PENGARUH BANGSA BARAT TERHADAP PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA HINGGA
TERBENTUKNYA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA
Latar
Belakang Munculnya Pergerakan Nasional Indonesia
Pada umumnya lahir,
tumbuh, dan berkembangnya keragaman ideologi pergerakan nasional di Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari keadaan dunia internasional (eksternal) serta
kondisi yang terjadi di dalam negeri (internal).
a. Faktor Eksternal
Pertama, pada akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20, di seluruh negara-negara jajahan di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin merupakan fase timbulnya kesadaran tentang pentingnya semangat nasional,
perasaan senasib sebagai bangsa terjajah, serta keinginan untuk mendirikan
negara berdaulat lepas dari cengkeraman imperialisme.
Kedua, Perang Dunia I
yang berlangsung 1914-1918 telah menyadarkan bangsa-bangsa terjajah bahwa
negara-negara imperialis telah berperang diantara mereka sendiri. Tokoh-tokoh
pergerakan nasional di Asia, Afrika, dan Amerika Latin telah menyadari bahwa
kini saatnya telah tiba bagi mereka untuk melakukan perlawanan terhadap
penjajah yang sudah lelah berperang.
Ketiga, konflik
ideologi dunia antara kapitalisme atau imperialisme dan sosialisme atau
komunisme telah memberikan dorongan bagi bangsa-bangsa terjajah untuk melawan
kapitalisme atau imperialisme Barat.
Keempat, lahirnya
nasionalisme di Asia dan di negara-negara jajahan lainnya di seluruh dunia
telah mengilhami tokoh-tokoh pergerakan nasional untuk melakukan perlawanan
terhadap penjajahan Belanda. Misalnya kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905,
model pergerakan nasional yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi di India, Mustapha
Kemal Pasha di Turki, serta Dr. Sun Yat Sen di Cina telah memberikan inspirasi
bagi kalangan terpelajar nasionalis Indonesia bahwa imperialisme Belanda dapat
dilawan melalui organisasi modern.
b. Faktor Internal
Faktor internal yang
mempengaruhi berkembangnya keragaman ideologi pergerakan nasional di Indonesia,
yaitu sebagai berikut.
Pertama, sistem penjajahan
Belanda yang eksploitatif terhadap sumber daya alam dan manusia Indonesia serta
sewenang-wenang terhadap warga pribumi telah menyadarkan penduduk Indonesia
tentang adanya sistem kolonialisme dan imperialisme Barat yang menerapkan
ketidaksamaan dan perlakuan yang membeda-bedakan (diskriminatif).
Kedua, kenangan akan kejayaan
masa lalu. Rakyat Indonesia pada umumnya menyadari bahwa mereka pernah memiliki
negara kekuasaan yang jaya dan berdaulat di masa lalu (antara lain Kerajaan
Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit).
Ketiga, lahirnya kelompok
terpelajar Indonesia yang memperoleh pendidikan Barat dan Islam dari luar
negeri. Kesempatan ini terbuka setelah pemerintah kolonial Belanda pada awal
abad ke-20 menjalankan Politik Etis (Edukasi, Transmigrasi, dan Irigasi).
Orang-orang Indonesia yang memperoleh pendidikan Barat berasal dari kalangan
priyayi abangan yang memiliki status bangsawan. Sebagian lainnya berasal dari
kalangan priyayi dan santri yang secara sosial ekonomi memiliki kemampuan untuk
menunaikan ibadah haji serta memperoleh pendidikan tertentu di luar negeri.
Keempat, semangat persamaan
derajat tersebut berkembang menjadi gerakan
politik yang sifatnya nasional. Tindakan pemerintah kolonial yang
semakin represif seperti penangkapan tokoh-tokoh nasionalis telah menimbulkan
gerakan nasional untuk memperoleh kebebasan berbicara, berpolitik, serta
menentukan nasib sendiri tanpa dicampuri pemerintah kolonial Belanda.
A. AWAL MULA BANGSA EROPA DATANG KE INDONESIA
1. Spanyol
Orang-orang Spanyol dapat dikatakan sebagai pelopor
dalam pelayaran dan penjelajahan samudra mencari daerah baru penghasil
rempah-rempah di timur (disebut Tanah Hindia). Mereka diprakarsai oleh
Christhoper Columbus. Sebelum berangkat Columbus menghadap kepada Ratu Isabella
untuk mendapat dukungan termasuk fasilitas. Ratu Isabella mengizinkan dan menyediakan
tiga kapal dengan segala perlengkapannya. Ratu Isabella juga menyediakan hadiah
apabila misi Columbus dapat berhasil. Atas dasar keyakinan bahwa bumi itu bulat
maka Columbus dengan rombongannya optimis berhasil menemukan daerah baru di
timur. Pada tanggal 3 Agustus 1492, Columbus berangkat dari pelabuhaan Spanyol
berlayar menuju arah barat.
Pada tanggal 6 September tahun
yang sama, rombongan Columbus sampai di Kepulauan Kanari di sebelah barat
Afrika. Ekspedisi penjelajahan samudra dilanjutkan dengan mengarungi lautan
luas yang dikenal ganas, yakni Samudra Atlantik. Salah satu kapalnya rusak.
Para anggota ekspedisi hampir putus asa. Namun Columbus terus memberi semangat
bagi anggota rombongannya. Setelah sekitar satu bulan lebih berlayar, tanggal
12 Oktober 1492 rombongan Columbus berhasil mendarat di pantai bagian dari
Kepulauan Bahama. Columbus mengira bahwa ekspedisinya ini sudah sampai di Tanah
Hindia. Oleh karena itu, penduduk yang menempati daerah itu disebut orang-orang
Indian. Tempat mendarat Colombus ini kemudian dinamakan San Salvador.
Berikutnya rombongan Columbus kembali berlayar dan mendarat di Haiti. Merasa
ekspedisinya telah berhasil maka rombongan Columbus bertolak kembali ke Spanyol
untuk melapor kepada Ratu Isabella.
Tahun 1493 Columbus sampai
kembali di Spanyol. Kedatangan Columbus dan rombongan disambut dengan suka
cita. Bahkan dengan keberhasilannya mendarat di Kepulauan Bahama dan
Haiti, Columbus diakui sebagai penemu daerah baru yakni Benua Amerika.
Keberhasilan pelayaran Columbus menemukan daerah baru telah mendorong para
pelaut lain untuk melanjutkan penjelajahan samudra ke timur. Apalagi Columbus
belum berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Berangkatlah ekspedisi
yang dipimpin oleh Magellan/Magalhaes atau umum menyebut Magelhaens. Ia juga
disertai oleh seorang kapten kapal yang bernama Yan Sebastian del Cano.
Berdasarkan catatan-catatan yang telah dikumpulkan Columbus, Magellan mengambil
jalur yang mirip dilayari Columbus. Setelah terus berlayar Magellan beserta
rombongan mendarat di ujung selatan benua yang ditemukan Columbus (Amerika). Di
tempat ini terdapat selat yang agak sempit yang kemudian dinamakan Selat
Magellan.Melalui selat ini rombongan Magellan terus berlayar meninggalkan
Samudra Atlantik dan memasuki Samudra Pasifik dengan lautan yang relatif
tenang.
Setelah sekitar tiga bulan lebih
rombongan Magellan berlayar akhirnya pada Maret 1521 Magellan mendarat di Pulau
Guam. Rombongan Magellan kemudian melanjutkan penjelajahannya dan pada April
1521 sampai di Kepulauan Massava atau kemudian dikenal dengan Filipina.
Magellan menyatakan bahwa daerah yang ditemukan ini sebagai koloni Spanyol.
