Wednesday 15 November 2017

PERJALANAN BANGSA INDONESIA MASA PRA AKSARA, HINDU-BUDHA DAN ISLAM (KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL)


TARI TARIAN DAERAH ISTIMEWA ACEH

PERJALANAN BANGSA INDONESIA MASA PRA AKSARA, HINDU-BUDHA DAN ISLAM

(KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL)

 

I. KEHIDUPAN SOSIAL, KEBUDAYAAN DAN TEKNOLOGI   MASA PRAAKSARA DI INDONESIA

 

1.     Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan

a)     Kehidupan Sosial

1.     Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.

     Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:

a.   Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.

b.   Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.

c.   Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh.

2.         Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di daerah pantai

3.         Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.

4.         Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang buruan atau mengumpulkan makanan.

5.         Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang akan di makan.

6.         Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.

7.         Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.

 

b)      Kehidupan Budaya

1.    Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka membuat perahu.

2.    Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.

3.    Mereka sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.

4.    Untuk mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.

5.    Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti:

   Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.

 

c)   Teknologi

Teknologi masa  food gathering  masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.

 

2.     Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak

a)     Kehidupan Sosial

1.    Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan

2.    Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.

3.    Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.

4.    Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.

5.    Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.

6.    Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.

7.    Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.

8.    Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

 

b)      Kehidupan Budaya

1.         Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik

2.         Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang

3.         Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam:

    Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan        Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.

 

c)   Teknologi

Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.

 

3.  MASA PERUNDAGIAN

a)     Kehidupan Sosial

1.    Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;

2.    Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;

3.    Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;

4.    Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;

5.    Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu;

6.    Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.

 

b)   Kehidupan Budaya

1.    Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi;

2.    Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;

3.    Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.;

4.    Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;

5.    Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.

 

c) Teknologi

1.         Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina;

2.         Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;

3.         Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;

4.         Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut :

1.   Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya;

2.   Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;

3.   Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;

4.   Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;

5.   Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam.

 

 

II.  TEORI ASAL-USUL NENEK MOYANG  BANGSA INDONESIA

Tahukah kalian, dari mana asal-usul nenek moyang bangsa kita? Ada yang menyebutkan nenek moyang kita berasal dari cina, ada yang bilang nenek moyang kita berasal dari melayu, ada yang bilang berasal dari Taiwan, bahkan ada yang bilang berasal dari afrika. Untuk lebih jelasnya, mari kita pelajari mengenai teori-teori asal-usul nenek moyang Bangsa Indonesia dari para ahli sejarah dan antropologi.

 

1. Teori Yunnan

Teori ini menyatakan bahwa asal-usul nenek moyang kita berasal dari Yunnan, China. Teori ini didukung oleh Moh. Ali, yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan migrasi menuju ke selatan.

Ada pula R.H Geldern dan J.H.C. Kern yang juga mendukung teori ini. Dasar pendapat mereka berdua adalah :

  • Ditemukannya kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan kapak tua yang ada di kawasan Asia Tengah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa telah tejadi migrasi penduduk dari Asia Tengah ke Kepulauan Nusantara.
  • Bahasa melayu yang berkembang di Nusantara memiliki kemiripan dengan  bahasa champa yang ada di Kamboja. Hal ini membuka kemungkinan bahwa penduduk champa yang ada di Kamboja berasal dari dataran Yunnan dengan menyusuri sungai Mekong. Arus perpindahan ini selanjutnya diteruskan ketika sebagian dari mereka melanjutkan perpindahan dan sampai ke wilayah Nusantara.

Menurut teori ini, migrasi penduduk dari Yunnan menuju Kepulauan Nusantara ini melalui tiga gelombang, yaitu ; perpindahan orang negrito, proto melayu dan juga deutro nelayu.

