Monday 13 November 2017

KISI KISI UN SLTA MATERI PENGARUH BANGSA BARAT TERHADAP PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA HINGGA TERBENTUKNYA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA


PANITIA PELAKSANA HARI ULANG TAHUN

PENGARUH BANGSA BARAT TERHADAP PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA HINGGA TERBENTUKNYA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA

 

Latar Belakang Munculnya Pergerakan Nasional Indonesia

Pada umumnya lahir, tumbuh, dan berkembangnya keragaman ideologi pergerakan nasional di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari keadaan dunia internasional (eksternal) serta kondisi yang terjadi di dalam negeri (internal).

a.    Faktor Eksternal

Pertama, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, di seluruh negara-negara jajahan di Asia, Afrika, dan Amerika Latin merupakan fase timbulnya kesadaran  tentang pentingnya semangat nasional, perasaan senasib sebagai bangsa terjajah, serta keinginan untuk mendirikan negara berdaulat lepas dari cengkeraman imperialisme.

Kedua, Perang Dunia I yang berlangsung 1914-1918 telah menyadarkan bangsa-bangsa terjajah bahwa negara-negara imperialis telah berperang diantara mereka sendiri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional di Asia, Afrika, dan Amerika Latin telah menyadari bahwa kini saatnya telah tiba bagi mereka untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah yang sudah lelah berperang.

Ketiga, konflik ideologi dunia antara kapitalisme atau imperialisme dan sosialisme atau komunisme telah memberikan dorongan bagi bangsa-bangsa terjajah untuk melawan kapitalisme atau imperialisme Barat.

Keempat, lahirnya nasionalisme di Asia dan di negara-negara jajahan lainnya di seluruh dunia telah mengilhami tokoh-tokoh pergerakan nasional untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Misalnya kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905, model pergerakan nasional yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi di India, Mustapha Kemal Pasha di Turki, serta Dr. Sun Yat Sen di Cina telah memberikan inspirasi bagi kalangan terpelajar nasionalis Indonesia bahwa imperialisme Belanda dapat dilawan melalui organisasi modern.

b.    Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi berkembangnya keragaman ideologi pergerakan nasional di Indonesia, yaitu sebagai berikut.

Pertama, sistem penjajahan Belanda yang eksploitatif terhadap sumber daya alam dan manusia Indonesia serta sewenang-wenang terhadap warga pribumi telah menyadarkan penduduk Indonesia tentang adanya sistem kolonialisme dan imperialisme Barat yang menerapkan ketidaksamaan dan perlakuan yang membeda-bedakan (diskriminatif).

Kedua, kenangan akan kejayaan masa lalu. Rakyat Indonesia pada umumnya menyadari bahwa mereka pernah memiliki negara kekuasaan yang jaya dan berdaulat di masa lalu (antara lain Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit).

Ketiga, lahirnya kelompok terpelajar Indonesia yang memperoleh pendidikan Barat dan Islam dari luar negeri. Kesempatan ini terbuka setelah pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20 menjalankan Politik Etis (Edukasi, Transmigrasi, dan Irigasi). Orang-orang Indonesia yang memperoleh pendidikan Barat berasal dari kalangan priyayi abangan yang memiliki status bangsawan. Sebagian lainnya berasal dari kalangan priyayi dan santri yang secara sosial ekonomi memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji serta memperoleh pendidikan tertentu di luar negeri.

Keempat, semangat persamaan derajat tersebut berkembang menjadi gerakan  politik yang sifatnya nasional. Tindakan pemerintah kolonial yang semakin represif seperti penangkapan tokoh-tokoh nasionalis telah menimbulkan gerakan nasional untuk memperoleh kebebasan berbicara, berpolitik, serta menentukan nasib sendiri tanpa dicampuri pemerintah kolonial Belanda.

 

A.     AWAL MULA BANGSA EROPA DATANG KE INDONESIA

1.  Spanyol

              Orang-orang Spanyol dapat dikatakan sebagai pelopor dalam pelayaran dan penjelajahan samudra mencari daerah baru penghasil rempah-rempah di timur (disebut Tanah Hindia). Mereka diprakarsai oleh Christhoper Columbus. Sebelum berangkat Columbus menghadap kepada Ratu Isabella untuk mendapat dukungan termasuk fasilitas. Ratu Isabella mengizinkan dan menyediakan tiga kapal dengan segala perlengkapannya. Ratu Isabella juga menyediakan hadiah apabila misi Columbus dapat berhasil. Atas dasar keyakinan bahwa bumi itu bulat maka Columbus dengan rombongannya optimis berhasil menemukan daerah baru di timur. Pada tanggal 3 Agustus 1492, Columbus berangkat dari pelabuhaan Spanyol berlayar menuju arah barat.

Pada tanggal 6 September tahun yang sama, rombongan Columbus sampai di Kepulauan Kanari di sebelah barat Afrika. Ekspedisi penjelajahan samudra dilanjutkan dengan mengarungi lautan luas yang dikenal ganas, yakni Samudra Atlantik. Salah satu kapalnya rusak. Para anggota ekspedisi hampir putus asa. Namun Columbus terus memberi semangat bagi anggota rombongannya. Setelah sekitar satu bulan lebih berlayar, tanggal 12 Oktober 1492 rombongan Columbus berhasil mendarat di pantai bagian dari Kepulauan Bahama. Columbus mengira bahwa ekspedisinya ini sudah sampai di Tanah Hindia. Oleh karena itu, penduduk yang menempati daerah itu disebut orang-orang Indian. Tempat mendarat Colombus ini kemudian dinamakan San Salvador. Berikutnya rombongan Columbus kembali berlayar dan mendarat di Haiti. Merasa ekspedisinya telah berhasil maka rombongan Columbus bertolak kembali ke Spanyol untuk melapor kepada Ratu Isabella.

Tahun 1493 Columbus sampai kembali di Spanyol. Kedatangan Columbus dan rombongan disambut dengan suka cita. Bahkan dengan  keberhasilannya mendarat di Kepulauan Bahama dan Haiti, Columbus diakui sebagai penemu daerah baru yakni Benua Amerika. Keberhasilan pelayaran Columbus menemukan daerah baru telah mendorong para pelaut lain untuk melanjutkan penjelajahan samudra ke timur. Apalagi Columbus belum berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin oleh Magellan/Magalhaes atau umum menyebut Magelhaens. Ia juga disertai oleh seorang kapten kapal yang bernama Yan Sebastian del Cano. Berdasarkan catatan-catatan yang telah dikumpulkan Columbus, Magellan mengambil jalur yang mirip dilayari Columbus. Setelah terus berlayar Magellan beserta rombongan mendarat di ujung selatan benua yang ditemukan Columbus (Amerika). Di tempat ini terdapat selat yang agak sempit yang kemudian dinamakan Selat Magellan.Melalui selat ini rombongan Magellan terus berlayar meninggalkan Samudra Atlantik dan memasuki Samudra Pasifik dengan lautan yang relatif tenang.