Tindakan Magellan dan rombongan ini mendapat tantangan penduduk setempat
(orang-orang Mactan). Terjadilah pertempuran antara kedua belah pihak. Dalam
pertempuran dengan penduduk setempat itu rombongan Magellan terdesak bahkan
Magellan sendiri terbunuh. Rombongan Magellan yang selamat segera meninggalkan
Filipina. Mereka di bawah pimpinan Sebastian del Cano terus berlayar ke arah
selatan. Pada tahun 1521 itu juga mereka sampai di Kepulauan Maluku yang
ternyata tempat penghasil rempah-rempah. Tanpa berpikir panjang kapal-kapal
rombongan del Cano ini dipenuhi dengan rempah-rempah dan terus bertolak kembali
ke Spanyol. Dikisahkan bahwa atas petunjuk pemandu orang Indonesia kapal-kapal
rombongan del Cano ini berlayar menuju ke arah barat, sehingga melewati Tanjung
Harapan di Afrika Selatan dan diteruskan menuju Spanyol.
Dengan penjelajahan dan pelayaran
yang dipimpin oleh Magellan itu maka sering disebut-sebut bahwa tokoh yang
berhasil mengelilingi dunia pertama kali adalah Magellan. Dalam kaitannya
dengan pelayaran dan penjelajahan samudra itu ada pendapat yang menarik dari
Menzies, seorang perwira angkatan laut Inggris. Ia menegaskan bahwa yang
berhasil mengelilingi dunia pertama kali adalah armada Cina yang dipimpin oleh
Panglima Zheng He (Cheng Ho) pada tahun 1421. Zheng He adalah seorang kasim
kepercayaan Kaisar Cina dari Dinasti Ming yang bernama Zhu Di atau Yong Le.
Dijelaskan oleh Menzies bahwa Zheng He bersama armadanya telah berlayar
mengelilingi dunia dengan berpedoman pada peta-peta kuna yang dibuat oleh para
kartografer Cina dan juga beberapa peta yang dibuat misalnya oleh Fra Mauro
(orang Italia), dan yang dibuat oleh Piri Reis (orang Turki).
b. Portugis
Berita keberhasilan Columbus menemukan daerah baru,
membuat penasaran raja Portugis (sekarang terkenal dengan sebutan Portugal),
Manuel l. Dipanggillah pelaut ulung Portugis bernama Vasco da Gama untuk
melakukan ekspedisi menjelajahi samudra mencari Tanah Hindia. Vasco da Gama
mencari jalan lain agar lebih cepat sampai di Tanah Hindia tempat penghasil
rempah-rempah. Kebetulan sebelum Vasco da Gama mendapatkan perintah dari Raja
Manuel l, sudah ada pelaut Portugis bernama Bartholomeus Diaz melakukan
pelayaran mencari daerah Timur dengan menelusuri pantai barat Afrika. Pada
tahun 1488 karena serangan ombak besar terpaksa Bartholomeus Diaz mendarat di
suatu Ujung Selatan Benua Afrika. Tempat tersebut kemudian dinamakan Tanjung
Harapan. Ia tidak melanjutkan penjelajahannya tetapi memilih bertolak kembali
ke negerinya.Pada Juli 1497 Vasco da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon
untuk memulai penjelajahan. Berdasarkan pengalaman Bartholomeus Diaz itu, Vasco
da Gama juga berlayar mengambil rute yang pernah dilayari Bartholomeus Diaz.
Rombongan Vasco da Gama juga singgah di Tanjung Harapan. Atas petunjuk dari
pelaut bangsa Moor yang telah disewanya, rombongan Vasco da Gama melanjutkan
penjelajahan, berlayar menelusuri pantai timur Afrika kemudian berbelok ke
kanan untuk mengarungi Lautan Hindia (Samudra Indonesia).
Pada tahun 1498 rombongan Vasco
da Gama mendarat sampai di Kalikut dan juga Goa di pantai barat India. Ada
pemandangan yang menarik dari kedatangan rombongan Vasco da Gama ini. Mereka
ternyata sudah menyiapkan patok batu yang disebut batu padrao. Batu ini sudah
diberi pahatan lambang bola dunia. Setiap daerah yang disinggahi kemudian
dipasang patok batu padraosebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan itu milik Portugis.
Bahkan di Goa, India Vasco da Gama berhasil mendirikan kantor dagang yang
dilengkapi dengan benteng. Atas kesuksesan ekspedisi ini maka oleh Raja
Portugis, Vasco da Gama diangkat sebagai penguasa di Goa atas nama pemerintahan
Portugis. Setelah beberapa tahun tinggal di India, orang-orang Portugis
menyadari bahwa India ternyata bukan daerah penghasil rempah-rempah. Mereka
mendengar bahwa Malaka merupakan kota pusat perdagangan rempahrempah. Oleh
karena itu dipersiapkan ekspedisi lanjutan di bawah pimpinan Alfonso de
Albuquerque. Dengan armada lengkap Alfonso de Albuquerque berangkat untuk
menguasai Malaka.
Pada tahun 1511 armada Portugis
berhasil menguasai Malaka. Dengan demikian kekuatan Portugis semakin mendekati
Kepulauan Nusantara. Orang-orang Portugis pun segera mengetahui tempat
buruannya “mutiara dari timur” yakni di Kepulauan Nusantara, khususnya di
Kepulauan Maluku. dengan dikuasainya Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 telah
menyebabkan perdagangan orang-orang Islam menjadi terdesak. Para pedagang Islam
tidak lagi bisa berdagang dan keluar masuk kawasan Selat Malaka, karena
Portugis melakukan monopoli perdagangan. Akibatnya para pedagang Islam harus
menyingkir ke daerah-daerah lain. Tindakan Portugis yang memaksakan monopoli
dalam perdagangan itu telah mendapatkan protes dan perlawanan dari berbagai
pihak. Sebagai contoh pada tahun 1512 terjadi perlawanan yang dilancarkan
seorang pemuka masyarakat yang bernama Pate Kadir (Katir). Pate Kadir merupakan
tokoh masyarakat yang sangat pemberani. Ia melancarkan perlawanan terhadap
keserakahan Portugis di Malaka.
Dalam melancarkan perlawanan ini
Kadir berhasil menjalin persekutuan dengan Hang Nadim. Perlawanan Pate Kadir
terjadi di laut dan kemudian menyerang pusat kota. Tetapi ternyata dengan
kekuatan senjata yang lebih unggul, pasukan Kadir dapat dipukul mundur. Kadir
semakin terdesak dan kemudian berhasil meloloskan diri sampai ke Jepara dan
selanjutnya ke Demak. Tindak monopoli yang dipaksakan Portugis juga mendapatkan
protes dari penguasa Kerajaan Demak. Demak telah menyiapkan pasukan untuk
melancarkan perlawanan terhadap Portugis di Malaka. Pasukan Demak ini dipimpin
oleh putera mahkota, Pati Unus. Pasukan Demak ini semakin kuat setelah
bergabungnya Pate Kadir dan pengikutnya. Tahun 1513 pasukan Demak yang
berkekuatan 100 perahu dan ribuan prajurit mulai melancarkan serangan ke
Malaka. Tetapi dalam kenyataannya kekuatan pasukan Demak dan pengikut Kadir
belum mampu menandingi kekuatan Portugis, sehingga serangan Demak ini juga
belum berhasil. Posisi Portugis menjadi semakin kuat. Portugis terus berusaha
memperluas monopolinya, sampai kemudian sampai ke Indonesia.