 

  1. Orang Negrito Orang negrito diperkirakan sudah memasuki Kepulauan Nusantara sejak 1000 SM. Mereka diyakini sebagai penduduk paling awal Kepulauan Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan penemuan arkeologi di gua Cha, Malaysia. Pada perkembangannya, orang Negrito menurunkan orang Semang. Cirri-ciri fisik orang Negrito yaitu berkulit gelap, rambut keriting, hidung lebar dan bibir tebal.Di Indonesia, ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua. Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), serta suku Papua melanosoid mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
  2. Proto Melayu Migrasi orang proto Melayu ke Kepulauan Nusantara diperkirakan memasuki wilayah Nusantara pada 2500 SM. Sebutan Proto Melayu adalah untuk menyebutkan orang-orang yang melakukan migrasi pada gelombang pertama ke Nusantara. Yang termasuk orang-orang Proto Melayu adalah suku Toraja, Dayak, Sasak, Nias, Rejang, dan Batak. Orang proto Melayu memiliki keahlian lebih baik dalam hal bercocok tanam bila dibandingkan dengan orang Negrito.
  3. Deutro Melayu Deutro Melayu adalah sebutan untuk orang-orang yang melakukan gelombang migrasi pada gelombang kedua ke Nusantara. Kedatangan Deutro Melayu ke Nusantara diperkirakan pada 1500 SM. Suku bangsa yang termasuk Deutro Melayu di Indonesia, antara lain Minangkabau, Aceh, Sunda, Jawa, Melayu, Betawi, dan Manado.

2. Teori Nusantara

Teori Nusantara menyatakan bahwa asal usul bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan dari luar. Teori ini didukung antara lain oleh Muhammad Yamin, Gorys Keraf, dan J.Crawford. Teori ini dilandasi oleh beberapa argument, antara lain :

  • Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban ini tidak mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.
  • Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja), namun persamaan ini hanyalah suatu kebetulan saja.
  • Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homon soloensis dan Homo wjakensis.
  • Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara dengan bahsa Indo-eropa yang berkembang di Asia Tengah.

 

3. Teori Out of Taiwan

     Teori ini berpandangan bahwa bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan bukan Daratan Cina. Teori ini didukung oleh Harry Truman Simanjuntak. Menurut pendekatan linguistic, dijelaskan bahwa dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-suku di Nusantara memiliki rumpun yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Akar dari keseluruhan cabang bahasa yang dipergunakan leluhur yang menetap di Nusantara berasal dari rumpun Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan. Selain itu, menurut riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan pola genetika dengan wilayah Cina. 

4. Teori Out of Africa

     Teori ini menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang berasal dari Afrika. Dasar dari teori ini adalah berdasarkan ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen perempuan dan gen laki-laki. Menurut ahli dari Amerika Serikat, Max Ingman, manusia modern yang ada sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-200 ribu tahun lalu. Dari Afrika, mereka menyabar ke luar Afrika. Dari hasil penelitian Ingman, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa gen manusia modern bercampur dengan gen spesies manusia purba.

 

     Manusia Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika diperkirakan berlangsung sekitar 50.000-70.000 tahun silam. Tujuannya adalah menuju Asia Barat. Jalur yang mereka tempuh ada dua, yaitu mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai lalu ke utara melewati Arab Levant dan yang kedua melewati Laut Merah. Pada 70.000 tahun yang lalu bumi memasuki zaman glasial terakhir dan permukaan air laut menjadi lebih dangkal karena air masih berbentuk gletser. Dengan keadaan seperti ini mereka sangat memungkinkan menyeberangi lautan hanya dengan menggunakan perahu primitif.

 

     Setelah memasuki Asia, beberapa kelompok tinggal sementara di Timur Tengah, sedangkan kelompok lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri pantai Semenanjung Arab menuju ke India, Asia Timur, Indonesia, dan bahkan sampai ke Barat Daya Australia, yaitu dengan ditemukannya fosil laki-laki di Lake Mungo. Jejak paling kuat untuk membuktikan bahwa manusia Afrika telah bermigrasi hingga ke Australia adalah jejak genetika.

 

     Banyak ahli - ahli yang menyampaikan pendapatnya tentang Asal - Usul Bangsa Indonesia. Ada pendapat yang diterima dan ada juga yang tidak, dan pendapat yang diterima itulah yang disebut sebuah teori. Berikut adalah Nama Ahli beserta pendapatnya tentang Asal - Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia :

 

1. Drs. Moh. Ali

     Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan, Cina. Pendapat ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa lebih kuat sehingga mereka pindah ke selatan, termasuk ke Indonesia. Ali mengemukakan bahwa leluhur orang Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar yang terletak di daratan Asia dan mereka berdatangan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari 3.000 hingga 1.500 SM (Proto Melayu) dan gelombang kedua terjadi pada 1.500 hingga 500 SM (Deutro Melayu). Ciri-ciri gelombang pertama adalah kebudayaan Neolitikum dengan jenis perahu bercadik-satu, sedangkan gelombang kedua menggunakan perahu bercadik-dua.

 

2. Prof. Dr. H. Kern

     Ilmuwan asal Belanda ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Asia. Kern berpendapat bahwa bahasa - bahasa yang digunakan di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, Mikronesia memiliki akar bahasa yang sama, yakni bahasa Austronesia. Kern menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berawal dari satu daerah dan menggunakan bahasa Campa. Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia menggunakan perahu-perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia, misalnya kata “kampong” yang banyak digunakan sebagai kata tempat di Kamboja. Selain nama geografis, istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak kesamaannya. Tetapi pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan perbendaharaan bahasa Campa.

 

3. Willem Smith

     Melihat asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh orang-orang Indonesia. Willem Smith membagi bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa yang dipakai, yakni bangsa yang berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman, dan bangsa yang berbahasa Austria. Lalu bahasa Austria dibagi dua, yaitu bangsa yang berbahasa Austro Asia dan bangsa yang berbahasa Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan Polinesia

 

4. Prof. Dr. Sangkot Marzuki 

     Menyatakan bahwa nenk moyang bangsa Indonesia berasal dari Austronesia dataran Sunda. Hal ini didasarkan hasil penelusuran DNA fosil. Ia menyanggah bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, karena Homo Erectus atau Phitecantropus Erectus ini tidak ada kelanjutannya pada manusia saat ini. Mereka punah dan digantikan oleh manusia dengan species baru, yang sementara ini diyakini sebagai nenek moyang manusia yang ditemukan di Afrika.

 

5. Van Heine Geldern

     Pendapatnya tak jauh berbeda dengan Kern bahwa bahasa Indonesia berasal dari Asia Tengah. Teori Geldern ini didukung oleh penemuan-penemuan sejumlah artefak, sebagai perwujudan budaya, yang ditemukan di Indonesia mempunyai banyak kesamaan dengan yang ditemukan di daratan Asia.

 

III. TEORI MASUKNYA AGAMA HINDU BUDHA, ISLAM  KE INDONESIA

Teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia yang dikemukakan para ahli sejarah umumnya terbagi menjadi 2 pendapat.

  1. Pendapat pertama menyebutkan bahwa dalam proses masuknya kedua agama ini, bangsa Indonesia hanya berperan pasif. Bangsa Indonesia dianggap hanya sekedar menerima budaya dan agama dari India. Ada 3 teori yang menyokong pendapat ini yaitu teori Brahmana, teori Waisya, dan teori Ksatria.
  2. Pendapat kedua menyebutkan bahwa banga Indonesia juga bersifat aktif dalam proses penerimaan agama dan kebudayaan Hindu Budha. Dua teori yang menyokong pendapat ini adalah teori arus balik dan teori Sudra.

1. Teori Brahmana oleh Jc.Van Leur

     Teori Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha ke Indonesia dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama di India. Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Di India, aksara dan bahasa ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana.
Selain itu, teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana juga didukung oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh dan benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu, hanya orang-orang golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu. Para Brahmana diundang ke Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.

2. Teori Waisya oleh NJ. Krom

     Teori Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia adalah berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang merupakan golongan terbesar masyarakat India yang berinteraksi dengan masyarakat nusantara. Dalam teori ini, para pedagang India dianggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada masyarakat lokal ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan.
Karena pada saat itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam beberapa waktu mereka akan menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut yang akan membawa mereka kembali ke India berhembus. Selama menetap, para pedagang India ini juga melakukan dakwahnya pada masyarakat lokal Indonesia.

3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens

     Dalam teori Ksatria, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lalu dilakukan oleh golongan ksatria. Menurut teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia satu ini, sejarah penyebaran Hindu Budha di kepulauan nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2 Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami keruntuhan karena perebutan kekuasaan. Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Nusantara. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada masyarakat lokal di nusantara.

