dan yang kedua melewati Laut Merah. Pada 70.000 tahun yang lalu bumi
memasuki zaman glasial terakhir dan permukaan air laut menjadi lebih dangkal
karena air masih berbentuk gletser. Dengan keadaan seperti ini mereka sangat memungkinkan
menyeberangi lautan hanya dengan menggunakan perahu primitif.
Setelah memasuki Asia, beberapa kelompok
tinggal sementara di Timur Tengah, sedangkan kelompok lainnya melanjutkan
perjalanan dengan menyusuri pantai Semenanjung Arab menuju ke India, Asia
Timur, Indonesia, dan bahkan sampai ke Barat Daya Australia, yaitu dengan
ditemukannya fosil laki-laki di Lake Mungo. Jejak paling kuat untuk membuktikan
bahwa manusia Afrika telah bermigrasi hingga ke Australia adalah jejak
genetika.
Banyak ahli - ahli yang menyampaikan
pendapatnya tentang Asal - Usul Bangsa Indonesia. Ada pendapat
yang diterima dan ada juga yang tidak, dan pendapat yang diterima itulah yang
disebut sebuah teori. Berikut adalah Nama Ahli beserta pendapatnya tentang Asal
- Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia :
1.
Drs. Moh. Ali
Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal
dari daerah Yunan, Cina. Pendapat ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang
berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak
oleh bangsa-bangsa lebih kuat sehingga mereka pindah ke selatan, termasuk ke
Indonesia. Ali mengemukakan bahwa leluhur orang Indonesia berasal dari
hulu-hulu sungai besar yang terletak di daratan Asia dan mereka berdatangan
secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari 3.000 hingga 1.500 SM
(Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada 1.500 hingga 500 SM (Deutro
Melayu). Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan Neolitikum dengan jenis
perahu bercadik-satu, sedangkan gelombang kedua menggunakan perahu
bercadik-dua.
2.
Prof. Dr. H. Kern
Ilmuwan asal Belanda ini menyatakan bahwa
bangsa Indonesia berasal dari Asia. Kern berpendapat bahwa bahasa - bahasa
yang digunakan di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, Mikronesia
memiliki akar bahasa yang sama, yakni bahasa Austronesia. Kern menyimpulkan
bahwa bangsa Indonesia berawal dari satu daerah dan menggunakan bahasa Campa.
Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu-perahu bercadik
menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan
nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia,
misalnya kata “kampong” yang banyak digunakan sebagai kata tempat di Kamboja.
Selain nama geografis, istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak
kesamaannya. Tetapi pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt
berdasarkan perbendaharaan bahasa Campa.
3.
Willem Smith
Melihat asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan
bahasa oleh orang-orang Indonesia. Willem Smith membagi bangsa-bangsa di
Asia atas dasar bahasa yang dipakai, yakni bangsa yang berbahasa Togon, bangsa
yang berbahasa Jerman, dan bangsa yang berbahasa Austria. Lalu bahasa
Austria dibagi dua, yaitu bangsa yang berbahasa Austro Asia dan bangsa yang
berbahasa Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini
mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan Polinesia
4.
Prof. Dr. Sangkot Marzuki
Menyatakan bahwa nenk moyang bangsa
Indonesia berasal dari Austronesia dataran Sunda. Hal ini didasarkan
hasil penelusuran DNA fosil. Ia menyanggah bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari Yunan, karena Homo Erectus atau Phitecantropus Erectus
ini tidak ada kelanjutannya pada manusia saat ini. Mereka punah dan digantikan
oleh manusia dengan species baru, yang sementara ini diyakini sebagai nenek
moyang manusia yang ditemukan di Afrika.
5.
Van Heine Geldern
Pendapatnya tak jauh berbeda dengan Kern
bahwa bahasa Indonesia berasal dari Asia Tengah. Teori Geldern ini
didukung oleh penemuan-penemuan sejumlah artefak, sebagai perwujudan
budaya, yang ditemukan di Indonesia mempunyai banyak kesamaan dengan yang
ditemukan di daratan Asia.