c. Belanda
Mendengar keberhasilan orang-orang Spanyol dan juga
Portugis dalam menemukan daerah baru, apalagi daerah penghasil rempah-rempah,
para pelaut dan pedagang Belanda tidak mau ketinggalan. Tahun 1594 Barents
mencoba berlayar untuk mencari dunia Timur atau Tanah Hindia melalui daerah
kutub utara. Karena keyakinannya bahwa bumi bulat maka sekalipun dari utara
atau barat akan sampai pula di timur. Ternyata Barents tidak begitu mengenal
medan. Ia gagal melanjutkan penjelajahannya karena kapalnya terjepit es
mengingat air di kutub utara sedang membeku. Barents terhenti di sebuah pulau
yang disebut Novaya Zemlya. Ia berusaha kembali ke negerinya, tetapi ia
meninggal di perjalanan. Pada tahun 1595 pelaut Belanda yang lain yakni
Cornelis de Houtman dan Piter de Keyser memulai pelayaran. Kedua pelaut ini
bersama armadanya dengan kekuatan empat kapal dan 249 awak kapal beserta 64
pucuk meriam melakukan pelayaran dan penjelajahan samudra untuk mencari tanah
Hindia yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. Cornelis de Houtman
mengambil jalur laut yang sudah biasa dilalui orang-orang Portugis. Tahun 1596
Cornelis de Houtman beserta armadanya berhasil mencapai Kepulauan Nusantara. Ia
dan rombongan mendarat di Banten. Sesuai dengan niatnya untuk berdagang maka
kehadiran Cornelis de Houtman diterima baik oleh rakyat. Waktu itu di Kerajaan
Banten bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakir Mahmud
Abdulkadir. Dengan melihat pelabuhan Banten yang begitu strategis dan adanya
hasil tanaman rempah-rempah di wilayah itu Cornelis de Houtman berambisi untuk
memonopoli perdagangan di Banten. Dengan kesombongan dan kadang-kadang berlaku
kasar, orangorang Belanda memaksakan kehendaknya. Hal ini tidak dapat diterima
oleh rakyat dan penguasa Banten.
Oleh karena itu, rakyat mulai
membenci bahkan kemudian mengusir orang-orang Belanda itu. Cornelis de Houtman
dan armadanya segera meninggalkan Banten dan akhirnya kembali ke
Belanda.Ekspedisi penjelajahan berikutnya segera dipersiapkan untuk kembali
menuju Kepulauan Nusantara. Rombongan kali ini dipimpin antara lain oleh van
Heemskerck. Tahun 1598 van Heemskerck dengan armadanya sampai di Nusantara dan
juga mendarat di Banten. Heemskerck dan anggotanya bersikap hati-hati dan lebih
bersahabat. Rakyat Banten pun kembali menerima kedatangan orang-orang Belanda.
Belanda mulai melakukan aktivitas perdagangan. Kapal-kapal mereka mulai
berlayar ke timur dan singgah di Tuban. Dari Tuban pelayaran dilanjutkan ke
timur menuju Maluku. Di bawah pimpinan Jacob van Neck mereka sampai di Maluku
pada tahun 1599. Kedatangan orang-orang Belanda ini juga diterima baik oleh
rakyat Maluku. Kebetulan waktu itu Maluku sedang konflik dengan orang-orang
Portugis. Pelayaran dan perdagangan orang-orang Belanda di Maluku ini
mendapatkan keuntungan yang berlipat. Dengan demikian semakin banyak
kapal-kapal dagang yang berlayar menuju Maluku.
d. Inggris
Perlu dipahami bahwa setelah Portugis berhasil
menemukan kepulauan Maluku, perdagangan rempah-rempah semakin meluas. Dalam
waktu singkat Lisabon berkembang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di
Eropa Barat. Dalam kaitan ini Inggris dapat mengambil keuntungan besar dalam perdagangan
rempah-rempah karena Inggris mendapatkan rempahrempah secara bebas dan relatif
murah di Lisabon. Rempah-rempah itu kemudian diperdagangkan di daerah-daerah
Eropa Barat bahkan sampai di Eropa Utara. Tetapi karena Inggris terlibat
konflik dengan Portugis sebagai bagian dari Perang 80 Tahun, maka Inggris mulai
mengalami kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah dari pasar Lisabon. Oleh
karena itu, Inggris kemudian berusaha mencari sendiri negeri penghasil
rempah-rempah. Banyak anggota masyarakat, para pelaut dan pedagang yang tidak
melibatkan diri dalam perang justru mengadakan pelayaran dan penjelajahan
samudra untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Dalam pelayarannya ke
dunia Timur untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah, Inggris sampai ke
India. Para pelaut dan pedagang Inggris ini masuk ke India pada tahun 1600.
Inggris justru memperkuat kedudukannya di India. Inggris membentuk kongsi
dagang yang diberi nama East India Company(EIC). Dari India inilah para pelaut
dan pedagang Inggris berlayar ke Kepulauan Nusantara untuk meramaikan
perdagangan rempahrempah. Bahkan pada tahun 1811 pernah memegang kendali
kekuasaan di Tanah Hindia. Di samping ekspedisi tersebut, ada beberapa
rombongan pelaut Inggris yang melewati jalur yang pernah ditempuh para pelaut
Spanyol. Misalnya kelompok Pelgrim Father yang merupakan kelompok pelaut
Inggris yang menggunakan Kapal Mayflower. Tahun 1607 kelompok Pilgrim Father
berhasil mendarat di Amerika bagian Utara. Mereka kemudian membangun koloni di
Amerika Utara di Massachusetts.
KESIMPULAN
1. Latar belakang
datangnya bangsa-bangsa Barat ke Indonesia: Jatuhnya Konstantinopel ke tangan
Turki Usmani (1453), adanya berbagai penemuan di bidang teknologi, semangat
melanjutkan Perang Salib
2. Bangsa-bangsa Barat
(Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris), mencari daerah baru untuk memburu
rempah-rempah melalui penjelajahan samudra atau jalur laut
3. Dari konteks
Indonesia, orang-orang Spanyol datang ke Indonesia melalui jalur timur, sedang
Portugis melalui jalur barat, diikuti Belanda dan Inggris.
TUJUAN MASUKNYA BANGSA EROPA KE INDONESIA
HindiaTimur
atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini
digunakan untuk mengawetkan makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku di
pasaran dan harganya pun mahal. Hal
ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan
rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan
menjualnya kepada para pedagang Eropa.
Namun,
jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan
rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang
dilakukan oleh Turki Utsmani kepada bangsa Eropa. Situasi ini mendorong
orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki
bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam
perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempah-rempah
di negara penghasil. Sejak saat itu dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia.
B.
Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
1.
Budi Utomo
Berdirinya Budi Utomo dirintis oleh upaya Dr. Wahidin
Sudirohusodo mengumpulkan dana pendidikan bumiputera. Upaya itu mendapat
sambutan dari sejumlah mahasiswa STOVIA dengan membentuk organisasi.
Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Karena
menandai awal berdirinya organisasi kebangsaan, tanggal itu selanjutnya
dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh pendirinva adalah para
mahasiswa STOVIA, seperti Soetomo, Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario
Tirtokusumo. Mereka tersisih setelah para bangsawan dan pejabat kolonial
bergabung.
Pada mulanya, Budi Utomo bukan organisasi politik.
Kegiatannya terpusat pada bidang sosial dan budaya. Sejak tahun 1915, Budi
Utomo mulai bergerak di bidang politik. Pada tahun 1929, Budi Utomo masuk
menjadi anggota PPPKI (Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia).
Pada tahun 1935, Budi Utomo bergabung dengan PBI (Persatuan
Bangsa Indonesia) yang dipimpin oleh Soetomo. Penggabungan (fusi) itu membentuk
organisasi baru bernama Parindra (Partai Indonesia Raya).
2.
Sarekat Islam (SI)
Pada
tahun 1909, Kyai Haji Samanhudi, saudagar batik dari Solo, mendirikan Sarekat
Dagang Islam. Tujuan organisasi adalah membela kepentingan pedagang Islam dari
ancaman dan dominasi pedagang Cina, serta meningkatkan pengamalan ajaran Islam
di antara para anggota.
Pada
tahun 1911, Sarekat Dagang Islam berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI).
Perubahan nama itu diikuti dengan perluasan tujuan, yakni melawan segala bentuk
penindasan dan dominasi rasial. Tokoh SI antara lain Haji Oemar Said
Tjokroaminoto, Haji Agus SaLim, Abdul Moeis, dan Suryopranoto.
Khawatir
terhadap dukungan dari rakyat kecil, pada tahun 1913, pemerintah kolonial
mengeluarkan peraturan yang menetapkan bahwa cabang-cabang SI harus berdiri
untuk daerah masing-masing. Peraturan ini dibuat sebagai upaya untuk memecah
persatuan. Pada tahun 1916, berlangsung kongres nasional SI pertama di Bandung.
Waktu itu SI telah menjadi organisasi massa pertama di Indonesia, beranggotakan
ribuan orang.
Sejak
tahun 1917, terjadi perpecahan dalan tubuh SI, dengan adanya SI Putih yang
tetap setia kepada garis organisasi SI dan SI Merah yang cenderung ke arah
sosialis-komunis. Akhirnya, pada tahun 1921, SI Merah memisahkan diri menjadi
Partai Komunis Indonesia. Pada mulanya SI merupakan organisasi bercorak ekonomi
dan agama. Kemudian, coraknya beralih menjadi politik, yang ditandai dengan
perubahan nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI) lalu berubah lagi menjadi
Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
3.
Indische Partij
Indische
Partij (IP) didirikan pada tahun 1912 di kota Bandung oleh Tiga Serangkai,
yaitu E.F.E. Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki
Hajar Dewantara). IP bertujuan menyatukan semua golongan masyarakat Indonesia,
yaitu Indonesia asli, turunan Cina, dan Arab, dalam semangat nasionalime menuju
Indonesia merdeka. Dengan tujuannya itu, IP menempatkan diri sebagai organisasi
politik pertama di Indonesia.
Tujuan
dan program IP disebarluaskan melalui propaganda dalam kampanye dan surat
kabar. Karena dengan tegas memperjuangkan Indonesia merdeka, pemerintah
kolonial membatasi gerak-gerik IP. Pada tahun 1913, IP dinyatakan sebagai
partai terlarang. Larangan tersebut turut dilatarbelakangi oleh tulisan Suwardi
Suryaningrat berjudul Als Ik een Nederlander was (Jika Saya Seorang Belanda)
sebagai reaksi terhadap peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari
penjajahan Prancis. Secara tajam tulisan itu menyindir tindakan pemerintah
kolonial yang mewajibkan bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan bangsa yang
menjajahnya. Sebagai tindak lanjut pelarangan IP, Tiga Serangkai ditangkap dan
diasingkan ke Belanda, berikut Program Indische Partij:
• Menanamkan cita-cita persatuan nasional
Indonesia.
• Memberantas kesombongan sosial dalam
pergaulan baik di bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan.
• Memberantas segala bentuk tindakan yang
membangkitkan kebencian antar-agama dan ras.
• Memperkuat pengaruh pro-Hindia
(Indonesia) dalam pemerintahan kolonial.
• Menyerukan perbaikan ekonomi bangsa
Indonesia, terutama kalangan ekonomi lemah.
4.
Muhammadiyah
Muhammadiyah
didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Organisasi itu berdiri atas dorongan beberapa orang muridnya dan anggota Budi
Utomo. Muhammadiyah bertujuan mengembangkan ajaran agama Islam, memberantas
kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang benar, dan memajukan
pemahaman ilmu agama Islam di antara para anggota. Dengan tujuannya itu,
Muhammadiyah menempatkan diri sebagai organisasi sosial keagamaan.
Untuk
mencapai tujuannya, Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan, sosial, masjid,
dan penerbitan. Selain itu, Muhammadiyah mengadakan berbagai bentuk pertemuan
untuk membahas masalah-masalah Islam. Meskipun tidak menempuh jalur politik,
Muhammadiyah mampu menarik banyak pendukung Pada tahun 1925, organisasi itu
telah memiliki cabang di berbagai tempat, terutama di Jawa dan Sumatera.
Muhammadiyah amat berperan memajukan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
5.
Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan
Indonesia (PI) berasal dari organisasi pelajar Indonesia bernama Indische
Vereeniging. Organisasi itu didirikan pada tahun 1908 sebagai forum komunikasi
di antara pelajar Indonesia yang merantau di luar negeri.
Dilatarbelakangi
oleh semakin kuatnya nasionalisme Indonesia setelah Perang Dunia I, Indische
Vereeniging berubah haluan menjadi organisasi politik dengan nama Indonesische
Vereeniging, pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Indonesische Vereeniging
berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Pergantian nama itu diikuti
oleh pergantian majalah organisasi, dari Hindia Poetra menjadi Indonesia
Merdeka.
Tokoh
PI antara lain Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo, Abdulmajid Joyoadiningrat,
Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, Sartono, Gunawan Mangunkusumo, dan Nazir
Datuk Pamuncak. PI bergabung dengan liga antiimperialisme dan penindasan
kolonial. Dalam kongres liga pada tahun 1926 di Prancis, Hatta secara tegas
menyuarakan tuntutan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1927, PI keluar dari
liga, setelah kaum komunis mendominasi liga tersebut.
Pada
tanggal 10 Juni 1926, Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo, Abdulmajid Joycic-±
iingingrat, dan Nazir Pamuncak ditangkap, dengan tuduhan menghasut
pemberontakan melawan pemerintah. Sebelum sidang pengadilan setahun kemudian,
keempatnya dibebaskan. Sejak saat itu, gerak-gerik PI diawasi dengan ketat.
6.
Program Perhimpunan Indonesia
Berjuang
untuk memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang hanya bertanggung jawab
kepada rakyat Indonesia. Tujuan itu dicapai tanpa pertolongan siapapun dan juga
tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Menghimpun persatuan
nasional untuk kemerdekaan Indonesia, berupa aksi bersama dan serentak rakyat
Indonesia menentang penjajah Belanda yang telah merusak kehidupan lahir batin
bangsa Indonesia.
7.
Partai Komunis Indonesia
Partai
Komunis Indonesia berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Dalam melaksanakan
programnva, PKI berpegang teguh pada kebijakan Komintern (Komunis
Internasional). Sesuai dengan kebijakan Komintern, PKI menyusup ke dalam partai
lain, terutama Sarekat Islam sebagai organisasi massa terbesar waktu itu.
Sewaktu Komitern memutuskan untuk menentang Pan Islamisme, anggota PKI
membentuk kubu SI prokomunis. Kubu itu berpusat di Semarang, di bawah pimpinan
Semaun dan Darsono.
Gerakan
SI prokomunis itu mengundang reaksi dari kalangan SI nonkomunis. Akibatnya, SI
terpecah menjadi SI Merah (julukan untuk SI prokomunis) dan SI Putih (julukan
untuk SI nonkomunis). Akhirnya, aturan disiplin SI, mengharuskan anggota SI
Merah keluarr dari SI. Peristiwa pada tahun 1921 itu menandai berdirinya PKI
sebagai organisasi politik yang berdiri sendiri.
Untuk
membentuk organisasi massa vang kuat, PKI melakukan propaganda terhadap
kalangan bawah, terutama kaum buruh. Dengan sifat revolusionernya, PKI mampu
memperoleh dukungan dalam waktu cepat. Kemajuan pesat itu ternyata membuat PKI
lupa diri karena membawa PKI pada keputusan untuk menggalang pemberontakan
terhadap pemerintah kolonial. Sejumlah anggota teras PKI, seperti Tan Malaka,
tidak menyetujui keputusan itu. Akan tetapi, persiapan pemberontakan tetap
dilanjutkan di bawah pimpinan Alimin.
Pada
tanggal 13 November 1926, pemberontakan PKI meletus. Pemberontakan berupa
pemogokan dan kerusuhan di Batavia, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Dalam waktu seminggu, pemerintah kolonial mampu menumpas pemberontakan.
Pemberontakan juga meletus di Sumatera Barat, pada tanggal 1 Januari 1927.
Pemberontakan itu pun dapat ditumpas dalam waktu singkat.
8.
Partai Nasional Indonesia
Partai
Nasional Indonesia (PNI) didirikan pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung di bawah
pimpinan Ir. Sukarno. Organisasi ini berawal dari kelompok belajar bernama
Algemeene Studie Club. PNI bertujuan mencapai Indonesia merdeka dengan usaha
sendiri. Ideologi PNI disebut Marhaenisme.
Dalam
propagandanya, PNI langsung menyoroti berbagai bentuk ketidakadilan dan
penindasan akibat kolonialisme Belanda. Ketidakadilan dan penindasan itu hanva
dapat dihilangkan dengan kemerdekaan Indonesia, yang hanya dapat dicapai dengan
persatuan seluruh rakyat. Selain propaganda, PNI juga mengadakan kegiatan
konkret untuk membangun kesejahteraan rakyat di bidang politik, ekonomi, dan
sosial. Kesejahteraan akan menumbuhkan kemandirian dan persatuan.
Khawatir
akan perkembangan nasionalisme di kalangan rakyat, pemerintah kolonial
menangkap para tokoh PNI, seperti Soekarno, Maskoen, Gatot Mangkupraja, dan
Supriadinata. Mereka dituduh menyulut kekacauan dan pemberontakan. Dalam
kesempatan pembelaan, Soekarno menegaskan bahwa gerakan rakyat menentang
pemerintah kolonial merupakan reaksi dari kalangan tertindas. Pidato pembelaan
itu terkenal dengan sebutan Indonesia Menggugat. Akhirnya sidang pengadilan
kolonial (Landraad) menjatuhkan hukuman penjara kepada para pemimpin PNI,
berikut program-programnya:
Bidang Politik
• Memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan
Indonesia.
• Menyebarkan pengetahuan tentang sejarah
nasional.
• Menuntut kemerdekaan pers dan berserikat.
Bidang Ekonomi
Bidang
Ekonomi
• Membentuk tata perekonomian vang melibatkan
rakyat kecil.
• Mengusahakan pembentukan koperasi.
• Bidang Sosial
• Memajukan pengajaran untuk rakyat kecil.
• Meningkatkan kedudukan kaum wanita.
• Memperhatikan kepentingan buruh dan tani.
9.
Persatuan Bangsa Indonesia
Persatuan
Bangsa Indonesia (PBI) berawal dari kelompok belajar bernama Indonesische
Studie Club. Kelompok belajar itu didirikan oleh Dr. Sutomo di Surabaya, pada
tahun 1924. Pada bulan November 1930, usaha memperbaiki kesejahteraan kelompok
itu berubah menjadi PBI. Kegiatan PBI menitikberatkan pada rakyat. Salah satu
usahanya adalah mendirikan rukun tani. Rukun tani itu terbukti berhasil
meningkatkan kesejahteraan petani. Keberhasilan itu mengundang banyak dukungan
terhadap PBI sehingga gerak-gerik organisasi itu mulai diawasi pemerintah
kolonial.
Kegiatan
PBI selanjutnya adalah menggalakkan koperasi, membentuk serikat kerja, dan
meningkatkan pengajaran dan pendidikan rakyat. Pada tahun 1935, PBI dan Budi
Utomo bergabung membentuk Parindra. Gabungan politik Indonesia (GAPI) didirikan
pada tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta. Sebagai forum komunikasi antarpartai, GAPI
tetap memberi kebebasan bagi partai untuk bergerak sesuai program
masing-masing. Apabila timbul perselisihan antarpartai, GAPI bertindak sebagai
penengah.
10.
Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Tokoh
GAPI antara lain Muhammad Husni Thamrin, Amir Svarifuddin, dan Abikusno
Cokrosuyoso. Konferensi GAPI, tanggal 4 Juli 1939, menghasilkan seruan
Indonesia Berparlemen. Seruan itu tidak menuntut kemerdekaan penuh, melainkan
suatu parlemen berdasarkan sendi-sendi demokrasi. Untuk melaksanakan aksinya,
GAPI mengadakan Kongres Rakyat Indonesia, tanggal 25 Desember 1939.
Keputusan
penting dari kongr es tersebut antara lain penetapan bendera merah putih
sebagai bendera kebangsaan dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan. Saat
Perang Dunia II meletus, GAPI mengeluarkan resolusi kepada ratu Belanda,
parlemen Belanda, gubernur jenderal Hindia Belanda, dan Volksraad (dewan rakyat
Hindia Belanda vang dibentuk pada tahun 1914). Resolusi itu menuntut
penggantian Volksraad dengan perlemen sejati yang anggotanya dipilih oleh
rakyat dan menuntut perubahan ketatanegaraan di Indonesia.
Atas
rekomendasi pemerintah kolonial, pada tanggal 14 Desember 1940, dibentuk Komisi
Visman. Komisi ini bertugas mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Namun, pembentukan komisi itu tidak mendapat sambutan, baik dari Volksraad
maupun GAPI. Menjelang kedatangan Jepang, tuntutan GAPI semakin gencar melalui
pembentukan Majelis Rakyat Indonesia, yang merupakan kelanjutan Kongres Rakyat
Indonesia. Namun, tuntutan itu langsung redup setelah Jepang menguasai
Indonesia.
C. Strategi
Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Penjajah Sampai abad 20
A. Perlawanan Fisik Bangsa Indonesia terhadap Penjajahan
Barat
1. Perlawanan terhadap Portugis
a. Perlawanan
Rakyat Demak terhadap Portugis
Pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan
terhadap Portugis di Malaka dengan bantuan Kerajaan Aceh. Penyerangan dipimpin
oleh Adipati Unus yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. Pada masa
pemerintahan Adipati Unus, Demak melakukan blokade pengiriman beras ke Malaka
sehingga Portugis kekurangan makanan.
Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan
dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahillah pada tahun 1527.Ketika
orang-orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah
perang antara Kerajaan Demak yang dipimpin Fatahillah dan tentara Portugis.
Portugis pun berhasil dipukuk mundur. Kemudian Pelabuhan Sunda Kelapa diganti
namanya menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna oleh Fatahillah.
b. Perlawanan Rakyat
Aceh terhadap Portugis
Portugis mulai mengusik kekuasaan Kerajaan Aceh
Darussalam saat berada di Malaka. Portugis berusaha menguasai Kerajaan Aceh
Darussalam yang menjadi pusat perdagangan baru setelah jatuhnya Malaka. Pada
tahun 1513, Aceh bersama Demak melancarkan serangan ke Malaka, tapi gagal. Portugis
pun sama juga gagal melancarkan serangan ke Aceh. Aceh meminta bantuan
persenjataan, militer, dan ahli perang dari Turki. Dan bantuan dipenuhi oleh
Turki pada tahun 1567. Setelah bantuan dari Turki datang, pada tahun 1568 Aceh
bersama Turki menyerang Portugis di Malaka. Portugis terpaksa bertahan
mati-matian dalam menghadapi serangan tersebut di Benteng A Famassa. Namun,
Portugis dapat menggagalkan serangan dari Aceh.
c. Perlawanan Rakyat Ternate
terhadap Portugis
2. Perlawanan
terhadap VOC-Hindia Belanda
a.
Perlawanan terhadap VOC
b.
Perlawanan terhadap Pemerintahan Hindia Belanda
3. Perlawanan
terhadap Inggris
a. Perlawanan
Kraton Yogyakarta terhadap Penjajahan Bangsa Inggris
Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di
Jawa, yang mengisi kekuasaan di pusat adalah Raffles, sedangkan Karesidenan
Yogyakarta adalah John Crawfurd. Saat itu, Karesidenan Yogyakarta dipimpin oleh
Sultan Hamengkubuwana II atau Sultan Sepuh. Sultan HB II terkenal keras dan
sangat menentang pemerintah kolonial sehingga membuat orang Eropa (Inggris)
terganggu. Sikap kerasnya tersebut terlihat ketika Raffles untu pertama kali
datang ke Yogyakarta pada bulan Desember 1811. Saat itu, Sultan HB II berani
bertengkar dengan Raffles. Selanjutnya, juga terjadi pada awal Januari 1812.
Dalam pertemuan ini ada insiden kecil yang terjadi ketika tempat duduk Raffles
di Keraton Yogyakarta dibuat lebih rendah dari Sultan HB II. Insiden ini pun
berhasil diatasi.
Sultan HB II tidak puas dengan hasil pertemuannya
dengan Raffles. Sultan HB II semakin kecewa dengan pemerintah Inggris. Secara
diam-diam, Sunan Pakubuwana IV (Sultan PB IV) mengutus Tumenggung Ronowijoyo
untuk menghadap Sultan HB II dengan membawa surat. Dalam surat itu, Sunan PB IV
mengusulkan kerja sama untuk melawan Inggris dan bila berhasil akan membagi 2
wilayah yang telah dirampas oleh orang Eropa. Sultan HB II menyetujui hal itu
dan mengirimkan Tumenggung Sumodiningrat. Kesepakatan tercapai pada awal Mei
1812 di Klaten antara Ronowijoyo dan Sumodiningrat.
Tanpa sepengetahuan Sultan HB II, Sunan PB IV
mengutus Patih Cokronegoro untuk menemui putra mahkota Yogyakarta. Cokronegoro
menyampaikan bahwa Sunan PB IV menghendaki putra mahkota Surojo naik tahta dan
bersedia membantunya. Sunan PB IV menawarkan untuk kerja sama melawan Inggris
dan ketika Inggris berhasil diusir dari Jawa, wilayah Jawa akan dibagi 2 antara
Surakarta dan Yogyakarta. Rencana ini pun tercium oleh John Crawfurd yang
segera mengirimkan berita itu pada Raffles. Setelah mendengar berita tersebut,
Raffles memerintahkan Mayor Jenderal Gillespie untuk berangkat ke Yogyakarta
dan menyerbu Keraton Yogyakarta.
Pada tanggal 19-20 Juni 1812, Inggris menyerbu
Keraton Yogyakarta. Dalam pertempuran 2 hari, Inggris berkekuatan 1000 serdadu
berseragam merah. Jumlah itu masih ditambah 500 prajurit Leguin Pangeran
Prangwedono dari Mangkunegaran, Surakarta. Sultan HB II yang menghadapi Inggris
tidak mendapat bantuan dari Surakarta seperti yang tertulis dalam surat rahasia
bahwa Surakarta akan membantu Yogyakarta dalam melakukan perlawanan terhadap
Inggris. Perang ini diakhiri dengan menyerahnya Sultan HB II dan dimulainya
penjarahan besar-besaran harta, pusaka, dan pustaka Keraton Yogyakarta. Setelah
itu, Raffles memerintahkan penangkapan Sultan HB II. Sultan HB II dibawa ke
Batavia dan menunggu pengadilan disana. Sultan HB II dijatuhi hukuman
pembuangan ke Pulau Penang pada awal Juli 1812. PB IV pun dirampas sebagian
wilayahnya.
b. Perlawanan
Rakyat Palembang terhadap Penjajahan Bangsa Inggris
Raffles mengirim 3 orang utusan yang dipimpin oleh
Richard Philips ke Palembang untuk mengambil alih kantor sekaligus benteng
Belanda di Palembang dan meminta hak kuasa sultan atas tambang timah di Pulau
Bangka. Sultan Mahmud Badaruddin II menolak permintaan itu dengan merujuk
pada surat Raffles sebelumnya bahwa kalau Belanda berhasil diusir, Palembang
akan menjadi kesultanan yang merdeka. Raffles pun kaget luar biasa setelah
mengetahui bahwa dengan cerdas Sultan Mahmud Badaruddin II menjadikan isi
suratnya dahulu sebagai legitimasi untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Inggris.
Raffles pun memilih untuk mengkhianati janjinya
tersebut. Ia mengirim ekspedisi perang di tahun 1812 yang dipimpin Mayor
Jenderal Robert Gillespie. Ekspedisi pun sampai dalam waktu 1 bulan di Sungai
Musi. Sultan Mahmud Badaruddin II juga sudah bersiap-siap menghadapi gempuran
tersebut.
Kesultanan Palembang akhirnya jatuh ke tangan
Inggris hanya dalam waktu 1 minggu karena pertahanan di Pulau Borang
sudah jebol tanpa perlawanan yang berarti. Ternyata adik sultan yang bernama
Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin telah menjadi komandan yang pengecut bagi
pasukannya di pulau yang strategis itu. Mengetahui hal itu, Sultan Mahmud
Bdaruddin II segera meninggalkan keraton Palembang dengan membawa seluruh tanda
kebesaran kesultanan lalu mempersiapkan perlawanan gerilya terhadap Inggris.
Tanggal 26 April 1812, bendera Inggris sudah
berkibar di atas benteng Palembang. Dan tanggal 14 Mei 1812, Najamuddin
diangkat oleh Robert Gillespie atas nama Inggris untuk menggantikan kakanya
sebagai Sultan Palembang. Tambang timah di Pulau Bangka dan Belitung akhirnya
diserahkan oleh sultan boneka ini kepada Inggris. Robert Gillespie ditarik
pulang ke Batavia karena keberhasilannya dan digantikan oleh Kapten R. Mearers
menjadi Residen Palembang. Pertengahan Agustus 1812, Mearers memimpin
pasukannya untuk menyerang Sultan Mahmud Badaruddin II di Buaya Langu, hulu
Sungai Musi. Mearers mengalami luka parah dalam pertempuran ini yang akhirnya
meninggal di rumah sakit di Muntok.
Mearers digantikan oleh Mayor William Robinson.
Tampaknya ia tidak cocok dengan Sultan Najamuddin yang dinilai menjadi sultan
yang lemah dan tidak dihargai oleh rakyat. Robinson tidak setuju dengan
keputusan Raffles yang mengangkat sultan tersebut, dan juga ia tidak suka
dengan kebiasaan Raffles yang suka mengumbar janji, juga pembiaran yang
dilakukan Raffles pada peristiwa pembantain paukan Belanda. Atas inisiatifnya
sendiri, Robinson mengirim seorang perwira didampingi penerjemah untuk
bernegosiasi dengan Sultan Mahmud Badaruddin II, namun gagal.
Pada tangal 19 Juni 1813, Robinson datang sendiri
untuk menemui Sultan Mahmud Badaruddin II di Muara Rawas. Misi yang
dilaksanakan Robinson pun berhasil. Sultan Mahmud Badaruddin II mau kembali ke
Palembang untuk menggantikan adiknya. Akhirnya, tanggal 13 Juli 1813, Sultan
Mahmud Badaruddin II kembali ke istananya (keraton besar) di Palembang,
sementara adiknya bertempat tinggal di keraton lama.
Raffles sangat tersinggung dengan keputusan
Robinson karena tidak meminta pendapatnya dulu. Akhirnya, perjanjian Robinson
dengan Sultan Mahmud Badaruddin II dibatalkan sepihak. Robinson pun dipecat dan
ditangkap dengan alasan menerima suap dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Tanggal
4 Agustus 1813, armada Inggris dipimpin Mayor W. Colebrooke tiba di Palembang
untuk menurunkan Sultan Mahmud Badaruddin II dari tahtanya kembali untuk
digantikan oleh Sultan Najamuddin. Uang yang dikatakan uang suap untuk Robinson
dikembalikan pihak Inggris ke Sultan Mahmud Badaruddin II lengkap dengan bunganya.
Dan tanggal 21 Agustus 1813, Sultan Najamuddin kembali menduduki tahtanya di
keraton besar.
B. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia
Melawan Penjajahan Barat sebelum dan sesudah abad ke-20
Pada
abad ke-16 bangsa Eropa berlayar ke wilayah Timur, diantaranya Portugis,
Spanyol, Inggris, dan Belanda. Tujuan mereka adalah mencari rempah-rempah dan
juga menyebarkan agama kristen. Setelah sampai Nusantara keserakahan mereka
timbul, yang awalnya hanya ingin berdagang tiba-tiba mereka ingin menguasai
Nusantara. Keinginan mereka itulah yang melatarbelakangi bangsa Indonesia
melakukan perjuangan.
1.
Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sebelum abad
ke-20
Sebelum tahun 1908, banyak bangsa lain yang ingin
menjajah dan menguasai Indonesia. Banyak yang memeras, menyiksa dan merebut
hak-hak rakyat Nusantara. Perjuangan bangsa Indonesia terhadap penjajah hampir
dilakukan diseluruh wilayah, terutama di daerah yang menjadi pusat kekuasaan
penjajah.
Perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah VOC
menggunakan senjata dimulai pada abad ke-17, dimana perlawanan tersebut
dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram, Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa
Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Iskandar Muda dari Aceh,
Untung Surapati, Trunajaya, dan Ibnu Iskandar dari Minangkabau.
Sedangkan yang berjuang pada abad ke-19 antara lain
:
a.
Thomas Matulesy ata Pattimura dari Maluku (1817)
b.
Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kyai
Mojo, dan Pangeran Mangkubumi di Jawa (1825-1830)
c.
Tuanku Imam Bonjoldari Minangkabau Sumatera Barat
(1822-1837)
d.
Sultan Mahmud Badaruddin II dari Palembang (1817)
e.
Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat dari
Kalimantan (1859-1862)
f.
I Gusti Kentut Jelantik dari Bali (1846-1849)
g.
Anak Agung Made dari Lombok (1895)
h.
Teuku Umar, Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro, dan
Cut Nyak Dien dari Aceh (1873-1904)
i.
Si Singamangaraja XII dari Batak (1878-1907)
Berbagai perlawanan rakyat Indonesia yang terjadi pada sebelum abad
ke-20 seperti perlawanan Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Agung serta perlawanan-perlawanan
rakyat lainnya masih dalam batas-batas wilayah yang sempit dan parsial.
Akibatnya perlawanan-perlawanan tersebut dapat diredam oleh kekuatan penjajah
yang sudah menguasai secara nasional di Indonesia.
Kegagalan perjuangan dengan kekerasan senjata oleh para pahlawan baik
ketika melawan Portugis, Belanda, maupun Inggris karena bangsa Indonesia
mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:
a. Perjuangan
bersifat lokal / kedaerahan
b. Perlawanan
terhadap penjajah dilakukan secara sporadis dan tidak dalam waktu yang
bersamaan
c. Perjuangan
pada umunya dipimpin oleh pemimpin yang kharismatik
d. Perjuangan
menentang penjajah sebelum masa 1908 dilakukan dengan kekerasan senjata
e. Para
pejuang mudah diadu domba sehingga sering terjadi perselisihan antar pemimpin
di Indonesia
Bangsa Indonesia sadar bahwa penjajah yang terorganisasi dengan baik
tidak mungkin dapat dikalahkan oleh perjuangan yang bersifat lokal dan tidak
terorganisasi, oleh karena itu strategi perjuangan baru lebih diorganisasi
dengan baik agar setelah abad ke-20 menggunakan strategi yang baru dan bisa
mengalahkan penjajah.
2. Strategi
Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sesudah abad ke-20
Perjuangan bangsa Indonesia setelah abad ke-20
merupakan perjuangan yang sudah menunjukkan karakter yang bersifat nasional.
Perjuangan nasional juga dikenal dengan istilah Pergerakan Nasional.
Tak hanya bersifat nasional, tapi bersifat perjuangan diplomasi dan
organisasi. Corak perlawanan berubah dari pola perjuangan fisik (memakai
senjata) menjadi non fisik (diplomasi dan organisasi). Berubahnya corak
perlawanan terhadap penjajah pada masa pergerakan nasional terwujud berkat
meningkatnya pendidikan di masa itu yang kemudian melahirkan kelompok baru,
yaitu kaum intelektual atau golongan terpelajar.
Kelemahan-kelemahan
pejuang kemerdekaan Indonesia !
1. Perjuangan
bersifat kedaerahan atau lokal. Perjuangan cuma sebatas daerah saja, tidak ada
kerjasama antardaerah
2. Perlawanan
terhadap penjajah dilakukan secara sporadis dan tidak dalam waktu yang bersamaan.
Jadi perlawanannya itu nggak serentak di seluruh Indonesia, kalau misalnya
melakukan perlawanan dengan serempak penjajah akan kewalahan
3. Perjuangan
pada umunya dipimpin oleh pemimpin yang kharismatik. Misal yang jadi pemimpin
itu sudah meninggal maka perjuangan pun terhenti sampai disitu, jadi tidak ada
yang melanjutkan
4. Perjuangan
menentang penjajah sebelum masa 1908 dilakukan dengan kekerasan senjata.
Senjata milik penjajah lebih modern dibandingkan pejuang yang memakai
persenjataan tradisional (misal bambu runcing)
5. Para
pejuang mudah diadu domba sehingga sering terjadi perselisihan antar pemimpin
di Indonesia. Pihak penjajah memang pandai melakukan devide et impera
atau politik memecah belah
Tokoh
pergerakan di Indonesia!
a.
Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika
Sama-sama memperjuangkan nasib kaum perempuan melalui
pendidikan. Kartini mendirikan sekolah untuk wanita pribumi pada tahun 1903.
Beliau juga mendirikan sekolah di rumahnya, di Rembang. Pada tahun 1904 Kartini
meninggal dunia, kumpulan surat-suratnya disusun dalam sebuah buku yang
berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang’. Pada tahun 1904, Dewi Sartika
mendirikan Sekolah Istri di Bandung. Pada tahun 1915, Dewi Sartika mendirikan
sebuah perrkumpulan wanita bernama Pengasah Budi. Perkumpulan ini
memperjuangkan kemajuan wanita
b.
Ki Hajar Dewantara
Mempunyai nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Bersama
dengan Danudirja Setiabudi (Douwes Dekker) dan Cipto Mangunkusumo, beliau
mendirikan Indische Partij. Mereka dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai.
Indische Partij menuntut kemerdekaan Indonesia
Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa. Perguruan ini
mengajarkan kepada siswanya sifat kebangsaan. Karena peranannya yang besar
dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara diberi julukan sebagai Bapak
Pendidikan Nasional
c.
Dr. Sutomo
Sutomo adalah salah satu pendiri Budi Utomo, Budi Utomo
adalah organisasi pergerakan kebangsaan modern pertama di Indonesia yang
dibentuk tanggal 20 mei 1908. Tujuannya adalah mempertinggi derajat bangsa
Indonesia dan mempertinggi keluruhan budi orang Jawa
d.
Ahmad Dahlan
Ahmad adalah tokoh pergerakan nasional lama belajar
pengetahuan agama di Mekkah. Beliau mendirikan Muhamadiyah pada tanggal 18
November 1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhamadiyah adalah mengajarkan agama Islam
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis
e.
Wahid Hasyim
Wahid Hasyim adalah putra Hasyim Ashari, pelopor dan
pendiri NU (Nahdatul Ulama). Tujuan NU adalah memecahkan berbagai persoalan
umat Islam baik dalam agama maupun kehidupan di masyarakat.
f.
Samanhudi
Samanhudi belajar agama Islam di Surabaya. Untuk
memperjuangkan para pedagang Indonesia, beliau mendirikan Serikat Dagang Islam
(SDI) di Solo tahun 1911. SDI bertujuan menghidupkan perekonomian para pedagang
Indonesia dan membantu anggotanya yang mengalami kesulitan.
D.
Dampak Politik, Budaya, Sosial, Ekonomi, dan Pendidikan pada Masa penjajahan
Kolonialisme dan Imperialisme
Barat di Indonesia pada hakikatnya merupakan bentuk penjajahan dan eksploitasi
terhadap sumber daya alam yang dimiliki oleh tanah air kita yaitu Indonesia.
Negara – Negara Barat yang pernah menjajah Indonesia yaitu :
- Portugis
- Inggris
- Spanyol
- Belanda
Tujuan mereka pada awalnya
hanya untuk mencari rempah – rempah. Namun, seiring berjalannya waktu mereka
mulai melakukan Kolonialisme dan Imperialisme ke daerah – daerah yang kaya akan
rempah – rempah untuk kepentingan Negaranya sendiri.
Pada abad ke – 18, Belanda
hampir menguasai daerah – daerah yg ada di Indonesia, hal ini jelas
menguntungkan pihak Belanda karna mereka mengambil sumber daya alam yang orang
pribumi miliki dengan cara yg kejam.
Mereka menggunakan tak – tik
terjitunya yaitu Politik adu domba atau Devide et Impera, untuk memperoleh
Kekuasaan yang lebih luas. Kehidupan dibawah penjajahan bangsa Barat memiliki
dampak Positif dan Negatif.
Namun, pada kenyataannya Dampak
Negatif lebih dominan dari pada Dampak
Positifnya. Berikut dampak yg ditimbulkan oleh para penjajahan bangsa Barat,
khususnya Belanda baik dari segi Politik, Sosial, Ekonomi, maupun Pendidikan.
Ø
Dampak di bidang Politik
Kuatnya pengaruh dibidang
politik, Pemerintah Kolonial Belanda tidak sekedar memengaruhi jalannya
Pemerintahan Pribumi/Kekuasaan Kerajaan – Kerajaan yang ada di Indonesia. akan
tetapi, juga dapat mengambil wilayah kekuasaan Kerajaan, dan tidak sedikit
wilayah – wilayah kekuasaan Kerajaan yg ada di Indonesia diambil alih oleh
Pemerintah Kolonial Belanda. Wilayah kekuasaan yang diduduki oleh Kerajaan
terus dipersempit, bahkan ada kerajaan yg hancur lebur akibat ulah para
Kolonial Belanda.
Berikut adalah pengaruh
kolonialisme terhadap pemerintahan kerajaan :
- Pemerintah kolonial ikut campur tangan
dalam pemerintahan Kerajaan.
- Kedudukan raja terikat oleh struktur
pemerintahan kolonial.
- Pemerintahan dibentuk dengan sistem
sentralisasi yang pusatnya di Batavia (sekarang Jakarta).
Selain pemerintahan kerajaan,
rakyat pribumi pun terkena dampak tersebut. Keberadaan rakyat Indonesia pada
masa itu dibagi menjadi 2, yaitu :
1.
Situasi
sebelum dijalankannya politik etis, dan
2.
Situasi
sesudah dijalankannya politik etis.
Situasi sebelum dijalankannya
politik etis, kehidupan masyarakat terdiri atas tiga golongan, yaitu :
-
Masyarakat
kalangan bawah, yaitu meliputi : kaum buruh, pedagang, petukang, dan pekerja
rendah lainnya.
-
Masyarakat
kalangan menengah, yaitu meliputi : petani yang memiliki tanah dan para pegawai
pemerintahan kolonial Belanda.
-
Masyarakat
kalangan atas, yaitu meliputi : Pemuka agama dan para Bangsawan.
-
Sedangkan
keberadaan setelah dijalankannya politik etis, keberadaan masyarakat Indonesia
ditandai dengan adanya kalangan – kalangan pelajar.
Ø Dampak di bidang Ekonomi
Ketika pemerintah kolonial
Belanda berkuasa, para pengusaha pribumi kedudukannya menjadi aparatur
pemerintah kolonial, mereka tidak lagi mendapatkan penghasilan dan upeti
seperti sebelumnya. Pendapatan mereka diganti dengan gaji menurut ketentuan
pemerintah kolonial, akibatnya penghasilan mereka menurun drastis dari
sebelumnya.
Nasib rakyat, terutama para
petani menanggung beban yg amat berat. Petani harus menanam tanaman yang
diperintahkan pemerintah kolonial. Banyak barang dagangan mereka yang dijadikan
Monopoli pemerintah kolonial Belanda, dan banyak pula rakyat yang bekerja
sebagai kuli perkebunan. Rakyat juga mengalami hambatan di bidang kerajinan
tangan, karena banyaknya barang – barang yang datang dari negeri Belanda.
Mereka tidak bisa bergerak
bebas di bidang perekonomian, karena pekerjaan mereka di awasi dan di batasi
oleh pemerintah kolonial Belanda.
Ø Dampak di bidang Sosial
Nasib rakyat Indonesia,
khususnya para penguasa sangat buruk. Kedudukan mereka yang sebelumnya menjadi
penguasa, berubah menjadi aparatur pemerintah kolonial Belanda. Derajat dan
kehormatan mereka sebagai pemuka masyarakat pribumi menurun, kedudukan mereka
tidak diakui oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka bukan lagi sebagai
penguasa, melainkan pembantu dalam menjalankan pemerintahan kolonial.
Sedangkan derajat kehidupan
rakyat biasa dinjak – injak. Martabat dan hak mereka tidak mendapat pengakuan
dan perlindungan. Keseharian mereka diliputi rasa takut, cemas, tidak percaya
diri, bodoh dan terhina. Kedudukan sosial bangsa Indonesia dibagi menjadi 3
kelas, yaitu : kelas ke - satu diduduki oleh bangsa Barat, kelas ke - dua oleh
Timur Asing, dan kelas ke – tiga diduduki oleh masyarakat pribumi.
Ø Dampak di bidang Budaya
Dalam bidang ini, budaya Barat
sangat berpengaruh dalam kehidupan rakyat Indonesia. walaupun tidak serta
merta, kehidupan Barat sedikit demi sedikit berkembang menjadi tata kehidupan
pribumi, mulai dari cara pergaulan, gaya hidup, bahasa dan cara berpakaian
Barat mulai dikenal oleh kalangan kraton maupun masyarakat, dan terus
berkembang mengikis tradisi – tradisi kraton maupun masyarakat. Selain itu
agama Kristen juga mulai berkembang di Indonesia. bangsa Barat mulai
memperkenalkan agama Kristen di Indonesia, mulai dari kerajaan – kerajaan
sampai masyarakat biasa.
Ø Dampak di bidang Pendidikan
Usaha – usaha yang dilakukan
oleh kolonial Belanda dalam bidang pendidikan tidak lain adalah untuk
keuntungan pemerintahan Belanda, yaitu menghasilkan pegawai administrasi
Belanda yg murah, terampil, dan terdidik. Selain itu Pemerintah Belanda
menyusun kurikulum pendidikannya sendiri, akibatnya perkembangan pendidikan dan
pengajaran di Indonesia sampai abad ke – 19 menunjukkan kecenderungan Politik
dan Kebudayaan. Tidak semua masyarakat mendapatkan pendidikan, masyarakat yang
mempunyai jabatan lah yang dapat merasakan pendidikan, seperti keturunan raja,
keturunan bangsawan, pengusaha kaya, dan yang lainnya.
Para Pahlawan kita lah yang
mengajarkan pendidikan kepada rakyat - rakyat jelata, dengan tujuan agar
masyarakat Indonesia tidak lagi dibodoh – bodohi oleh para kolonial Belanda.
Dampak penjajahan bangsa Barat
di bidang pendidikan, antara lain :
-
Munculnya
golongan - golongan terpelajar di Indonesia.
-
Bangsa
Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga – tenaga kerja
di perusahaan Belanda.
-
Bangsa
Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar.