Wednesday 31 May 2017

Manfaat Bunga Sepatu Untuk Kesehatan


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu. Tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri. Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah Morfologi Tumbuhan.  Morfologi Tumbuhan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhanpun sudah demikian besar perkembangannya hingga dipisahkan menjadi morfologi luar dan morfologi saja (morphology in sensu stricto = dalam arti yang sempit) dan morfologi dalam atau anatomi tumbuhan. 

 

B.   Rumusan Masalah

a.          Apa pengertian Bunga Sepatu ?

b.          Jelaskan Asal-usul Penamaan Bunga Sepatu !

c.          Jelaskan Klasifikasi Bunga Sepatu dan Nama Ilmiah !

d.         Sebutkan Ciri-ciri dan Morfologi Bunga Sepatu !

 

C.  Tujuan Penulisan

a.     Untuk mengetahui pengertian Bunga Sepatu  Sepatu

b.    Untuk mengetahui Asal-usul Penamaan Bunga Sepatu

c.     Untuk mengetahui Klasifikasi Bunga Sepatu dan Nama Ilmiah

d.    Untuk mengetahui Ciri-ciri dan Morfologi Bunga Sepatu

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Bunga dan Bunga Sepatu

Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan Bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan air.

 Bunga  hampir selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai penciri suatu takson. Ada dua bentuk Bunga Sepatu berdasar simetribentuknya: aktinomorf ("berbentuk bintang", simetri radial) dan zigomorf (simetri cermin). Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai.

Bunga / Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) adalah tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau. Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda (daun mahkota berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu.

Di Sumatera dan Malaysia, kembang sepatu disebut bunga raya. Bunga ini ditetapkan sebagai bunga nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli 1960. Orang Jawa menyebutnya kembang worawari.

 

B.   Asal-usul Penamaan Bunga Sepatu

Bunga sepatu adalah tanaman semak yang berasal dari Asia Timur. Di daerah tropis dan subtropis, bunga ini banyak ditanam sebagai tanaman hias. Di berbagai daerah, tanaman yang memiliki nama ilmiah Hibiscus rosa-sinensis L. ini dikenal dengan banyak sebutan. Di Kepulauan Nias, bunga ini dikenal dengan nama soma-soma, di Aceh dikenal dengan nama bungong raya, orang Malaysia memanggilnya dengan sebutan bunga raya, di Jepang dikenal dengan nama gushonu hana, dan di Sumatera Utara dikenal dengan nama bunga-bunga. Orang Sunda mengenal bunga ini dengan nama kembang wera, sedangkan orang Jawa memanggilnya kembang wora-wari dan orang Bali mengenalnya dengan nama waribang.

Di daerah tropis seperti di Indonesia, tanaman ini berbunga sepanjang tahun, sedangkan pada daerah sub-tropis tanaman ini hanya berbunga dari musim panas (summer) hingga musim gugur. Pada daerah sub-tropis sebetulnya tanaman ini dapat  berbunga sepanjang tahun asalkan ditanam di rumah kaca (green house).

 

C.    Klasifikasi Bunga Sepatu dan Nama Ilmiah

Bunga sepatu diklasifikasikan dengan oleh Carolus Linaeus dengan sistem penamaannya sebagai berikut:
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Malvales
Famili              : Malvaceae
Genus              : Hibiscus
Spesies                        : Hibiscus rosa-sinensis

 

D.    Ciri-ciri dan Morfologi Bunga Sepatu

Tanaman bunga sepatu tergolong ke dalam tanaman perdu atau semak tahunan yang tumbuh tegak. Tanaman ini dapat mencapai tinggi 3 meter. Jika Anda sama sekali belum mengenal tanaman ini, silakan lihat tampilan gambar bunga sepatu dibawah ini!

1.  Bunga

Bunga sepatu adalah bunga tunggal berbentuk terompet dengan diameter sekitar 6 cm hingga 20 cm. Setiap bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak, yang masing-masing dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx). Hal ini membuat kelopak bunga seperti terdiri dari dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar dengan warna yang tergantung dari jenis kultivarnya. 

Bunga sepatu terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian steril dan bagian fertil. Bagian steril adalah bagian bunga yang bukan merupakan organ reproduksi. Bagian steril bunga terdiri dari ibu tangkai bunga (pedunculus), tangkai bunga (pedicellus), daun pelindung (brachtea), dasar bunga (receptacle), daun tangkai (brachteola), dan perhiasan bunga yang meliputi kelopak bunga (sepal) dan mahkota bunga (petal). Berbeda dengan bagian steril, bagian fertil bunga adalah bagian yang merupakan organ reproduksi yang benang sari dan putik (pistillum). Untuk memudahkan pemahaman Anda, (Ayatul, 2013).  