III. TEORI MASUKNYA AGAMA HINDU BUDHA,
ISLAM KE INDONESIA
Teori
masuknya Hindu Budha ke Indonesia yang dikemukakan para
ahli sejarah umumnya terbagi menjadi 2 pendapat.
- Pendapat pertama menyebutkan bahwa dalam proses
masuknya kedua agama ini, bangsa Indonesia hanya berperan pasif. Bangsa
Indonesia dianggap hanya sekedar menerima budaya dan agama dari India. Ada
3 teori yang menyokong pendapat ini yaitu teori Brahmana, teori Waisya,
dan teori Ksatria.
- Pendapat kedua menyebutkan bahwa banga Indonesia
juga bersifat aktif dalam proses penerimaan agama dan kebudayaan Hindu
Budha. Dua teori yang menyokong pendapat ini adalah teori arus balik dan
teori Sudra.
1. Teori Brahmana oleh Jc.Van Leur
Teori Brahmana adalah teori
yang menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha ke Indonesia dibawa oleh para
Brahmana atau golongan pemuka agama di India. Teori ini dilandaskan pada
prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia pada masa
lampau yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Di
India, aksara dan bahasa ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana.
Selain itu, teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia karena peran serta
golongan Brahmana juga didukung oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui
bahwa ajaran Hindu yang utuh dan benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana.
Pada masa itu, hanya orang-orang golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak
menyebarkan ajaran Hindu. Para Brahmana diundang ke Nusantara oleh para kepala
suku untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih memiliki
kepercayaan animisme dan dinamisme.
2. Teori Waisya oleh NJ. Krom
Teori Waisya menyatakan bahwa
terjadinya penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia adalah berkat peran serta
golongan Waisya (pedagang) yang merupakan golongan terbesar masyarakat India
yang berinteraksi dengan masyarakat nusantara. Dalam teori ini, para pedagang
India dianggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada masyarakat
lokal ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan.
Karena pada saat itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam
beberapa waktu mereka akan menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut
yang akan membawa mereka kembali ke India berhembus. Selama menetap, para
pedagang India ini juga melakukan dakwahnya pada masyarakat lokal Indonesia.
3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens
Dalam teori Ksatria,
penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lalu
dilakukan oleh golongan ksatria. Menurut teori masuknya Hindu Budha ke
Indonesia satu ini, sejarah penyebaran Hindu Budha di kepulauan nusantara
tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama.
Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2 Masehi, kerajaan-kerajaan di India
mengalami keruntuhan karena perebutan kekuasaan. Penguasa-penguasa dari
golongan ksatria di kerajaan-kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap
melarikan diri ke Nusantara. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan
kerajaan-kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan Budha. Dalam perkembangannya,
mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada
masyarakat lokal di nusantara.
4. Teori Arus Balik (Nasional) oleh F.D.K Bosch
Teori arus balik menjelaskan
bahwa penyebaran Hindu Budha di Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat
Indonesia di masa silam. Menurut Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali
memang dibawa oleh orang-orang India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada
segelintir orang, hingga pada akhirnya orang-orang tersebut tertarik untuk
mempelajari kedua agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India. Mereka
berangkat dan menimba ilmu di sana dan sekembalinya ke Indonesia, mereka
kemudian mengajarkan apa yang diperolehnya pada masyarakat Nusantara lainnya.
5. Teori Sudra oleh van Faber
Teori Sudra menjelaskan bahwa
penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia diawali oleh para kaum
sudra atau budak yang bermigrasi ke wilayah Nusantara. Mereka menetap dan
menyebarkan ajaran agama mereka pada masyarakat pribumi hingga terjadilah
perkembangan yang signifikan terhadap arah kepercayaan mereka yang awalnya
animisme dan dinamisme menjadi percaya pada ajaran Hindu dan Budha.
A.