Setelah sekitar tiga bulan lebih rombongan Magellan berlayar akhirnya pada Maret 1521 Magellan mendarat di Pulau Guam. Rombongan Magellan kemudian melanjutkan penjelajahannya dan pada April 1521 sampai di Kepulauan Massava atau kemudian dikenal dengan Filipina. Magellan menyatakan bahwa daerah yang ditemukan ini sebagai koloni Spanyol. Tindakan Magellan dan rombongan ini mendapat tantangan penduduk setempat (orang-orang Mactan). Terjadilah pertempuran antara kedua belah pihak. Dalam pertempuran dengan penduduk setempat itu rombongan Magellan terdesak bahkan Magellan sendiri terbunuh. Rombongan Magellan yang selamat segera meninggalkan Filipina. Mereka di bawah pimpinan Sebastian del Cano terus berlayar ke arah selatan. Pada tahun 1521 itu juga mereka sampai di Kepulauan Maluku yang ternyata tempat penghasil rempah-rempah. Tanpa berpikir panjang kapal-kapal rombongan del Cano ini dipenuhi dengan rempah-rempah dan terus bertolak kembali ke Spanyol. Dikisahkan bahwa atas petunjuk pemandu orang Indonesia kapal-kapal rombongan del Cano ini berlayar menuju ke arah barat, sehingga melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan dan diteruskan menuju Spanyol.

Dengan penjelajahan dan pelayaran yang dipimpin oleh Magellan itu maka sering disebut-sebut bahwa tokoh yang berhasil mengelilingi dunia pertama kali adalah Magellan. Dalam kaitannya dengan pelayaran dan penjelajahan samudra itu ada pendapat yang menarik dari Menzies, seorang perwira angkatan laut Inggris. Ia menegaskan bahwa yang berhasil mengelilingi dunia pertama kali adalah armada Cina yang dipimpin oleh Panglima Zheng He (Cheng Ho) pada tahun 1421. Zheng He adalah seorang kasim kepercayaan Kaisar Cina dari Dinasti Ming yang bernama Zhu Di atau Yong Le. Dijelaskan oleh Menzies bahwa Zheng He bersama armadanya telah berlayar mengelilingi dunia dengan berpedoman pada peta-peta kuna yang dibuat oleh para kartografer Cina dan juga beberapa peta yang dibuat misalnya oleh Fra Mauro (orang Italia), dan yang dibuat oleh Piri Reis (orang Turki).

b.      Portugis

              Berita keberhasilan Columbus menemukan daerah baru, membuat penasaran raja Portugis (sekarang terkenal dengan sebutan Portugal), Manuel l. Dipanggillah pelaut ulung Portugis bernama Vasco da Gama untuk melakukan ekspedisi menjelajahi samudra mencari Tanah Hindia. Vasco da Gama mencari jalan lain agar lebih cepat sampai di Tanah Hindia tempat penghasil rempah-rempah. Kebetulan sebelum Vasco da Gama mendapatkan perintah dari Raja Manuel l, sudah ada pelaut Portugis bernama Bartholomeus Diaz melakukan pelayaran mencari daerah Timur dengan menelusuri pantai barat Afrika. Pada tahun 1488 karena serangan ombak besar terpaksa Bartholomeus Diaz mendarat di suatu Ujung Selatan Benua Afrika. Tempat tersebut kemudian dinamakan Tanjung Harapan. Ia tidak melanjutkan penjelajahannya tetapi memilih bertolak kembali ke negerinya.Pada Juli 1497 Vasco da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon untuk memulai penjelajahan. Berdasarkan pengalaman Bartholomeus Diaz itu, Vasco da Gama juga berlayar mengambil rute yang pernah dilayari Bartholomeus Diaz. Rombongan Vasco da Gama juga singgah di Tanjung Harapan. Atas petunjuk dari pelaut bangsa Moor yang telah disewanya, rombongan Vasco da Gama melanjutkan penjelajahan, berlayar menelusuri pantai timur Afrika kemudian berbelok ke kanan untuk mengarungi Lautan Hindia (Samudra Indonesia).

Pada tahun 1498 rombongan Vasco da Gama mendarat sampai di Kalikut dan juga Goa di pantai barat India. Ada pemandangan yang menarik dari kedatangan rombongan Vasco da Gama ini. Mereka ternyata sudah menyiapkan patok batu yang disebut batu padrao. Batu ini sudah diberi pahatan lambang bola dunia. Setiap daerah yang disinggahi kemudian dipasang patok batu padraosebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan itu milik Portugis. Bahkan di Goa, India Vasco da Gama berhasil mendirikan kantor dagang yang dilengkapi dengan benteng. Atas kesuksesan ekspedisi ini maka oleh Raja Portugis, Vasco da Gama diangkat sebagai penguasa di Goa atas nama pemerintahan Portugis. Setelah beberapa tahun tinggal di India, orang-orang Portugis menyadari bahwa India ternyata bukan daerah penghasil rempah-rempah. Mereka mendengar bahwa Malaka merupakan kota pusat perdagangan rempahrempah. Oleh karena itu dipersiapkan ekspedisi lanjutan di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Dengan armada lengkap Alfonso de Albuquerque berangkat untuk menguasai Malaka.

Pada tahun 1511 armada Portugis berhasil menguasai Malaka. Dengan demikian kekuatan Portugis semakin mendekati Kepulauan Nusantara. Orang-orang Portugis pun segera mengetahui tempat buruannya “mutiara dari timur” yakni di Kepulauan Nusantara, khususnya di Kepulauan Maluku. dengan dikuasainya Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 telah menyebabkan perdagangan orang-orang Islam menjadi terdesak. Para pedagang Islam tidak lagi bisa berdagang dan keluar masuk kawasan Selat Malaka, karena Portugis melakukan monopoli perdagangan. Akibatnya para pedagang Islam harus menyingkir ke daerah-daerah lain. Tindakan Portugis yang memaksakan monopoli dalam perdagangan itu telah mendapatkan protes dan perlawanan dari berbagai pihak. Sebagai contoh pada tahun 1512 terjadi perlawanan yang dilancarkan seorang pemuka masyarakat yang bernama Pate Kadir (Katir). Pate Kadir merupakan tokoh masyarakat yang sangat pemberani. Ia melancarkan perlawanan terhadap keserakahan Portugis di Malaka.

Dalam melancarkan perlawanan ini Kadir berhasil menjalin persekutuan dengan Hang Nadim. Perlawanan Pate Kadir terjadi di laut dan kemudian menyerang pusat kota. Tetapi ternyata dengan kekuatan senjata yang lebih unggul, pasukan Kadir dapat dipukul mundur. Kadir semakin terdesak dan kemudian berhasil meloloskan diri sampai ke Jepara dan selanjutnya ke Demak. Tindak monopoli yang dipaksakan Portugis juga mendapatkan protes dari penguasa Kerajaan Demak. Demak telah menyiapkan pasukan untuk melancarkan perlawanan terhadap Portugis di Malaka. Pasukan Demak ini dipimpin oleh putera mahkota, Pati Unus. Pasukan Demak ini semakin kuat setelah bergabungnya Pate Kadir dan pengikutnya. Tahun 1513 pasukan Demak yang berkekuatan 100 perahu dan ribuan prajurit mulai melancarkan serangan ke Malaka. Tetapi dalam kenyataannya kekuatan pasukan Demak dan pengikut Kadir belum mampu menandingi kekuatan Portugis, sehingga serangan Demak ini juga belum berhasil. Posisi Portugis menjadi semakin kuat. Portugis terus berusaha memperluas monopolinya, sampai kemudian sampai ke Indonesia.