Struktur Bunga Sepatu, secara anatomi, daun kelopak dan daun mahkota bunga sepatu memiliki struktur sama yakni terdapat banyak sel parenkimatis. Dimana, parenkim ini disebut mesofil. Parenkim terletak di antara bagian epidermis bawah dan atas. Daun kelopak biasanya memiliki struktur sederhana. Daun kelopak di bagian luarnya dilapisi oleh stomata, kutin, dan trikomata. Sel-sel daun kelopak ini juga mengandung zat hijau daun (klorofil). Sel-selnya daun mahkota bunga sepatu mempunyai banyak berkas jaringan pengangkut yang ukurannya kecil. Daun ini memiliki epidermis yang berbentuk khusus berupa tonjolan yang disebut papila. Papila ini dilapisi kutikula. 

Sementara itu, putik dan benang sari memiliki struktur yang sangat berbeda. Secara umum, benang sari bunga sepatu terdiri atas kepala sari dan tangkai sari. Tangkai sari tersusun oleh jaringan dasar berupa banyak sel parenkimatis yang memiliki vakuola yang tak beruang antar-sel. Pada epidermis tangkai sari terdapat trikomata, kutikula, dan stomata. Kepala sari mempunyai struktur yang kompleks, terdiri atas dinding yang berlapis, dan di bagian paling dalam terdapat ruang sari (lokulus) yang berisi butir-butir serbuk sari. Jumlah lapisan dinding kepala sari untuk setiap jenis tumbuhan berbeda.

2.    Buah dan Biji

Pada umumnya, tanaman bunga sepatu bersifat steril sehingga tidak menghasilkan buah, namun pada beberapa kultivar khusus buah tetap dihasilkan. Buah bunga sepatu berukuran kecil berbentuk bulat lonjong dengan diameter 4 mm. Biji bunga sepatu berwarna putih ketika masih muda dan berubah menjadi coklat setelah tua.   Biji ini dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan generatif jika Anda ingin mencoba membudidayakannya.

3.    Batang Daun dan Akar

Batang tanaman bunga sepatu berbentuk bulat, berkayu, dan keras. Diameter batang berukuran 9 cm dan ketika masih muda berwarna ungu dan setelah tua berwarna putih kotor. Daun bunga sepatu adalah daun tunggal. Tepi daun beringgit dengan ujung runcing dan berpangkal tumpul. Panjang rata-rata daun 10 sampai 16 cm dan lebar 5 sampai 11 cm. Akar bunga sepatu adalah akar tunggal dengan panjang rata-rata 30 sampai 60 cm berwarna coklat muda.

 

E. Cara Perbanyakan Bunga Sepatu

Bunga sepatu tumbuh di tempat terbuka dengan sinar mantahari langsung sepanjang waktu sangat disukai. Selain itu dia juga menyukai iklim di daerah tropis yang relatif stabil. Apalagi bila ditunjang dengan persyaratan tanah yang ideal baginya. Jika masa berbunga sudah mulai berkembang perlu dilakukan pemangkasan pada ranting-ranting yang tidak produktif lagi. Pemangkasan bentuk perlu diterapkan pada pertanaman yang berfungsi sebagai pagar. Tinggi tanaman dipertahankan pada ketiggian 1-2 meter.

Stek batang yang telah mulai membentuk kayu dan cangkok pada ranting yang telah berbunga merupakan dua cara termudah untuk perbanyakan tanaman bunga sepatu. Permbentukan buah jarang terjadi secara alamiah, karena putik dan benangsari matang tidak bersamaan, selain itu letaknya sangat berjauhan, sehingga penyerbukan jarang terjadi

 

F. Manfaat Bunga Sepatu Sebagai Obat Tradisional

Sebagai tanaman obat, bunga sepatu dikenal berkhasiat untuk mengobati berbagai macam peyakit. Berikut ini cara mengobati penyakit menggunakan kembang sepatu.

1. Obat Sakit Panas

Biasanya, anak-anak sering terkena sakit panas gara-gara kehujanan, makan es atau jajan sembarangan. Tidak perlu menggunakan obat dokter untuk penyakit-penyakit seperti ini karena justru akan membuat kekebalan tubuh si anak menurun. Ambil saja akar dari tanaman kembang sepatu, cuci bersih kemudian tumbuk hingga halus. Rebus dalam air mendidih selama 30 menit, kemudian saring. Minum airnya sekaligus.

2. Mengobati Batuk dan Sariawan

Selain dapat meredakan sakit panas anak, tanaman kembang sepatu ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati batuk dan sariawan. Ambil daun kembang sepatu secukupnya, cuci bersih kemudian rebus dalam air mendidih selama 15 menit. Saring airnya kemudian diminum.

3. Mengobati Bronkhitis

Bronkhitis merupakan peradangan pada bronchus yang menyebabkan terganggunya kinerja saluran pernapasan ke paru-paru. Untuk mengatasinya, kita bisa memanfaatkan bunga dari kembang sepatu. Caranya, rebus bunga sepatu secukupnya selama 15 menit. Saring airnya, alu diminum.

4. Obat Penyakit Gonorrhea

Gonorrhea biasa juga disebut sebagai penyakit kencing nanah. Ini merupakan penyakit berbahaya yang harus cepat diatasi. Cuci bersih bunga kembang sepatu secukupnya, lalu direbus selama seperempat jam. Saring airnya dan biarkan semalaman. Di tempat saya istilahnya diembunkan. Esok paginya minum ramuan tersebut.

5. Obat Sakit Kepala

Rebus daun kembang sepatu selama setengah jam, kemudian airnya digunakan sebagai kompres. Bisa juga digunakan dengan cara diminum.

6. Mengobati Gondokan

Gondok atau gondokan adalah penyakit akibat pembesaran kelenjar tiiroid. Letaknya di leher bagian bawah jakun atau laring. Untuk mengatasinya gunakan akar kembang sepatu yang direbus dalam air mendidih selama setengah jam. Gunakan sebagai obat kompres.

 

G. Manfaat Kembang Sepatu untuk Kesehatan

Hampir semua bagian tanaman kembang sepatu bisa dimanfaatkan untuk kesehatan. Mulai dari akar, daun hingga bunganya. Malahan sekarang ini bunga sepatu sudah dikemas dalam bentuk teh. Jadi tinggal seduh saja, kita sudah bisa merasakan khasiat dari teh bunga sepatu ini.

1.  Mengeluarkan Racun

Teh yang terbuat dari kelopak bunga sepatu mengandung antioksidan yang tinggi yang dapat membantu mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Selain itu, juga dapat melawan kanker dan mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Saat ini teh bunga sepatu sudah banyak dijual bebas.

2.  Menjaga Kesehatan Kulit

Kandungan minyak yang terdapat dalam bunga sepatu dapat membantu Anda membersihkan kulit wajah, mengangkat sel-sel kulit mati dan membuat kulit lebih halus. Selain itu, bagian bunganya juga mempunyai sifat anti inflamasi sehingga dapat membantu mengatasi jerawat dan mencegah penuaan dini. Caranya, ambil kelopak bunga sepatu kemudian remas-remas dan gosokkan di sekitar wajah dan leher secara lembut.

3. Mengatasi PMS

Premenstrual Syndrom (PMS) terjadi pada wanita saat menjelang menstruasi dimana terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan suasana hati menjadi tidak menentu. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda bisa mengkonsumsi teh bunga sepatu agar perasaan menjadi lebih rileks.

4. Meredakan Demam dan Pilek

Anggota keluarga Anda mengalami demam disertai pilek? Tidak ada salahnya untuk mencoba teh bunga sepatu. Di dalamnya ada terdapat kandungan vitamin C yang membantu melawan virus penyebab pilek.

5. Menurunkan Berat Badan

Hampir semua orang tentunya ingin memiliki tubuh langsing dan sehat. Namun, tumpukan lemak dan kalori dalam tubuh seringali menyebabkan kegemukan. Untuk mengatasinya anda bisa mencoba mengkonsumsi teh bunga sepatu secara rutin.

6. Menambah Energi

Mengkonsumsi teh bunga sepatu ternyata juga dapat mengembalikan energi yang hilang setelah beraktifitas seharian. Revitalisasi energi sangatlah penting untuk menghindari stres dan ketegangan.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

 

A.  Kesimpulan

Bunga sepatu tergolong ke dalam jenis bunga lengkap karena memiliki bagian-bagian atau struktur penyusun bunga yang lengkap. Bunga sepatu memiliki mahkota, kelopak, kepala putik, putik, dan benang sari. Berdasarkan alat kelaminnya, bunga sepatu juga tergolong ke dalam jenis bunga sempurna karena ia memiliki putik dan benang sari dalam satu bunga. Karena hal tersebut, bunga sepatu juga dapat disebut bunga hermafrodit.

Sebagai tanaman obat, bunga sepatu dikenal berkhasiat untuk mengobati berbagai macam peyakit. Berikut ini cara mengobati penyakit menggunakan kembang sepatu.

1. Obat Sakit Panas

2. Mengobati Batuk dan Sariawan

3. Mengobati Bronkhitis

4. Obat Penyakit Gonorrhea

5. Obat Sakit Kepala

6. Mengobati Gondokan

       Manfaat Kembang Sepatu untuk Kesehatan

1.  Mengeluarkan Racun

2.  Menjaga Kesehatan Kulit

3. Mengatasi PMS

4. Meredakan Demam dan Pilek

5. Menurunkan Berat Badan

6. Menambah Energi

 

B.    Saran

Untuk mengetahui informasi yang lebih lengkap tentang bunga sepatu silahkan merujuk pada buku atau literatur yang secara khusus membahas tentang bunga sepatu.

DAFTAR  PUSTAKA

 


Ayatul, A. 2013. Fungsi, Bagian dan Struktur Bunga. File:
http://ayuayatul.blogspot.com/2013/09/fungsi-bagian-dan-struktur-bunga_28.html. Diakses 22 Mei 2014
Bibit, B. B. 2013. Bagian Dan Gambar Bunga Sepatu. File:
http://bijibenih.com/blog/bagian-dan-gambar-bunga-sepatu/. Diakses 22 Mei 2014
Wikipedia. 2013. Bunga Kembang Sepatu. File:
en.wikipedia.org/wiki/Hibiscus_rosa-sinensis. Diakses 22 Mei 2014

https://hobi9.wordpress.com/2010/06/12/tanaman-bunga-sepatu/

Tjirosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Morton, J. 1987. Mango. p. 221–239. In: Fruits of warm climates. Julia F.

Morton, Miami, FL. New York.

Syamsuhidayat, Sugati S., dan Hutapea, J.R., 1991,  Inventaris Tanaman Obat Indonesia.Edisi ke-2, Departemen Kesehatan RI Bagian Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.

Tjitrosoepomo,G, 1994, Morfologi Tumbuhan, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

 

Makalah Klafisikasi Tanah


MAKALAH FOTOSINTESIS

 BAB I

PENDAHULUAN

 

       1.1.    Latar Belakang

Tanah adalah bagian penting dari unsur bumi yang kita pijak setiap harinya. Secara kasat mata, tanah berwarna coklat dan ada pula yang kemerah-merahan. Namun, sebenarnya klasifikasi tanah sangatlah banyak. Tanah merupakan penopang kehidupan manusia di muka bumi. Dapat dikatakan bahwa tanah adalah jantung bumi dan kehidupan. adapun definisi tanah secara umum Menurut beberapa ahli sebagai berikut :

Tanah merupakan materi lepas yang terdiri dari hasil pelapukan batuan dan mineral lain serta zat organik yang telah hancur, yang menutupi sebagian besar permukaan daratan bumi. Dalam pengertian teknik secara umum maka tanah dapat didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi  (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1993). Tanah terdiri dari lima komponen utama yaitu: unsur mineral, air, udara, unsur organik, dan organisme hidup. Material mineral merupakan komponen struktural tanah yang paling pokok dan ia merupakan 50 persen dari total volume. Kuantitas dari konstituen tersebut tidaklah sama untuk setiap tanah namun hal tersebut sangat tergantung pada lokasi tanah itu sendiri (Eweis, 1998).

 

 

      1.2.   Rumusan Masalah

  1. Jelaskan klasifikasi tanah menurut sistem Taksonomi Tanah USDA 1975!
  2. Jelaskan Jenis-Jenis Tanah menurut Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, (disempurnakan, 1982)

 

BAB  II

PEMBAHASAN

 

2.1. Klafisifikasi tanah

Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992)terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:

1. Alfisol

2. Aridisol

3. Entisol

4. Histosol

5. Inceptisol

6. Mollisol

7. Oxisol

8. Spodosol

9. Ultisol

10. Vertisol

 

Alfisol:

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.

Aridisol:

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.

Entisol:

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

Histosol:

Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

Inceptisol:

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.

Mollisol:

Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll.

Oxisol:

Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

Spodosol:

Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

Ultisol:

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.

Vertisol:

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975 dengan disertai singkatan nama ordo tersebut, adalah sebagai berikiut:

1. Alfisol → disingkat: Alf

2. Aridisol → disingkat: Id

3. Entisol → disingkat: Ent

4. Histosol → disingkat: Ist

5. Inceptisol → disingkat: Ept

6. Mollisol → disingkat: Oll

7. Oxisol → disingkat: Ox

8. Spodosol → disingkat: Od

9. Ultisol → disingkat: Ult

10. Vertisol → disingkat: Ert

Sistem ini bersifat hierarkis. terdapat penggolongan 12 (pada versi pertama berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order ("ordo tanah"). Mereka adalah

1.        Entisol (membentuk akhiran -ent) merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan.

2.        Inceptisol (membentuk akhiran -ept) merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol.

3.        Alfisol (membentuk akhiran -alf) merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.

4.        Ultisol (membentuk akhiran -ult) merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.

5.        Oxisol (membentuk akhiran -ox) tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah,

6.        Vertisol (membentuk akhiran -vert) merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.

7.        Mollisol (membentuk akhiran -mol) merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%.

8.        Spodosol (membentuk akhiran -od) merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).

9.        Histosol (membentuk akhiran -ist) merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat).

10.    Andosol (membentuk akhiran -and)

11.    Aridisol (membentuk akhiran -id) merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering).

12.    Gleisol (membentuk akhiran )

Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing order. Sistem USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di bumi dan atmosfer.

 

 

2.2.Jenis-Jenis Tanah menurut Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, (disempurnakan, 1982)

NO.

N A M A

K E T E R A N G A N

1.

Organosol

Tanah organik (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm.

2.

Litosol

Tanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat batuan keras yang padu.

3.

Rendzina

Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik lebih dari 1 %, kejenuhan basa 50 %), dibawahnya terdiri dari batuan kapur.

4.

Grumusol

Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan mengerut. Jika musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengerut, jika basah lengket (mengembang).

5.

Gleisol

Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain.

6.

Aluvial

Tanah berasal dari endapan baru dan berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %.

7.

Regosol

Tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60 %, hanya mempunyai horison penciri ochrik, histik atau sulfurik.

8.

Arenosol

Tanah bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur terlalu kasar. Tidak mempunyai horisin penciri kecuali epipedon ochrik.

9.

Andosol

Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai horison kambik; kerapatan limbak (bulk density) kurang dari 0,85 g/cm3, banyak yang mengandung amorf atau lebih dari 60 % terdiri dari abu vulkanik vitrik, cinders atau bahan pyroklastik lain.

10.

Latosol

Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik.

11.

Brunizem

Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.

12.

Kambisol

Tanah dengan horisin kambik, atau epipedon umbrik atau molik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).

13.

Nitosol

Tanah dengan penimbunan liat (horison argilik). Dari horison penimbunan liat maksimum ke horison-horison di bawahnya, kadar liat turun kurang dari 20 %. Mempunyai sifat ortoksik (kapasitas tukar kation kurang dari 24 cmol (+) / kg liat.

14.

Podsolik

Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan kejenuhan basa kurang dari 50 %, tidak mempunyai horison albik.

15.

Mediteran

Seperti tanah Podsolik (mempunyai horison argilik) tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.

16.

Planosol

Tanah dengan horison albik yang terletak diatas horison dengan permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik) yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau fragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada sebagian dari horison albik.

17.

Podsol

Tanah dengan horison penimbunan besi, Alumunium Oksida dan bahan organik (sama dengan horison sporadik). Mempunyai horison albik.

18.

Oksisol

Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktivitas rendah, kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 cmol (+) / kg liat). Tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidak jelas.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1. Kesimpulan

Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992)terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:


1. Alfisol

2. Aridisol

3. Entisol

4. Histosol

5. Inceptisol

6. Mollisol

7. Oxisol

8. Spodosol

9. Ultisol

10. Vertisol


 

 

 

3.2. Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami pengelolaan lahan, sehingga kita bisa lebih bijak menggunakan tanah.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fitri. 2011. Peran Makrofauna dan Mikrofauna dalam Sifat Fisik dan Kimia Tanah.http://fitri05.wordpress.com/2011/01/24/peran-makrofauan-dan-mikrofauna-dalam-sifat-fisik-dan-kimia-tanah/

https        ://justkie.wordpress.com/tag/sifat-biologi-tanah/‎

http://samrumi.blogspot. com/2009/01/ pengertian-dan-bentuk-bentuk-erosi.html