MASUKNYA AGAMA HINDU DI INDONESIA
Agama
Hindu masuk ke Indonesia tidak terlepas dari peranan para pedagang asing yang
masuk dan melakukan aktivitas perdagangan di nusantara. Asal mula masuknya gama
Hindu di Indonesia diperkirakan berawal pada abad ke-4 M. hal ini dibuktikan
dengan adanya kerajaan Kutai dan Tarumanegara yang bercorak Hindu. Agama Hindu
merupakan agama yang pertama sekali masuk ke wilayah Indonesia. Sebelum adanya
agama hindu, masyarakat Indonesia masih berada di zaman pra-sejarah dan masih
mengenal kepercayaan animisme, dinamisme, dan lain-lain.
Peralihan
pra-sejarah menjadi zaman sejarah di Indonesia terjadi pada saat masuknya agama
Hindu yang berasal dari India. Ciri khas zaman pra-sejarah ialah belum
dikenalnya tulisan. Namun, pada saat Hindu hadir, masyarakat Indonesia telah
mengenal tulisan, dan inilah yang menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia
telah masuk ke zaman sejarah. Ditemukannya prasasti yang berasal dari kerajaan
Tarumanegara yang berbentuk tulisan dengan bahasa Pallawa (bahasa asli India),
merupakan bukti kuat masuknya agama Hindu telah merubah zaman pra-sejarah
menjadi zaman sejarah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
B.
MASUKNYA AGAMA BUDHA DI INDONESIA
Indonesia
merupakan Negara yang sangat strategis, itu karena Indonesia terlatak di antara
dua benua dan dua samudera. Oleh karena itu, banyak pelayaran-pelayaran
perdagangan yang melewati dan singgah di Indonesia. Berangkat dari fakta
tersebut, maka tidaklah heran banyak pedagang-pedagang yang melakukan pelayaran
banyak yang masuk ke Indonesia.
Para pedagang dan
penjelajah tersebut masuk bukan hanya untuk berdagang, tetapi mereka juga
membawa paham-paham agama yang mereka anut, salah satunya agama Buddha. Buddha
masuk ke Indonesia pertama kali pada abad ke 1 Masehi (menurut ceerita). Akan
tetapi, menurut penemuan-penemuan sejarah, agama Buddha masuk ke Indonesia
pertama sekali pada abad ke 4 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan penemuan
prasasti dan ruphang Buddha di Kedah, Sulawesi.
Perlahan-lahan
agama Buddha di Indonesia mendapat perspektif yang baik dari masyarakat, baik
itu kelas atas maupun kelas bawah. Itu dikarenakan agama Buddha tidaklah
mengenal system kasta, sehingga masyarakat menegah ke bawah sangat menerima
dengan baik masuknya paham Buddha.
Awal mula
perkembangan agama Buddha di Indonesia berawal dari terbentuknya kerajaan
Sriwijaya di Palembang pada abad ke-7 M. kerajaan Sriwijaya pernah menjadi
salah satu pusat pengembangan agama di Indonesia. Ini juga dibuktikan dengan
catatan seorang sarjana dari China yang bernama I-Tsing. I-Tsing melakukan
perjalanan ke India dan Nusantara untuk meneliti perkembangan agama Buddha.
Seiring dengan
pesatnya perkembangan agama Budha di Indonesia, maka di Jawa Tengah juga
berdiri sebuah kerajaan yang juga menganut paham Budhisme di dalam kehidupan
bermasyarakat. Kerajaan ini ialah kerajaan Syailendra. Kerajaan Syailendra
berdiri tahun 775-850 M. bukti-bukti terkuat yang mendukung bahwasanya kerajaan
Syailendra menganut agama Buddha sebagai agama kerajaan ialah dengan
ditemukannya peninggalan berupa Candi Borobudur, Candi Mendut, dan candi Pawon.