c.       Belanda

              Mendengar keberhasilan orang-orang Spanyol dan juga Portugis dalam menemukan daerah baru, apalagi daerah penghasil rempah-rempah, para pelaut dan pedagang Belanda tidak mau ketinggalan. Tahun 1594 Barents mencoba berlayar untuk mencari dunia Timur atau Tanah Hindia melalui daerah kutub utara. Karena keyakinannya bahwa bumi bulat maka sekalipun dari utara atau barat akan sampai pula di timur. Ternyata Barents tidak begitu mengenal medan. Ia gagal melanjutkan penjelajahannya karena kapalnya terjepit es mengingat air di kutub utara sedang membeku. Barents terhenti di sebuah pulau yang disebut Novaya Zemlya. Ia berusaha kembali ke negerinya, tetapi ia meninggal di perjalanan. Pada tahun 1595 pelaut Belanda yang lain yakni Cornelis de Houtman dan Piter de Keyser memulai pelayaran. Kedua pelaut ini bersama armadanya dengan kekuatan empat kapal dan 249 awak kapal beserta 64 pucuk meriam melakukan pelayaran dan penjelajahan samudra untuk mencari tanah Hindia yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. Cornelis de Houtman mengambil jalur laut yang sudah biasa dilalui orang-orang Portugis. Tahun 1596 Cornelis de Houtman beserta armadanya berhasil mencapai Kepulauan Nusantara. Ia dan rombongan mendarat di Banten. Sesuai dengan niatnya untuk berdagang maka kehadiran Cornelis de Houtman diterima baik oleh rakyat. Waktu itu di Kerajaan Banten bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir. Dengan melihat pelabuhan Banten yang begitu strategis dan adanya hasil tanaman rempah-rempah di wilayah itu Cornelis de Houtman berambisi untuk memonopoli perdagangan di Banten. Dengan kesombongan dan kadang-kadang berlaku kasar, orangorang Belanda memaksakan kehendaknya. Hal ini tidak dapat diterima oleh rakyat dan penguasa Banten.

Oleh karena itu, rakyat mulai membenci bahkan kemudian mengusir orang-orang Belanda itu. Cornelis de Houtman dan armadanya segera meninggalkan Banten dan akhirnya kembali ke Belanda.Ekspedisi penjelajahan berikutnya segera dipersiapkan untuk kembali menuju Kepulauan Nusantara. Rombongan kali ini dipimpin antara lain oleh van Heemskerck. Tahun 1598 van Heemskerck dengan armadanya sampai di Nusantara dan juga mendarat di Banten. Heemskerck dan anggotanya bersikap hati-hati dan lebih bersahabat. Rakyat Banten pun kembali menerima kedatangan orang-orang Belanda. Belanda mulai melakukan aktivitas perdagangan. Kapal-kapal mereka mulai berlayar ke timur dan singgah di Tuban. Dari Tuban pelayaran dilanjutkan ke timur menuju Maluku. Di bawah pimpinan Jacob van Neck mereka sampai di Maluku pada tahun 1599. Kedatangan orang-orang Belanda ini juga diterima baik oleh rakyat Maluku. Kebetulan waktu itu Maluku sedang konflik dengan orang-orang Portugis. Pelayaran dan perdagangan orang-orang Belanda di Maluku ini mendapatkan keuntungan yang berlipat. Dengan demikian semakin banyak kapal-kapal dagang yang berlayar menuju Maluku.

d.      Inggris

              Perlu dipahami bahwa setelah Portugis berhasil menemukan kepulauan Maluku, perdagangan rempah-rempah semakin meluas. Dalam waktu singkat Lisabon berkembang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Eropa Barat. Dalam kaitan ini Inggris dapat mengambil keuntungan besar dalam perdagangan rempah-rempah karena Inggris mendapatkan rempahrempah secara bebas dan relatif murah di Lisabon. Rempah-rempah itu kemudian diperdagangkan di daerah-daerah Eropa Barat bahkan sampai di Eropa Utara. Tetapi karena Inggris terlibat konflik dengan Portugis sebagai bagian dari Perang 80 Tahun, maka Inggris mulai mengalami kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah dari pasar Lisabon. Oleh karena itu, Inggris kemudian berusaha mencari sendiri negeri penghasil rempah-rempah. Banyak anggota masyarakat, para pelaut dan pedagang yang tidak melibatkan diri dalam perang justru mengadakan pelayaran dan penjelajahan samudra untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Dalam pelayarannya ke dunia Timur untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah, Inggris sampai ke India. Para pelaut dan pedagang Inggris ini masuk ke India pada tahun 1600. Inggris justru memperkuat kedudukannya di India. Inggris membentuk kongsi dagang yang diberi nama East India Company(EIC). Dari India inilah para pelaut dan pedagang Inggris berlayar ke Kepulauan Nusantara untuk meramaikan perdagangan rempahrempah. Bahkan pada tahun 1811 pernah memegang kendali kekuasaan di Tanah Hindia. Di samping ekspedisi tersebut, ada beberapa rombongan pelaut Inggris yang melewati jalur yang pernah ditempuh para pelaut Spanyol. Misalnya kelompok Pelgrim Father yang merupakan kelompok pelaut Inggris yang menggunakan Kapal Mayflower. Tahun 1607 kelompok Pilgrim Father berhasil mendarat di Amerika bagian Utara. Mereka kemudian membangun koloni di Amerika Utara di Massachusetts.

 

KESIMPULAN

1.  Latar belakang datangnya bangsa-bangsa Barat ke Indonesia: Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani (1453), adanya berbagai penemuan di bidang teknologi, semangat melanjutkan Perang Salib

2.  Bangsa-bangsa Barat (Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris), mencari daerah baru untuk memburu rempah-rempah melalui penjelajahan samudra atau jalur laut

3.  Dari konteks Indonesia, orang-orang Spanyol datang ke Indonesia melalui jalur timur, sedang Portugis melalui jalur barat, diikuti Belanda dan Inggris.

 

    TUJUAN MASUKNYA BANGSA EROPA KE INDONESIA

     HindiaTimur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan untuk mengawetkan makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan menjualnya kepada para pedagang Eropa.

     Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani kepada bangsa Eropa. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil. Sejak saat itu dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia.

 

 

B. Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia

1. Budi Utomo

          Berdirinya Budi Utomo dirintis oleh upaya Dr. Wahidin Sudirohusodo mengumpulkan dana pendidikan bumiputera. Upaya itu mendapat sambutan dari sejumlah mahasiswa STOVIA dengan membentuk organisasi.

          Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Karena menandai awal berdirinya organisasi kebangsaan, tanggal itu selanjutnya dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh pendirinva adalah para mahasiswa STOVIA, seperti Soetomo, Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo. Mereka tersisih setelah para bangsawan dan pejabat kolonial bergabung.

          Pada mulanya, Budi Utomo bukan organisasi politik. Kegiatannya terpusat pada bidang sosial dan budaya. Sejak tahun 1915, Budi Utomo mulai bergerak di bidang politik. Pada tahun 1929, Budi Utomo masuk menjadi anggota PPPKI (Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia).

          Pada tahun 1935, Budi Utomo bergabung dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) yang dipimpin oleh Soetomo. Penggabungan (fusi) itu membentuk organisasi baru bernama Parindra (Partai Indonesia Raya).

 

2. Sarekat Islam (SI)

Pada tahun 1909, Kyai Haji Samanhudi, saudagar batik dari Solo, mendirikan Sarekat Dagang Islam. Tujuan organisasi adalah membela kepentingan pedagang Islam dari ancaman dan dominasi pedagang Cina, serta meningkatkan pengamalan ajaran Islam di antara para anggota.

Pada tahun 1911, Sarekat Dagang Islam berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI). Perubahan nama itu diikuti dengan perluasan tujuan, yakni melawan segala bentuk penindasan dan dominasi rasial. Tokoh SI antara lain Haji Oemar Said Tjokroaminoto, Haji Agus SaLim, Abdul Moeis, dan Suryopranoto.

Khawatir terhadap dukungan dari rakyat kecil, pada tahun 1913, pemerintah kolonial mengeluarkan peraturan yang menetapkan bahwa cabang-cabang SI harus berdiri untuk daerah masing-masing. Peraturan ini dibuat sebagai upaya untuk memecah persatuan. Pada tahun 1916, berlangsung kongres nasional SI pertama di Bandung. Waktu itu SI telah menjadi organisasi massa pertama di Indonesia, beranggotakan ribuan orang.

Sejak tahun 1917, terjadi perpecahan dalan tubuh SI, dengan adanya SI Putih yang tetap setia kepada garis organisasi SI dan SI Merah yang cenderung ke arah sosialis-komunis. Akhirnya, pada tahun 1921, SI Merah memisahkan diri menjadi Partai Komunis Indonesia. Pada mulanya SI merupakan organisasi bercorak ekonomi dan agama. Kemudian, coraknya beralih menjadi politik, yang ditandai dengan perubahan nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) lalu berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

 

3. Indische Partij

Indische Partij (IP) didirikan pada tahun 1912 di kota Bandung oleh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E. Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). IP bertujuan menyatukan semua golongan masyarakat Indonesia, yaitu Indonesia asli, turunan Cina, dan Arab, dalam semangat nasionalime menuju Indonesia merdeka. Dengan tujuannya itu, IP menempatkan diri sebagai organisasi politik pertama di Indonesia.

Tujuan dan program IP disebarluaskan melalui propaganda dalam kampanye dan surat kabar. Karena dengan tegas memperjuangkan Indonesia merdeka, pemerintah kolonial membatasi gerak-gerik IP. Pada tahun 1913, IP dinyatakan sebagai partai terlarang. Larangan tersebut turut dilatarbelakangi oleh tulisan Suwardi Suryaningrat berjudul Als Ik een Nederlander was (Jika Saya Seorang Belanda) sebagai reaksi terhadap peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Prancis. Secara tajam tulisan itu menyindir tindakan pemerintah kolonial yang mewajibkan bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan bangsa yang menjajahnya. Sebagai tindak lanjut pelarangan IP, Tiga Serangkai ditangkap dan diasingkan ke Belanda, berikut Program Indische Partij: 

        Menanamkan cita-cita persatuan nasional Indonesia.

        Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan.

        Memberantas segala bentuk tindakan yang membangkitkan kebencian antar-agama dan ras.

        Memperkuat pengaruh pro-Hindia (Indonesia) dalam pemerintahan kolonial.

        Menyerukan perbaikan ekonomi bangsa Indonesia, terutama kalangan ekonomi lemah.

4. Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Organisasi itu berdiri atas dorongan beberapa orang muridnya dan anggota Budi Utomo. Muhammadiyah bertujuan mengembangkan ajaran agama Islam, memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang benar, dan memajukan pemahaman ilmu agama Islam di antara para anggota. Dengan tujuannya itu, Muhammadiyah menempatkan diri sebagai organisasi sosial keagamaan.

Untuk mencapai tujuannya, Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan, sosial, masjid, dan penerbitan. Selain itu, Muhammadiyah mengadakan berbagai bentuk pertemuan untuk membahas masalah-masalah Islam. Meskipun tidak menempuh jalur politik, Muhammadiyah mampu menarik banyak pendukung Pada tahun 1925, organisasi itu telah memiliki cabang di berbagai tempat, terutama di Jawa dan Sumatera. Muhammadiyah amat berperan memajukan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

 

5. Perhimpunan Indonesia

Perhimpunan Indonesia (PI) berasal dari organisasi pelajar Indonesia bernama Indische Vereeniging. Organisasi itu didirikan pada tahun 1908 sebagai forum komunikasi di antara pelajar Indonesia yang merantau di luar negeri.

Dilatarbelakangi oleh semakin kuatnya nasionalisme Indonesia setelah Perang Dunia I, Indische Vereeniging berubah haluan menjadi organisasi politik dengan nama Indonesische Vereeniging, pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Indonesische Vereeniging berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Pergantian nama itu diikuti oleh pergantian majalah organisasi, dari Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka.

Tokoh PI antara lain Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo, Abdulmajid Joyoadiningrat, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, Sartono, Gunawan Mangunkusumo, dan Nazir Datuk Pamuncak. PI bergabung dengan liga antiimperialisme dan penindasan kolonial. Dalam kongres liga pada tahun 1926 di Prancis, Hatta secara tegas menyuarakan tuntutan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1927, PI keluar dari liga, setelah kaum komunis mendominasi liga tersebut.

Pada tanggal 10 Juni 1926, Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo, Abdulmajid Joycic-± iingingrat, dan Nazir Pamuncak ditangkap, dengan tuduhan menghasut pemberontakan melawan pemerintah. Sebelum sidang pengadilan setahun kemudian, keempatnya dibebaskan. Sejak saat itu, gerak-gerik PI diawasi dengan ketat.

 

6. Program Perhimpunan Indonesia

Berjuang untuk memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang hanya bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia. Tujuan itu dicapai tanpa pertolongan siapapun dan juga tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Menghimpun persatuan nasional untuk kemerdekaan Indonesia, berupa aksi bersama dan serentak rakyat Indonesia menentang penjajah Belanda yang telah merusak kehidupan lahir batin bangsa Indonesia.

 

7. Partai Komunis Indonesia

Partai Komunis Indonesia berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Dalam melaksanakan programnva, PKI berpegang teguh pada kebijakan Komintern (Komunis Internasional). Sesuai dengan kebijakan Komintern, PKI menyusup ke dalam partai lain, terutama Sarekat Islam sebagai organisasi massa terbesar waktu itu. Sewaktu Komitern memutuskan untuk menentang Pan Islamisme, anggota PKI membentuk kubu SI prokomunis. Kubu itu berpusat di Semarang, di bawah pimpinan Semaun dan Darsono.

Gerakan SI prokomunis itu mengundang reaksi dari kalangan SI nonkomunis. Akibatnya, SI terpecah menjadi SI Merah (julukan untuk SI prokomunis) dan SI Putih (julukan untuk SI nonkomunis). Akhirnya, aturan disiplin SI, mengharuskan anggota SI Merah keluarr dari SI. Peristiwa pada tahun 1921 itu menandai berdirinya PKI sebagai organisasi politik yang berdiri sendiri.

Untuk membentuk organisasi massa vang kuat, PKI melakukan propaganda terhadap kalangan bawah, terutama kaum buruh. Dengan sifat revolusionernya, PKI mampu memperoleh dukungan dalam waktu cepat. Kemajuan pesat itu ternyata membuat PKI lupa diri karena membawa PKI pada keputusan untuk menggalang pemberontakan terhadap pemerintah kolonial. Sejumlah anggota teras PKI, seperti Tan Malaka, tidak menyetujui keputusan itu. Akan tetapi, persiapan pemberontakan tetap dilanjutkan di bawah pimpinan Alimin.

 

Pada tanggal 13 November 1926, pemberontakan PKI meletus. Pemberontakan berupa pemogokan dan kerusuhan di Batavia, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dalam waktu seminggu, pemerintah kolonial mampu menumpas pemberontakan. Pemberontakan juga meletus di Sumatera Barat, pada tanggal 1 Januari 1927. Pemberontakan itu pun dapat ditumpas dalam waktu singkat.

 

8. Partai Nasional Indonesia

Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung di bawah pimpinan Ir. Sukarno. Organisasi ini berawal dari kelompok belajar bernama Algemeene Studie Club. PNI bertujuan mencapai Indonesia merdeka dengan usaha sendiri. Ideologi PNI disebut Marhaenisme.

Dalam propagandanya, PNI langsung menyoroti berbagai bentuk ketidakadilan dan penindasan akibat kolonialisme Belanda. Ketidakadilan dan penindasan itu hanva dapat dihilangkan dengan kemerdekaan Indonesia, yang hanya dapat dicapai dengan persatuan seluruh rakyat. Selain propaganda, PNI juga mengadakan kegiatan konkret untuk membangun kesejahteraan rakyat di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Kesejahteraan akan menumbuhkan kemandirian dan persatuan.

Khawatir akan perkembangan nasionalisme di kalangan rakyat, pemerintah kolonial menangkap para tokoh PNI, seperti Soekarno, Maskoen, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata. Mereka dituduh menyulut kekacauan dan pemberontakan. Dalam kesempatan pembelaan, Soekarno menegaskan bahwa gerakan rakyat menentang pemerintah kolonial merupakan reaksi dari kalangan tertindas. Pidato pembelaan itu terkenal dengan sebutan Indonesia Menggugat. Akhirnya sidang pengadilan kolonial (Landraad) menjatuhkan hukuman penjara kepada para pemimpin PNI, berikut program-programnya:

 Bidang Politik

    Memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan Indonesia.

    Menyebarkan pengetahuan tentang sejarah nasional.

    Menuntut kemerdekaan pers dan berserikat. Bidang Ekonomi

 

Bidang Ekonomi

    Membentuk tata perekonomian vang melibatkan rakyat kecil.

    Mengusahakan pembentukan koperasi.

    Bidang Sosial

    Memajukan pengajaran untuk rakyat kecil.

    Meningkatkan kedudukan kaum wanita.

    Memperhatikan kepentingan buruh dan tani.

 

9. Persatuan Bangsa Indonesia

Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) berawal dari kelompok belajar bernama Indonesische Studie Club. Kelompok belajar itu didirikan oleh Dr. Sutomo di Surabaya, pada tahun 1924. Pada bulan November 1930, usaha memperbaiki kesejahteraan kelompok itu berubah menjadi PBI. Kegiatan PBI menitikberatkan pada rakyat. Salah satu usahanya adalah mendirikan rukun tani. Rukun tani itu terbukti berhasil meningkatkan kesejahteraan petani. Keberhasilan itu mengundang banyak dukungan terhadap PBI sehingga gerak-gerik organisasi itu mulai diawasi pemerintah kolonial.

Kegiatan PBI selanjutnya adalah menggalakkan koperasi, membentuk serikat kerja, dan meningkatkan pengajaran dan pendidikan rakyat. Pada tahun 1935, PBI dan Budi Utomo bergabung membentuk Parindra. Gabungan politik Indonesia (GAPI) didirikan pada tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta. Sebagai forum komunikasi antarpartai, GAPI tetap memberi kebebasan bagi partai untuk bergerak sesuai program masing-masing. Apabila timbul perselisihan antarpartai, GAPI bertindak sebagai penengah.

 

10. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Tokoh GAPI antara lain Muhammad Husni Thamrin, Amir Svarifuddin, dan Abikusno Cokrosuyoso. Konferensi GAPI, tanggal 4 Juli 1939, menghasilkan seruan Indonesia Berparlemen. Seruan itu tidak menuntut kemerdekaan penuh, melainkan suatu parlemen berdasarkan sendi-sendi demokrasi. Untuk melaksanakan aksinya, GAPI mengadakan Kongres Rakyat Indonesia, tanggal 25 Desember 1939.

Keputusan penting dari kongr es tersebut antara lain penetapan bendera merah putih sebagai bendera kebangsaan dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan. Saat Perang Dunia II meletus, GAPI mengeluarkan resolusi kepada ratu Belanda, parlemen Belanda, gubernur jenderal Hindia Belanda, dan Volksraad (dewan rakyat Hindia Belanda vang dibentuk pada tahun 1914). Resolusi itu menuntut penggantian Volksraad dengan perlemen sejati yang anggotanya dipilih oleh rakyat dan menuntut perubahan ketatanegaraan di Indonesia.

Atas rekomendasi pemerintah kolonial, pada tanggal 14 Desember 1940, dibentuk Komisi Visman. Komisi ini bertugas mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan. Namun, pembentukan komisi itu tidak mendapat sambutan, baik dari Volksraad maupun GAPI. Menjelang kedatangan Jepang, tuntutan GAPI semakin gencar melalui pembentukan Majelis Rakyat Indonesia, yang merupakan kelanjutan Kongres Rakyat Indonesia. Namun, tuntutan itu langsung redup setelah Jepang menguasai Indonesia.

 

C. Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Penjajah Sampai abad 20

      A.  Perlawanan Fisik Bangsa Indonesia terhadap Penjajahan Barat

1. Perlawanan terhadap Portugis

a.  Perlawanan Rakyat Demak terhadap Portugis

Pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka dengan bantuan Kerajaan Aceh. Penyerangan dipimpin oleh Adipati Unus yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. Pada masa pemerintahan Adipati Unus, Demak melakukan blokade pengiriman beras ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.

Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahillah pada tahun 1527.Ketika orang-orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak yang dipimpin Fatahillah dan tentara Portugis. Portugis pun berhasil dipukuk mundur. Kemudian Pelabuhan Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna oleh Fatahillah.

b.      Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Portugis

Portugis mulai mengusik kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam saat berada di Malaka. Portugis berusaha menguasai Kerajaan Aceh Darussalam yang menjadi pusat perdagangan baru setelah jatuhnya Malaka. Pada tahun 1513, Aceh bersama Demak melancarkan serangan ke Malaka, tapi gagal. Portugis pun sama juga gagal melancarkan serangan ke Aceh. Aceh meminta bantuan persenjataan, militer, dan ahli perang dari Turki. Dan bantuan dipenuhi oleh Turki pada tahun 1567. Setelah bantuan dari Turki datang, pada tahun 1568 Aceh bersama Turki menyerang Portugis di Malaka. Portugis terpaksa bertahan mati-matian dalam menghadapi serangan tersebut di Benteng A Famassa. Namun, Portugis dapat menggagalkan serangan dari Aceh.

c.   Perlawanan Rakyat Ternate terhadap Portugis

 

2.   Perlawanan terhadap VOC-Hindia Belanda

a.       Perlawanan terhadap VOC

b.      Perlawanan terhadap Pemerintahan Hindia Belanda

3.   Perlawanan terhadap Inggris

a.  Perlawanan Kraton Yogyakarta terhadap Penjajahan Bangsa Inggris

Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di Jawa, yang mengisi kekuasaan di pusat adalah Raffles, sedangkan Karesidenan Yogyakarta adalah John Crawfurd. Saat itu, Karesidenan Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwana II atau Sultan Sepuh. Sultan HB II terkenal keras dan sangat menentang pemerintah kolonial sehingga membuat orang Eropa (Inggris) terganggu. Sikap kerasnya tersebut terlihat ketika Raffles untu pertama kali datang ke Yogyakarta pada bulan Desember 1811. Saat itu, Sultan HB II berani bertengkar dengan Raffles. Selanjutnya, juga terjadi pada awal Januari 1812. Dalam pertemuan ini ada insiden kecil yang terjadi ketika tempat duduk Raffles di Keraton Yogyakarta dibuat lebih rendah dari Sultan HB II. Insiden ini pun berhasil diatasi.

Sultan HB II tidak puas dengan hasil pertemuannya dengan Raffles. Sultan HB II semakin kecewa dengan pemerintah Inggris. Secara diam-diam, Sunan Pakubuwana IV (Sultan PB IV) mengutus Tumenggung Ronowijoyo untuk menghadap Sultan HB II dengan membawa surat. Dalam surat itu, Sunan PB IV mengusulkan kerja sama untuk melawan Inggris dan bila berhasil akan membagi 2 wilayah yang telah dirampas oleh orang Eropa. Sultan HB II menyetujui hal itu dan mengirimkan Tumenggung Sumodiningrat. Kesepakatan tercapai pada awal Mei 1812 di Klaten antara Ronowijoyo dan Sumodiningrat.

Tanpa sepengetahuan Sultan HB II, Sunan PB IV mengutus Patih Cokronegoro untuk menemui putra mahkota Yogyakarta. Cokronegoro menyampaikan bahwa Sunan PB IV menghendaki putra mahkota Surojo naik tahta dan bersedia membantunya. Sunan PB IV menawarkan untuk kerja sama melawan Inggris dan ketika Inggris berhasil diusir dari Jawa, wilayah Jawa akan dibagi 2 antara Surakarta dan Yogyakarta. Rencana ini pun tercium oleh John Crawfurd yang segera mengirimkan berita itu pada Raffles. Setelah mendengar berita tersebut, Raffles memerintahkan Mayor Jenderal Gillespie untuk berangkat ke Yogyakarta dan menyerbu Keraton Yogyakarta.

Pada tanggal 19-20 Juni 1812, Inggris menyerbu Keraton Yogyakarta. Dalam pertempuran 2 hari, Inggris berkekuatan 1000 serdadu berseragam merah. Jumlah itu masih ditambah 500 prajurit Leguin Pangeran Prangwedono dari Mangkunegaran, Surakarta. Sultan HB II yang menghadapi Inggris tidak mendapat bantuan dari Surakarta seperti yang tertulis dalam surat rahasia bahwa Surakarta akan membantu Yogyakarta dalam melakukan perlawanan terhadap Inggris. Perang ini diakhiri dengan menyerahnya Sultan HB II dan dimulainya penjarahan besar-besaran harta, pusaka, dan pustaka Keraton Yogyakarta. Setelah itu, Raffles memerintahkan penangkapan Sultan HB II. Sultan HB II dibawa ke Batavia dan menunggu pengadilan disana. Sultan HB II dijatuhi hukuman pembuangan ke Pulau Penang pada awal Juli 1812. PB IV pun dirampas sebagian wilayahnya.

b.   Perlawanan Rakyat Palembang terhadap Penjajahan Bangsa Inggris

Raffles mengirim 3 orang utusan yang dipimpin oleh Richard Philips ke Palembang untuk mengambil alih kantor sekaligus benteng Belanda di Palembang dan meminta hak kuasa sultan atas tambang timah di Pulau Bangka. Sultan  Mahmud Badaruddin II menolak permintaan itu dengan merujuk pada surat Raffles sebelumnya bahwa kalau Belanda berhasil diusir, Palembang akan menjadi kesultanan yang merdeka. Raffles pun kaget luar biasa setelah mengetahui bahwa dengan cerdas Sultan Mahmud Badaruddin II menjadikan isi suratnya dahulu sebagai legitimasi untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris.

Raffles pun memilih untuk mengkhianati janjinya tersebut. Ia mengirim ekspedisi perang di tahun 1812 yang dipimpin Mayor Jenderal Robert Gillespie. Ekspedisi pun sampai dalam waktu 1 bulan di Sungai Musi. Sultan Mahmud Badaruddin II juga sudah bersiap-siap menghadapi gempuran tersebut.

Kesultanan Palembang akhirnya jatuh ke tangan Inggris hanya dalam waktu  1 minggu karena pertahanan di Pulau Borang sudah jebol tanpa perlawanan yang berarti. Ternyata adik sultan yang bernama Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin telah menjadi komandan yang pengecut bagi pasukannya di pulau yang strategis itu. Mengetahui hal itu, Sultan Mahmud Bdaruddin II segera meninggalkan keraton Palembang dengan membawa seluruh tanda kebesaran kesultanan lalu mempersiapkan perlawanan gerilya terhadap Inggris.

Tanggal 26 April 1812, bendera Inggris sudah berkibar di atas benteng Palembang. Dan tanggal 14 Mei 1812, Najamuddin diangkat oleh Robert Gillespie atas nama Inggris untuk menggantikan kakanya sebagai Sultan Palembang. Tambang timah di Pulau Bangka dan Belitung akhirnya diserahkan oleh sultan boneka ini kepada Inggris. Robert Gillespie ditarik pulang ke Batavia karena keberhasilannya dan digantikan oleh Kapten R. Mearers menjadi Residen Palembang. Pertengahan Agustus 1812, Mearers memimpin pasukannya untuk menyerang Sultan Mahmud Badaruddin II di Buaya Langu, hulu Sungai Musi. Mearers mengalami luka parah dalam pertempuran ini yang akhirnya meninggal di rumah sakit di Muntok.

Mearers digantikan oleh Mayor William Robinson. Tampaknya ia tidak cocok dengan Sultan Najamuddin yang dinilai menjadi sultan yang lemah dan tidak dihargai oleh rakyat. Robinson tidak setuju dengan keputusan Raffles yang mengangkat sultan tersebut, dan juga ia tidak suka dengan kebiasaan Raffles yang suka mengumbar janji, juga pembiaran yang dilakukan Raffles pada peristiwa pembantain paukan Belanda. Atas inisiatifnya sendiri, Robinson mengirim seorang perwira didampingi penerjemah untuk bernegosiasi dengan Sultan Mahmud Badaruddin II, namun gagal.

Pada tangal 19 Juni 1813, Robinson datang sendiri untuk menemui Sultan Mahmud Badaruddin II di Muara Rawas. Misi yang dilaksanakan Robinson pun berhasil. Sultan Mahmud Badaruddin II mau kembali ke Palembang untuk menggantikan adiknya. Akhirnya, tanggal 13 Juli 1813, Sultan Mahmud Badaruddin II kembali ke istananya (keraton besar) di Palembang, sementara adiknya bertempat tinggal di keraton lama.

Raffles sangat tersinggung dengan keputusan Robinson karena tidak meminta pendapatnya dulu. Akhirnya, perjanjian Robinson dengan Sultan Mahmud Badaruddin II dibatalkan sepihak. Robinson pun dipecat dan ditangkap dengan alasan menerima suap dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Tanggal 4 Agustus 1813, armada Inggris dipimpin Mayor W. Colebrooke tiba di Palembang untuk menurunkan Sultan Mahmud Badaruddin II dari tahtanya kembali untuk digantikan oleh Sultan Najamuddin. Uang yang dikatakan uang suap untuk Robinson dikembalikan pihak Inggris ke Sultan Mahmud Badaruddin II lengkap dengan bunganya. Dan tanggal 21 Agustus 1813, Sultan Najamuddin kembali menduduki tahtanya di keraton besar.