4. Teori Arus Balik (Nasional) oleh F.D.K Bosch

     Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran Hindu Budha di Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam. Menurut Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali memang dibawa oleh orang-orang India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang, hingga pada akhirnya orang-orang tersebut tertarik untuk mempelajari kedua agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India. Mereka berangkat dan menimba ilmu di sana dan sekembalinya ke Indonesia, mereka kemudian mengajarkan apa yang diperolehnya pada masyarakat Nusantara lainnya.

5. Teori Sudra oleh van Faber

     Teori Sudra menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia diawali oleh para kaum sudra atau budak yang bermigrasi ke wilayah Nusantara. Mereka menetap dan menyebarkan ajaran agama mereka pada masyarakat pribumi hingga terjadilah perkembangan yang signifikan terhadap arah kepercayaan mereka yang awalnya animisme dan dinamisme menjadi percaya pada ajaran Hindu dan Budha.



A. MASUKNYA AGAMA HINDU DI INDONESIA

Agama Hindu masuk ke Indonesia tidak terlepas dari peranan para pedagang asing yang masuk dan melakukan aktivitas perdagangan di nusantara. Asal mula masuknya gama Hindu di Indonesia diperkirakan berawal pada abad ke-4 M. hal ini dibuktikan dengan adanya kerajaan Kutai dan Tarumanegara yang bercorak Hindu. Agama Hindu merupakan agama yang pertama sekali masuk ke wilayah Indonesia. Sebelum adanya agama hindu, masyarakat Indonesia masih berada di zaman pra-sejarah dan masih mengenal kepercayaan animisme, dinamisme, dan lain-lain.

Peralihan pra-sejarah menjadi zaman sejarah di Indonesia terjadi pada saat masuknya agama Hindu yang berasal dari India. Ciri khas zaman pra-sejarah ialah belum dikenalnya tulisan. Namun, pada saat Hindu hadir, masyarakat Indonesia telah mengenal tulisan, dan inilah yang menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia telah masuk ke zaman sejarah. Ditemukannya prasasti yang berasal dari kerajaan Tarumanegara yang berbentuk tulisan dengan bahasa Pallawa (bahasa asli India), merupakan bukti kuat masuknya agama Hindu telah merubah zaman pra-sejarah menjadi zaman sejarah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

 

B. MASUKNYA AGAMA BUDHA DI INDONESIA

Indonesia merupakan Negara yang sangat strategis, itu karena Indonesia terlatak di antara dua benua dan dua samudera. Oleh karena itu, banyak pelayaran-pelayaran perdagangan yang melewati dan singgah di Indonesia. Berangkat dari fakta tersebut, maka tidaklah heran banyak pedagang-pedagang yang melakukan pelayaran banyak yang masuk ke Indonesia.

Para pedagang dan penjelajah tersebut masuk bukan hanya untuk berdagang, tetapi mereka juga membawa paham-paham agama yang mereka anut, salah satunya agama Buddha. Buddha masuk ke Indonesia pertama kali pada abad ke 1 Masehi (menurut ceerita). Akan tetapi, menurut penemuan-penemuan sejarah, agama Buddha masuk ke Indonesia pertama sekali pada abad ke 4 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan penemuan prasasti dan ruphang Buddha di Kedah, Sulawesi.

Perlahan-lahan agama Buddha di Indonesia mendapat perspektif yang baik dari masyarakat, baik itu kelas atas maupun kelas bawah. Itu dikarenakan agama Buddha tidaklah mengenal system kasta, sehingga masyarakat menegah ke bawah sangat menerima dengan baik masuknya paham Buddha.

 

Awal mula perkembangan agama Buddha di Indonesia berawal dari terbentuknya kerajaan Sriwijaya di Palembang pada abad ke-7 M. kerajaan Sriwijaya pernah menjadi salah satu pusat pengembangan agama di Indonesia. Ini juga dibuktikan dengan catatan seorang sarjana dari China yang bernama I-Tsing. I-Tsing melakukan perjalanan ke India dan Nusantara untuk meneliti perkembangan agama Buddha.

Seiring dengan pesatnya perkembangan agama Budha di Indonesia, maka di Jawa Tengah juga berdiri sebuah kerajaan yang juga menganut paham Budhisme di dalam kehidupan bermasyarakat. Kerajaan ini ialah kerajaan Syailendra. Kerajaan Syailendra berdiri tahun 775-850 M. bukti-bukti terkuat yang mendukung bahwasanya kerajaan Syailendra menganut agama Buddha sebagai agama kerajaan ialah dengan ditemukannya peninggalan berupa Candi Borobudur, Candi Mendut, dan candi Pawon.

Setelah itu, pada tahun 1292 M, berdiri kerajaan Majapahit yang juga menganut paham Budhisme di dalam masyarakatnya. Oleh karena konflik internal yang dating setelah periode kekuasaan Hayam Wuruk dan Gadjah Mada, maka perlahan-lahan kerajaan Majapahit mulai bergeser dan akhirnya runtuh pada tahun 1478 M. Kerajaan majapahit merupakan kerajaan Budha terakhir yang ada di Indonesia. Banyak factor-faktor yang menyebabkan agama Budha tergerus dan mulai digantikan oleh agama Islam. Beberapa diantaranya ialah dengan mulai datangnya para pedagang dari Timur Tengah ke Indonesia yang juga serta merta membawa paham agama Islam. Sampai pada masa datangnya penjajahan di Indonesia yang dimulai dengan datangnya para kolonialisme Belanda, dan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia, mereka membawa visi misionaris dengan mengajarkan paham Kristen. Akibat-akiabat tersebut yang mengakibatkan paham Budhisme mulai tergerus dan terlupakan di Indonesia.

           

C. MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA

Masuknya para pedagang asing ke Indonesia, juga membawa dampak tersebarnya paham-paham agama di masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan kedatangan para pedagang muslim dari Gujarat, Arab dan juga Persia. Selain untuk berdagang, mereka juga membawa paham agama Islam untuk disebarluaskan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Para sejarawan berbeda pendapat mengenai proses awal masuknya agama islam di Indonesia. Namun, ada 3 teori besar yang berkembang, teori itu ialah:

 

1.Teori Gujarat

Teori ini dikemukakan oleh seorang professor Snouck Hurgronje, seorang pria berkebangsaan Belanda yang ditugaskan oleh pemerintah colonial untuk meneliti dan masuk ke dalam kehidupan masyarakat Islam Indonesia. Dia berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada awal abad ke 13 M, yang dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, India. Para pedagang dari Gujarat masuk untuk berdagang ke Indonesia sembari mengenalkan paham Islam di tengah kehidupan bermasyarakat.

Namun, teori ini dibantah oleh beberapa ahli sejarah. Mereka berpendapat, jika Islam datang dari Gujarat, maka otomatis Islam yang berkembang di Indonesia merupakan Islam dengan paham Syiah. Hal ini karena, di Gujarat pada waktu itu, Islam yang berkembang disana adalah Islam dengan paham Syiah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku di Indonesia, yang mayoritas penduduknya menganut Islam dengan mazhab Syafi`i.

 

2.Teori Mekkah

Menurut teori ini, Islam masuk ek Indonesia melalui peran lanmgsung dari para pedagang muslim asal Timur Tengah yang sembari berdagang, menyebarkan agama Islam din Indonesia. Teori ini berpendapat bahwa, agama Islam masuk ke Indonesia berawal dari abad ke 7 M.

Teori ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah naskah berita asal China, yang mengemukakan bahwa pada tahun 625 M, sudah mulai terdapat perkampungan bangsa Arab di Sumatera tepatnya di daerah Barus.

 

3. Teori Persia

Seorang sejarawan yang bernama P.A. Husein Hidayat mengatakan bahwa Islam masuk ke Indoenesia berawal dari masuknya para pedagang yang berasal dari Persia pada tahun ke-7 M. Mereka singgah ke Gujarat sebelum melanjutkan perjalanan ke nusantara. Hal ini juga diperkuat dengan terdapatnya kesamaan budaya Islam antara Indonesia dengan Persia (Iran).

Proses masuknya agama Islam di Indonesia menempuh berbagai cara, termasuk diantaranya adalah melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan kesenian.

Indonesia seperti yang telah disebutkan sebelumnya merupakan suatu Negara yang letaknya sangat strategis. Di Indonesia juga banyak terdapat rempah-rempah yang sangat diburu oleh bangsa luar. Oleh karena itu, Indonesia menjadi lokasi yang sering disinggahi oleh pera pedagang dunia, termasuk pedagang-pedagang dari Arab yang Bergama Islam. Sambil berdagang, mereka juga menyebarkan paham-paham agala Islam di masyarakat. Islam yang tidak mengenal kasta dan tingkat, menjadi agama yang sangat berkembang pada saat itu. Para pedagang tersebut juga membangun perkampungan, dan sering mendatangkan ulama –ulama dari negerinya untuk bersama-sama menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Para pedagang Muslim tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat itu. Para penduduk pribumi memandang para pedagang tersebut secara terhormat. Hal itu pula yang menyebabkan para pengusaha local banyak yang ingin menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang Arab itu. Syaratnya, gadis tersebut haruslah memeluk agama Silam terlebih dahulu, barulah pedagang tersebut mau menikahi anak-anak mereka.

Setelah menetap dan membuat perkampungan, mereka mulai mendirikan fasilitas-fasilitas pendidikan seperti madrasah atau pesentren. Melalui fasilitas ini, diharapkan anak-anak nusantara dapat mengetahui dengan benar agama Islam secara kaffah.

Para wali atau ulama-ulama yang menyebarkan agama Islam di nusantara sangat menghormati adat masyarakat Indonesia pada saat itu. Salah satu cara untuk menarik minat masyarakat ialah dengan digagasnya penggunaan wayang sebagai media untuk berdakwah. Diharapkan dengan adanya kehadiran kesenian dalam berdakwah, menambah minat masyarakat untuk belajar agama Islam.

 

 

IV. PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU, BUDHA DAN ISLAM DALAM MASYARAKAT INDONESIA

     A. Masa Hindu, Budha

·           Bidang Sosial

       Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini nampak pada pembagian masyarakat yang dikenal dengan kasta. Dalam agama Hindu terdapat empat kasta yaitu Kasta Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Kemudian ada satu kelompok lagi yang dibuang dari kastanya karena telah berbuat kesalahan nama kelompok tersebut adalah kasta Paria. Selain adanya kasta, terjadi pula perubahan nama kerajaan maupun raja yang memerintah sebagai contoh raja Kutai menggunakan nama Aswawarman yang merupakan nama yang banyak digunakan di India.

·           Bidang Kepercayaan

       Sebelum masuknya pengaruh Hindu-budha, bangsa Indonesia sudah memiliki system kepercayaan tersendiri, yaitu Animisme (percaya pada roh nenek moyang) dan dinamisme (percaya pada benda). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia memeluk agama Hindu-Budha. Terjadi adanya sinkritisme yaitu penyatuan paham-paham antara animisme dinamisme dengan Hindu-Budha.

·           Bidang Politik

       System pemerintahan Indonesia sebelum masuknya agama Hindu-Budha berbetuk kesukuan. Ketika pengaruh agama Hindu-Budha masuk, maka berdiri kerajaan yang bercorak hindu-Budha yang berkuasa secara turun temurun.

·           Bidang Pendidikan

       Masuknya Hindu-Budha berpengaruh dalam bidang pendidikan. Sebelum masuknya Hindu-budha, bangsa Indonesia belum mengenal tulisan. Dengan masuknya agama Hindu-Budha mengenal tulisan yaitu huruf pallawa dan bahasa Sansekerta. Turunan dari bahasa sansekerta adalah bahasa Kawi, bahasa Jawa kuno dan Bali kuno.

  • Bidang Seni dan Budaya

1.    Seni tulis, masuknya budaya Hindu-Budha, memunculkan banyak karya sastra di Indonesia. Sebagai contoh: Kitab Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular, dan Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca.

2.    Seni bangunan, terlihat dari bangunan Candi. Candi merupakan bentuk akulturasi antara kebudaayan local (local genius) dengan Hindu-Budha, bangunan seperti candi sudah ada di Indonesia pada masa megalitikum berupa punden berundak. Di Indonesia, candi selain tempat ibadah juga digunakan untuk makam raja-raja.

3.    Seni rupa, nampak berupa patung dan relief. Patung Hindu-Budha banyak ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia. Selain patung juga terdapat relief pada dinding-dinding candi seperti di Candi Bororbudur.

  • Sistem kalender. Diadopsi dari system kalender India. Hal itu nampak pada penggunaan tahun saka di Indonesia dan Candrasangkala/kronogram. Dalam kalender saka satu tahun terdiri dari 354 hari. Saat matahari, bumi dan bulan pada garis lurus diperingati sebagai hari nyepi. Candrasangkala adalah huruf angka berupa susunan kalimat. Contoh Sirna Ilang Kertaning Bumi diartikan 1400 saka atau 1478 (sirna=0, ilang=0, kertaning=4, bumi=1).

 

     B.Masa Islam

·         Bidang sosial,

      Agama islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Dalam agama islam tidak mengenal system kasta. Penggunaan kosakata Arab baik dalam kata-kata maupun pemberian nama. Selain itu penggunaan nama hari menggunakan bahasa Arab. System angka (1,2,3….) juga merupakan budaya Arab.

·         Bidang politik

      Digunakan aturan-aturan islam dalam bidang pemerintahan. Selain itu juga banyak raja yang menggunakan gelar dari Arab, misalnya Sultan, Penembahan, Maulana dan Susuhunan/Sunan.

·         Bidang pendidikan

      Salah satu wujud dari pengaruh Islam dalam bidang pendidikan adalah dikenalnya pendidikan di pondok pesantren. Pesantren adalah asrama bagi siswa yang menuntut ilmu islam. Pondok pesantren terbagi menjadi dau  yaitu pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama, dan pesantren yang mengajarkan ilmu agama dan umum.

 

Bidang seni dan budaya

Seni bangunan

  • Masjid Kuno memiliki ciri-ciri, atapnya berbentuk tumpang, mimbar berbentuk teratai, terdapat kolam, memiliki gapura, menghadap alun-alun dan biasanya adalah ukiran-ukiran bermotif hewan atau tumbuhan. Contoh masji Kuno, Masjid Agung Demak, Masjid Banten, Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon).
  • Keraton memiliki ciri atap bertingkat, dan pintu masuk menghadap alun-alun serta terdapat masjid agung. Contoh Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
  • Pintu Gerbang Kerajaan mendapatkan pengaruh islam seperti di Keraton Sumenep yang terdapat tulisan Assalamualaikum.

Seni Rupa

  • Nisan adalah tonggak dari batu atau kayu yang menandai tempat orang meninggal. Contoh makam Fatimah binti Maimun.
  • Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan menggunakan huruf Arab. Agam Islam melarang melukis malhuk hidup.

Seni Sastra antara lain

  • Suluk yaitu karya sastra yang brisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh Suluk Sukrasa, Suluk Wiji dan Suluk Sunan Bonang.
  • Hikayat yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebelum masuknya islam, selalu dikaitkan dengan dengan tokoh sejarah. Cotoh Hiakayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat-hikayat raja Pasai.
  • Babad yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat istilah-istilah raja suatu kerajaan Islam. Contoh babad tanah Jawi
  • Syair yaitu karya sastra yang berupa sajak dan terdiri dari empat baris. Contoh Syair Abdul Malik, Syair Burung Pingai.

1.    Seni pertunjukan, misalnya saja Sekaten dan Wayang

2.    Seni busana seperti sarung, baju koko, kopiah, kerudung dan jilbab.

Sistem kalender

Pada masa Sultan Agung (Raja Mataram) terjadi akulturasi antara kalender Hijriyah dengan Saka. Kalender tersebut berlaku tanggal 8 Juli 1633 atau tanggal 1 suro 1555 (1 Muharram = 1403 Hijriyah) untuk kemudian disebut tahun jawa.