Setelah itu, pada
tahun 1292 M, berdiri kerajaan Majapahit yang juga menganut paham Budhisme di
dalam masyarakatnya. Oleh karena konflik internal yang dating setelah periode
kekuasaan Hayam Wuruk dan Gadjah Mada, maka perlahan-lahan kerajaan Majapahit
mulai bergeser dan akhirnya runtuh pada tahun 1478 M. Kerajaan majapahit
merupakan kerajaan Budha terakhir yang ada di Indonesia. Banyak factor-faktor
yang menyebabkan agama Budha tergerus dan mulai digantikan oleh agama Islam.
Beberapa diantaranya ialah dengan mulai datangnya para pedagang dari Timur
Tengah ke Indonesia yang juga serta merta membawa paham agama Islam. Sampai
pada masa datangnya penjajahan di Indonesia yang dimulai dengan datangnya para
kolonialisme Belanda, dan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia, mereka membawa visi
misionaris dengan mengajarkan paham Kristen. Akibat-akiabat tersebut yang
mengakibatkan paham Budhisme mulai tergerus dan terlupakan di Indonesia.
C.
MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA
Masuknya para
pedagang asing ke Indonesia, juga membawa dampak tersebarnya paham-paham agama
di masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan kedatangan para pedagang muslim
dari Gujarat, Arab dan juga Persia. Selain untuk berdagang, mereka juga membawa
paham agama Islam untuk disebarluaskan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Para sejarawan
berbeda pendapat mengenai proses awal masuknya agama islam di Indonesia. Namun,
ada 3 teori besar yang berkembang, teori itu ialah:
1.Teori Gujarat
Teori ini
dikemukakan oleh seorang professor Snouck Hurgronje, seorang pria berkebangsaan
Belanda yang ditugaskan oleh pemerintah colonial untuk meneliti dan masuk ke
dalam kehidupan masyarakat Islam Indonesia. Dia berpendapat bahwa Islam masuk
ke Indonesia pada awal abad ke 13 M, yang dibawa oleh para pedagang dari
Gujarat, India. Para pedagang dari Gujarat masuk untuk berdagang ke Indonesia
sembari mengenalkan paham Islam di tengah kehidupan bermasyarakat.
Namun, teori ini
dibantah oleh beberapa ahli sejarah. Mereka berpendapat, jika Islam datang dari
Gujarat, maka otomatis Islam yang berkembang di Indonesia merupakan Islam
dengan paham Syiah. Hal ini karena, di Gujarat pada waktu itu, Islam yang
berkembang disana adalah Islam dengan paham Syiah. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku di Indonesia, yang mayoritas penduduknya menganut Islam dengan mazhab
Syafi`i.
2.Teori Mekkah
Menurut teori ini,
Islam masuk ek Indonesia melalui peran lanmgsung dari para pedagang muslim asal
Timur Tengah yang sembari berdagang, menyebarkan agama Islam din Indonesia.
Teori ini berpendapat bahwa, agama Islam masuk ke Indonesia berawal dari abad
ke 7 M.
Teori ini
diperkuat dengan ditemukannya sebuah naskah berita asal China, yang
mengemukakan bahwa pada tahun 625 M, sudah mulai terdapat perkampungan bangsa
Arab di Sumatera tepatnya di daerah Barus.
3. Teori Persia
Seorang sejarawan
yang bernama P.A. Husein Hidayat mengatakan bahwa Islam masuk ke Indoenesia
berawal dari masuknya para pedagang yang berasal dari Persia pada tahun ke-7 M.
Mereka singgah ke Gujarat sebelum melanjutkan perjalanan ke nusantara. Hal ini
juga diperkuat dengan terdapatnya kesamaan budaya Islam antara Indonesia dengan
Persia (Iran).
Proses masuknya
agama Islam di Indonesia menempuh berbagai cara, termasuk diantaranya adalah
melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan kesenian.
Indonesia seperti
yang telah disebutkan sebelumnya merupakan suatu Negara yang letaknya sangat
strategis. Di Indonesia juga banyak terdapat rempah-rempah yang sangat diburu
oleh bangsa luar. Oleh karena itu, Indonesia menjadi lokasi yang sering
disinggahi oleh pera pedagang dunia, termasuk pedagang-pedagang dari Arab yang
Bergama Islam. Sambil berdagang, mereka juga menyebarkan paham-paham agala
Islam di masyarakat. Islam yang tidak mengenal kasta dan tingkat, menjadi agama
yang sangat berkembang pada saat itu. Para pedagang tersebut juga membangun
perkampungan, dan sering mendatangkan ulama –ulama dari negerinya untuk
bersama-sama menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Para pedagang
Muslim tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia saat itu. Para penduduk pribumi memandang para pedagang tersebut
secara terhormat. Hal itu pula yang menyebabkan para pengusaha local banyak
yang ingin menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang Arab itu.
Syaratnya, gadis tersebut haruslah memeluk agama Silam terlebih dahulu, barulah
pedagang tersebut mau menikahi anak-anak mereka.
Setelah menetap
dan membuat perkampungan, mereka mulai mendirikan fasilitas-fasilitas
pendidikan seperti madrasah atau pesentren. Melalui fasilitas ini, diharapkan
anak-anak nusantara dapat mengetahui dengan benar agama Islam secara kaffah.
Para wali atau
ulama-ulama yang menyebarkan agama Islam di nusantara sangat menghormati adat
masyarakat Indonesia pada saat itu. Salah satu cara untuk menarik minat
masyarakat ialah dengan digagasnya penggunaan wayang sebagai media untuk
berdakwah. Diharapkan dengan adanya kehadiran kesenian dalam berdakwah,
menambah minat masyarakat untuk belajar agama Islam.
IV. PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU,
BUDHA DAN ISLAM DALAM MASYARAKAT INDONESIA
A. Masa Hindu, Budha
·
Bidang
Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan
sosial masyarakat Indonesia. Hal ini nampak pada pembagian masyarakat yang
dikenal dengan kasta. Dalam agama Hindu terdapat empat kasta yaitu Kasta
Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Kemudian ada satu kelompok lagi yang dibuang
dari kastanya karena telah berbuat kesalahan nama kelompok tersebut adalah
kasta Paria. Selain adanya kasta, terjadi pula perubahan nama kerajaan maupun
raja yang memerintah sebagai contoh raja Kutai menggunakan nama Aswawarman yang
merupakan nama yang banyak digunakan di India.
·
Bidang
Kepercayaan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu-budha, bangsa Indonesia sudah
memiliki system kepercayaan tersendiri, yaitu Animisme (percaya pada roh nenek
moyang) dan dinamisme (percaya pada benda). Masuknya agama Hindu-Budha
mendorong masyarakat Indonesia memeluk agama Hindu-Budha. Terjadi adanya
sinkritisme yaitu penyatuan paham-paham antara animisme dinamisme dengan
Hindu-Budha.
·
Bidang
Politik
System pemerintahan Indonesia sebelum masuknya agama
Hindu-Budha berbetuk kesukuan. Ketika pengaruh agama Hindu-Budha masuk, maka
berdiri kerajaan yang bercorak hindu-Budha yang berkuasa secara turun temurun.
·
Bidang
Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha berpengaruh dalam bidang pendidikan.
Sebelum masuknya Hindu-budha, bangsa Indonesia belum mengenal tulisan. Dengan
masuknya agama Hindu-Budha mengenal tulisan yaitu huruf pallawa dan bahasa
Sansekerta. Turunan dari bahasa sansekerta adalah bahasa Kawi, bahasa Jawa kuno
dan Bali kuno.
- Bidang
Seni dan Budaya
1. Seni tulis, masuknya budaya Hindu-Budha,
memunculkan banyak karya sastra di Indonesia. Sebagai contoh: Kitab
Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kitab Sutasoma karya Mpu
Tantular, dan Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca.
2. Seni bangunan, terlihat dari bangunan Candi.
Candi merupakan bentuk akulturasi antara kebudaayan local (local genius) dengan
Hindu-Budha, bangunan seperti candi sudah ada di Indonesia pada masa
megalitikum berupa punden berundak. Di Indonesia, candi selain tempat ibadah
juga digunakan untuk makam raja-raja.
3. Seni rupa, nampak berupa patung dan
relief. Patung Hindu-Budha banyak ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Selain patung juga terdapat relief pada dinding-dinding candi seperti di Candi
Bororbudur.
- Sistem
kalender. Diadopsi
dari system kalender India. Hal itu nampak pada penggunaan tahun saka di
Indonesia dan Candrasangkala/kronogram. Dalam kalender saka satu tahun
terdiri dari 354 hari. Saat matahari, bumi dan bulan pada garis lurus
diperingati sebagai hari nyepi. Candrasangkala adalah huruf angka berupa
susunan kalimat. Contoh Sirna Ilang Kertaning Bumi diartikan 1400 saka
atau 1478 (sirna=0, ilang=0, kertaning=4, bumi=1).
B.Masa Islam
·
Bidang
sosial,
Agama islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Dalam agama
islam tidak mengenal system kasta. Penggunaan kosakata Arab baik dalam
kata-kata maupun pemberian nama. Selain itu penggunaan nama hari menggunakan
bahasa Arab. System angka (1,2,3….) juga merupakan budaya Arab.
·
Bidang
politik
Digunakan aturan-aturan islam dalam bidang pemerintahan. Selain
itu juga banyak raja yang menggunakan gelar dari Arab, misalnya Sultan,
Penembahan, Maulana dan Susuhunan/Sunan.
·
Bidang
pendidikan
Salah satu wujud dari pengaruh Islam dalam bidang pendidikan
adalah dikenalnya pendidikan di pondok pesantren. Pesantren adalah asrama bagi
siswa yang menuntut ilmu islam. Pondok pesantren terbagi menjadi dau
yaitu pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama, dan pesantren yang
mengajarkan ilmu agama dan umum.
Bidang seni dan budaya
Seni bangunan
- Masjid
Kuno memiliki ciri-ciri, atapnya berbentuk tumpang, mimbar berbentuk
teratai, terdapat kolam, memiliki gapura, menghadap alun-alun dan biasanya
adalah ukiran-ukiran bermotif hewan atau tumbuhan. Contoh masji Kuno,
Masjid Agung Demak, Masjid Banten, Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon).
- Keraton
memiliki ciri atap bertingkat, dan pintu masuk menghadap alun-alun serta
terdapat masjid agung. Contoh Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
- Pintu
Gerbang Kerajaan mendapatkan pengaruh islam seperti di Keraton Sumenep
yang terdapat tulisan Assalamualaikum.
Seni Rupa
- Nisan
adalah tonggak dari batu atau kayu yang menandai tempat orang meninggal.
Contoh makam Fatimah binti Maimun.
- Kaligrafi
adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan
menggunakan huruf Arab. Agam Islam melarang melukis malhuk hidup.
Seni Sastra antara lain
- Suluk
yaitu karya sastra yang brisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh Suluk Sukrasa,
Suluk Wiji dan Suluk Sunan Bonang.
- Hikayat
yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebelum masuknya islam,
selalu dikaitkan dengan dengan tokoh sejarah. Cotoh Hiakayat Amir Hamzah,
Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat-hikayat raja Pasai.
- Babad
yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat istilah-istilah raja suatu
kerajaan Islam. Contoh babad tanah Jawi
- Syair
yaitu karya sastra yang berupa sajak dan terdiri dari empat baris. Contoh
Syair Abdul Malik, Syair Burung Pingai.
1. Seni pertunjukan, misalnya saja
Sekaten dan Wayang
2. Seni busana seperti sarung,
baju koko, kopiah, kerudung dan jilbab.
Sistem kalender
Pada
masa Sultan Agung (Raja Mataram) terjadi akulturasi antara kalender Hijriyah
dengan Saka. Kalender tersebut berlaku tanggal 8 Juli 1633 atau tanggal 1 suro
1555 (1 Muharram = 1403 Hijriyah) untuk kemudian disebut tahun jawa.