 

 

B. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sebelum dan sesudah abad ke-20

Pada abad ke-16 bangsa Eropa berlayar ke wilayah Timur, diantaranya Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Tujuan mereka adalah mencari rempah-rempah dan juga menyebarkan agama kristen. Setelah sampai Nusantara keserakahan mereka timbul, yang awalnya hanya ingin berdagang tiba-tiba mereka ingin menguasai Nusantara. Keinginan mereka itulah yang melatarbelakangi bangsa Indonesia melakukan perjuangan.

1.       Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sebelum abad ke-20

Sebelum tahun 1908, banyak bangsa lain yang ingin menjajah dan menguasai Indonesia. Banyak yang memeras, menyiksa dan merebut hak-hak rakyat Nusantara. Perjuangan bangsa Indonesia terhadap penjajah hampir dilakukan diseluruh wilayah, terutama di daerah yang menjadi pusat kekuasaan penjajah.

Perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah VOC menggunakan senjata dimulai pada abad ke-17, dimana perlawanan tersebut dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram, Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Untung Surapati, Trunajaya, dan Ibnu Iskandar dari Minangkabau.

Sedangkan yang berjuang pada abad ke-19 antara lain :

a.         Thomas Matulesy ata Pattimura dari Maluku (1817)

b.         Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kyai Mojo, dan Pangeran Mangkubumi di Jawa (1825-1830)

c.         Tuanku Imam Bonjoldari Minangkabau Sumatera Barat (1822-1837)

d.         Sultan Mahmud Badaruddin II dari Palembang (1817)

e.         Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat dari Kalimantan (1859-1862)

f.          I Gusti Kentut Jelantik dari Bali (1846-1849)

g.         Anak Agung Made dari Lombok (1895)

h.         Teuku Umar, Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro, dan Cut Nyak Dien dari Aceh (1873-1904)

i.           Si Singamangaraja XII dari Batak (1878-1907)

Berbagai perlawanan rakyat Indonesia yang terjadi pada sebelum abad ke-20 seperti perlawanan Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Agung serta perlawanan-perlawanan rakyat lainnya masih dalam batas-batas wilayah yang sempit dan parsial. Akibatnya perlawanan-perlawanan tersebut dapat diredam oleh kekuatan penjajah yang sudah menguasai secara nasional di Indonesia.

Kegagalan perjuangan dengan kekerasan senjata oleh para pahlawan baik ketika melawan Portugis, Belanda, maupun Inggris karena bangsa Indonesia mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:

a.    Perjuangan bersifat lokal / kedaerahan

b.    Perlawanan terhadap penjajah dilakukan secara sporadis dan tidak dalam waktu yang bersamaan

c.    Perjuangan pada umunya dipimpin oleh pemimpin yang kharismatik

d.    Perjuangan menentang penjajah sebelum masa 1908 dilakukan dengan kekerasan senjata

e.    Para pejuang mudah diadu domba sehingga sering terjadi perselisihan antar pemimpin di Indonesia

Bangsa Indonesia sadar bahwa penjajah yang terorganisasi dengan baik tidak mungkin dapat dikalahkan oleh perjuangan yang bersifat lokal dan tidak terorganisasi, oleh karena itu strategi perjuangan baru lebih diorganisasi dengan baik agar setelah abad ke-20 menggunakan strategi yang baru dan bisa mengalahkan penjajah.

 

2.  Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sesudah abad ke-20

Perjuangan bangsa Indonesia setelah abad ke-20 merupakan perjuangan yang sudah menunjukkan karakter yang bersifat nasional. Perjuangan nasional juga dikenal dengan istilah Pergerakan Nasional.

Tak hanya bersifat nasional, tapi bersifat perjuangan diplomasi dan organisasi. Corak perlawanan berubah dari pola perjuangan fisik (memakai senjata) menjadi non fisik (diplomasi dan organisasi). Berubahnya corak perlawanan terhadap penjajah pada masa pergerakan nasional terwujud berkat meningkatnya pendidikan di masa itu yang kemudian melahirkan kelompok baru, yaitu kaum intelektual atau golongan terpelajar.

 

Kelemahan-kelemahan pejuang kemerdekaan Indonesia !

1.    Perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal. Perjuangan cuma sebatas daerah saja, tidak ada kerjasama antardaerah

2.    Perlawanan terhadap penjajah dilakukan secara sporadis dan tidak dalam waktu yang bersamaan. Jadi perlawanannya itu nggak serentak di seluruh Indonesia, kalau misalnya melakukan perlawanan dengan serempak penjajah akan kewalahan

3.    Perjuangan pada umunya dipimpin oleh pemimpin yang kharismatik. Misal yang jadi pemimpin itu sudah meninggal maka perjuangan pun terhenti sampai disitu, jadi tidak ada yang melanjutkan

4.    Perjuangan menentang penjajah sebelum masa 1908 dilakukan dengan kekerasan senjata. Senjata milik penjajah lebih modern dibandingkan pejuang yang memakai persenjataan tradisional (misal bambu runcing)

5.    Para pejuang mudah diadu domba sehingga sering terjadi perselisihan antar pemimpin di Indonesia. Pihak penjajah memang pandai melakukan devide et impera atau politik memecah belah

 

Tokoh pergerakan di Indonesia!

a.       Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika

          Sama-sama memperjuangkan nasib kaum perempuan melalui pendidikan. Kartini mendirikan sekolah untuk wanita pribumi pada tahun 1903. Beliau juga mendirikan sekolah di rumahnya, di Rembang. Pada tahun 1904 Kartini meninggal dunia, kumpulan surat-suratnya disusun dalam sebuah buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang’. Pada tahun 1904, Dewi Sartika mendirikan Sekolah Istri di Bandung. Pada tahun 1915, Dewi Sartika mendirikan sebuah perrkumpulan wanita bernama Pengasah Budi. Perkumpulan ini memperjuangkan kemajuan wanita

b.      Ki Hajar Dewantara

          Mempunyai nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Bersama dengan Danudirja Setiabudi (Douwes Dekker) dan Cipto Mangunkusumo, beliau mendirikan Indische Partij. Mereka dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai. Indische Partij menuntut kemerdekaan Indonesia

          Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa. Perguruan ini mengajarkan kepada siswanya sifat kebangsaan. Karena peranannya yang besar dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara diberi julukan sebagai Bapak Pendidikan Nasional

c.       Dr. Sutomo

          Sutomo adalah salah satu pendiri Budi Utomo, Budi Utomo adalah organisasi pergerakan kebangsaan modern pertama di Indonesia yang dibentuk tanggal 20 mei 1908. Tujuannya adalah mempertinggi derajat bangsa Indonesia dan mempertinggi keluruhan budi orang Jawa

d.      Ahmad Dahlan

          Ahmad adalah tokoh pergerakan nasional lama belajar pengetahuan agama di Mekkah. Beliau mendirikan Muhamadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhamadiyah adalah mengajarkan agama Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis

e.      Wahid Hasyim

          Wahid Hasyim adalah putra Hasyim Ashari, pelopor dan pendiri NU (Nahdatul Ulama). Tujuan NU adalah memecahkan berbagai persoalan umat Islam baik dalam agama maupun kehidupan di masyarakat.

f.        Samanhudi

          Samanhudi belajar agama Islam di Surabaya. Untuk memperjuangkan para pedagang Indonesia, beliau mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) di Solo tahun 1911. SDI bertujuan menghidupkan perekonomian para pedagang Indonesia dan membantu anggotanya yang mengalami kesulitan.

 

D. Dampak Politik, Budaya, Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan pada Masa penjajahan

Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia pada hakikatnya merupakan bentuk penjajahan dan eksploitasi terhadap sumber daya alam yang dimiliki oleh tanah air kita yaitu Indonesia. Negara – Negara Barat yang pernah menjajah Indonesia yaitu :

-         Portugis

-         Inggris

-         Spanyol

-         Belanda

Tujuan mereka pada awalnya hanya untuk mencari rempah – rempah. Namun, seiring berjalannya waktu mereka mulai melakukan Kolonialisme dan Imperialisme ke daerah – daerah yang kaya akan rempah – rempah untuk kepentingan Negaranya sendiri.

Pada abad ke – 18, Belanda hampir menguasai daerah – daerah yg ada di Indonesia, hal ini jelas menguntungkan pihak Belanda karna mereka mengambil sumber daya alam yang orang pribumi miliki dengan cara yg kejam.

Mereka menggunakan tak – tik terjitunya yaitu Politik adu domba atau Devide et Impera, untuk memperoleh Kekuasaan yang lebih luas. Kehidupan dibawah penjajahan bangsa Barat memiliki dampak Positif dan Negatif.

Namun, pada kenyataannya Dampak Negatif  lebih dominan dari pada Dampak Positifnya. Berikut dampak yg ditimbulkan oleh para penjajahan bangsa Barat, khususnya Belanda baik dari segi Politik, Sosial, Ekonomi, maupun Pendidikan.

 

 

Ø Dampak di bidang Politik

Kuatnya pengaruh dibidang politik, Pemerintah Kolonial Belanda tidak sekedar memengaruhi jalannya Pemerintahan Pribumi/Kekuasaan Kerajaan – Kerajaan yang ada di Indonesia. akan tetapi, juga dapat mengambil wilayah kekuasaan Kerajaan, dan tidak sedikit wilayah – wilayah kekuasaan Kerajaan yg ada di Indonesia diambil alih oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Wilayah kekuasaan yang diduduki oleh Kerajaan terus dipersempit, bahkan ada kerajaan yg hancur lebur akibat ulah para Kolonial Belanda.

Berikut adalah pengaruh kolonialisme terhadap pemerintahan kerajaan :

-         Pemerintah kolonial ikut campur tangan dalam pemerintahan Kerajaan.

-         Kedudukan raja terikat oleh struktur pemerintahan kolonial.

-         Pemerintahan dibentuk dengan sistem sentralisasi yang pusatnya di Batavia (sekarang Jakarta).

 

Selain pemerintahan kerajaan, rakyat pribumi pun terkena dampak tersebut. Keberadaan rakyat Indonesia pada masa itu dibagi menjadi 2, yaitu :

1.           Situasi sebelum dijalankannya politik etis, dan

2.           Situasi sesudah dijalankannya politik etis.

Situasi sebelum dijalankannya politik etis, kehidupan masyarakat terdiri atas tiga golongan, yaitu :

-               Masyarakat kalangan bawah, yaitu meliputi : kaum buruh, pedagang, petukang, dan pekerja rendah lainnya.

-               Masyarakat kalangan menengah, yaitu meliputi : petani yang memiliki tanah dan para pegawai pemerintahan kolonial Belanda.

-               Masyarakat kalangan atas, yaitu meliputi : Pemuka agama dan para Bangsawan.

-               Sedangkan keberadaan setelah dijalankannya politik etis, keberadaan masyarakat Indonesia ditandai dengan adanya kalangan – kalangan pelajar.

 

Ø Dampak di bidang Ekonomi

Ketika pemerintah kolonial Belanda berkuasa, para pengusaha pribumi kedudukannya menjadi aparatur pemerintah kolonial, mereka tidak lagi mendapatkan penghasilan dan upeti seperti sebelumnya. Pendapatan mereka diganti dengan gaji menurut ketentuan pemerintah kolonial, akibatnya penghasilan mereka menurun drastis dari sebelumnya.

Nasib rakyat, terutama para petani menanggung beban yg amat berat. Petani harus menanam tanaman yang diperintahkan pemerintah kolonial. Banyak barang dagangan mereka yang dijadikan Monopoli pemerintah kolonial Belanda, dan banyak pula rakyat yang bekerja sebagai kuli perkebunan. Rakyat juga mengalami hambatan di bidang kerajinan tangan, karena banyaknya barang – barang yang datang dari negeri Belanda.

Mereka tidak bisa bergerak bebas di bidang perekonomian, karena pekerjaan mereka di awasi dan di batasi oleh pemerintah kolonial Belanda.

 

Ø Dampak di bidang Sosial

Nasib rakyat Indonesia, khususnya para penguasa sangat buruk. Kedudukan mereka yang sebelumnya menjadi penguasa, berubah menjadi aparatur pemerintah kolonial Belanda. Derajat dan kehormatan mereka sebagai pemuka masyarakat pribumi menurun, kedudukan mereka tidak diakui oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka bukan lagi sebagai penguasa, melainkan pembantu dalam menjalankan pemerintahan kolonial.

Sedangkan derajat kehidupan rakyat biasa dinjak – injak. Martabat dan hak mereka tidak mendapat pengakuan dan perlindungan. Keseharian mereka diliputi rasa takut, cemas, tidak percaya diri, bodoh dan terhina. Kedudukan sosial bangsa Indonesia dibagi menjadi 3 kelas, yaitu : kelas ke - satu diduduki oleh bangsa Barat, kelas ke - dua oleh Timur Asing, dan kelas ke – tiga diduduki oleh masyarakat pribumi.

 

Ø Dampak di bidang Budaya

Dalam bidang ini, budaya Barat sangat berpengaruh dalam kehidupan rakyat Indonesia. walaupun tidak serta merta, kehidupan Barat sedikit demi sedikit berkembang menjadi tata kehidupan pribumi, mulai dari cara pergaulan, gaya hidup, bahasa dan cara berpakaian Barat mulai dikenal oleh kalangan kraton maupun masyarakat, dan terus berkembang mengikis tradisi – tradisi kraton maupun masyarakat. Selain itu agama Kristen juga mulai berkembang di Indonesia. bangsa Barat mulai memperkenalkan agama Kristen di Indonesia, mulai dari kerajaan – kerajaan sampai masyarakat biasa.

 

Ø Dampak di bidang Pendidikan

Usaha – usaha yang dilakukan oleh kolonial Belanda dalam bidang pendidikan tidak lain adalah untuk keuntungan pemerintahan Belanda, yaitu menghasilkan pegawai administrasi Belanda yg murah, terampil, dan terdidik. Selain itu Pemerintah Belanda menyusun kurikulum pendidikannya sendiri, akibatnya perkembangan pendidikan dan pengajaran di Indonesia sampai abad ke – 19 menunjukkan kecenderungan Politik dan Kebudayaan. Tidak semua masyarakat mendapatkan pendidikan, masyarakat yang mempunyai jabatan lah yang dapat merasakan pendidikan, seperti keturunan raja, keturunan bangsawan, pengusaha kaya, dan yang lainnya.

Para Pahlawan kita lah yang mengajarkan pendidikan kepada rakyat - rakyat jelata, dengan tujuan agar masyarakat Indonesia tidak lagi dibodoh – bodohi oleh para kolonial Belanda.

Dampak penjajahan bangsa Barat di bidang pendidikan, antara lain :

-        Munculnya golongan - golongan terpelajar di Indonesia.

-        Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga – tenaga kerja di perusahaan Belanda.

-        Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar.