KARYACOM BIRAYANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Cabe rawit merupakan salah satu jenis rempah yang seringkali
ditambahkan sebagai bumbu masakan karena rasanya yang pedas memberikan
kesegaran, serta mengandung Vitamin C yang bermanfaat bagi kesehatan.
Hal ini merupakan salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan
untuk membudidayakan cabe dengan baik dan benar sehingga memperoleh produksi
yang tinggi. Selain itu harganya cukup tinggi jika dibandingkan dengan
cabe keriting ataupun cabe jenis lainnya.
Cabe rawit dapat tumbuh baik di dataran tinggi, maupun di
dataran rendah . bertanam cabe rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup
tinggi apabila diusahakan dengan sungguh – sungguh. Satu hektar tanaman cabe
rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabe rawit karena tanaman cabe rawit dapat
kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam (Polengs,
2011).
Sehingga perlu untuk mengetahui bagaimana pengembangan budidaya
tanaman cabe yang benar untuk menghasilkan produksi yang tinggi.
B. Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalah yang dapat kami susun
adalah sebagai berikut :
1.
Jelaskan secara umum tentang tanaman cabe rawit !
2.
Apa saja syarat tumbuh tanaman cabe rawit?
3.
Bagaimana cara budidaya tanaman cabe rawit ?
4.
Apa saja kendala budidaya cabe rawit ?
5.
Bagaimana proses pemanenan cabe rawit 6?
6.
Jelaskan aspek produksi tanaman cabe rawit !
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Tanaman
Cabe
Cabe rawit (Capsicum
annum) merupakan salah satu jenis rempah yang seringkali ditambahkan
sebagai bumbu masakan karena rasanya yang pedas memberikan kesegaran, serta
mengandung Vitamin C yang bermanfaat bagi kesehatan. Karena kekhasan rasanya
sehingga hamper semua orang menggunakan cabe. Selain sebagai bumbu juga dapat
memberikan warna yanga membuat orang yang melihat berselerah. Kebutuhan sebagai
bumbu memiliki indicator bahwa cabe diperlukan dalam jumlah yang besar.
Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan
(solanaceae) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal
dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua
Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga
tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Di Malaysia dan Singapura dinamakan cili padi, di
Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala,
India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabe rawit dan dinamakan kanthari
mulagu. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Thai pepper atau
bird’s eye chili pepper (Polengs, 2011).
Buah cabe rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat
matang dapat dilihat pada gambar 1. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada
varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai
50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabe rawit biasa di jual di pasar-pasar
bersama dengan varitas cabe lainnya.
Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dengan percabangan banyak,
tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun
tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung
meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5
cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota
bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna
putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak,
kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung
meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya
pedas.
Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah
yang masak berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih,
berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor.
Cabe rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang
buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba
(cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna
putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda
berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai
sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap.
Cabe rawit dapat diperbanyak dengan biji (Polengs, 2011).
B. Syarat Tumbuh
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai
ketinggian 2000 meter dpl, serta menyukai daerah kering, dan ditemukan pula
pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada
temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi.
Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur,
tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah
datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar
matahari penuh dan tidak ternaungi, pH tanah yang optimal antara
5,5 sampai 7.
Tanaman cabe juga sangat bagus jika intensitas pengairannya
cukup, tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang
tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri, namun sebaliknya
jika kekurangan air, tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Sehingga
harus benar-benar diperhatikan tingkat pengairannya agar tak terlalu over.
Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan, sebaiknya
menghadapai musim kemarau, kita membuat kolam penampung dari pelastik di kebun
kita agar pasokan air untuk tanaman dapat terjaga secara optimum (Polengs,
2011).
C. Budidaya Tanaman Cabe Rawit
Pertumbuhan tanaman cabai rawit yang
baik dan hasil produksinya tinggi merupakan dambaan dan harapan kita semua .
untuk mencapai tahapan tersebut kita harus melakukan kegiatan bercocok tanam
cabai rawit yang menggunakan tahapan – tahapan sebagai berikut:
1. Pengolahan Tanah
Dapat
dilakukan membajak atau mencangkul sedalam 25 – 30 cm hingga tanah menjadi
gembur . setelah itu biarkan 7 – 14 hari untuk mendapatkan sinar matahari.
a.
Pembuatan
Bendeng
·
lebar bedeng
100 – 120 cm
·
tinggi
bedeng 20 – 30 cm
·
jarak antara
bedeng dengan bedeng lainnya 30 – 45 cm .
b. Syarat pupuk
kandang yang baik
·
Tidak berbau
·
Tidak panas
·
Berwarna
kehitam hitaman , dan
·
Benar –
benar sudah matang
c.
Jarak
Tanaman Cabai Rawit
·
50 x 100 cm
·
60 x 70 cm
·
50 x 90 cm
d. Cara
Pembuatan Jarak Tanaman
·
Pasang tali kenca ( pelurus ) sejajar dengan panjang
bedeng , kira – kira 10 cm dari tepi bedeng
·
Ukur jarak tanaman yang diinginkan pada sepanjang tali
kencana tersebut
·
Buat lubang tanaman sesuai dengan jarak tanaman
tersebut , kemudian beri pupuk besar
2. Pesemaian
Pesemaian merupakan kegiatan untuk
menghasilkan bibit tanaman atau calon tanaman yang baik . adapun tahapan pesemaian
adalah sebagai berikut :
a. Membuat
bedeng atau tempat persemaian.
Ukuran bedeng persemaian sebagai
berikut :
·
Lebar bedeng
1 – 1,2 m
·
Panjang
bedeng 3 – 5 m
·
Tingi bedeng
15 – 20 cm
b. Penyemaian
Benih
kebutuhan benih untuk satu hektar
berkisar antar 300 – 500 benih . sebelum benih disemai atau ditabur , tempat
pesemaian disiram merata. beberapa cara menyemai benih cabai rawit sebagai
berikut :
·
semai bebas
atau ditabur merata
·
semai dalam
baris
·
semai
berkelompok
3. Penanaman
bibit tanaman cabai rawit yang telah
berumur 1 bulan segera ditanam . penanaman sebaiknya pada sore hari agar
tanaman tidak layu.
a. Ciri – ciri
bibit yang siap tanam adalah sebagai berikut :
·
telah
berumur satu bulan
·
tidak
terserang hama dan penyakit
·
pertumbuhan
tanaman seragam
b. Cara
Penanaman
·
siram bibit
yang akan ditanam
·
pilih bibit
yangakan ditanam
·
lepaskan
bumbung atau pelastik dari bibit
·
padatkan
tanah disekeliling tanaman bibit yang telah dimasukan kelubang agar tidak rebah
4. Pemeliharaan Tanaman
a.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari
atau di sesuaikan dengan keadaan tanah.
b. Penyiangan
Rumput liar yang tumbuh disekita tanaman harus dicabit
atau di siang dengan kored atau sabit.
c.
Pemupukan
Jumlah pupuk yang dibutuhkan dalam
satu hektar adalah:
·
urea = 200
kg
·
TSP = 200 kg
·
KCI = 150 kg
D. Kendala
Budidaya Cabe Rawit
Hama dan
penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman
cabai rwit adalah sebagai berikut :
·
tungau marah
·
kutu daun
berwarna kuning
·
kutu gurem
atau thrips
Tanda –
tanda tanaman terserang diantaranya :
·
tanaman
berwarna seperti perak
·
tanaman
tampak pucat
·
daun menjadi
layu
Pengendalian.
·
cabut
tanaman yang terserang berat
·
kumpulkan
bagian tanaman yang terserang ,lalu dibakar
E. Proses
Pemanenan Cabe Rawit
Panen merupakan kegiatan yang
dinanti – nanti untuk menikmati jerih payah selama penanaman , produksi cabai
rawit hampir sama dengan cabai besar , hanya saja umur cabai rawit lebih lama
yaitu 2 – 3 tahun , sehingga produksi cabai rawit lebih tinggi dari pada cabai
besar . Cabai rawit dapat dipanen hijau ( muda ) dan dipanen merah atau sudah
masak . bila cabai rawit di panen hijau, cabai kelihatan bernas dan berisi. Pemanenan
cabai rawit dapat dilakukan 4 – 7 hari sekali atau tergantung pada situasi
harga pasaran .
F. Aspek Produksi
1. Gambaran dari Produk
Cabai rawit (Capsicum sp.)
merupakan tanaman hortikultura sayur–sayuran buah semusim untuk rempah-rempah
yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan dan
penghangat badan. Kebutuhan terhadap mata dagangan ini semakin meningkat
sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan
produk ini. Selain itu, cabai rawit sebagai rempah-rempah merupakan salah satu
mata dagangan yang dapat mendatangkan keuntungan bagi petani dan pengusaha.
Karena selain dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga termasuk
mata dagangan yang mempunyai peluang pemasaran ekspor non migas yang sangat
baik.
2. Kecocokan Lokasi
Pada umumnya tanaman cabai rawit dapat ditanam di
daerah dataran tinggi maupun di dataran rendah, yaitu lebih dari 500 – 1200 m
di atas permukaan laut, yang terdapat di seluruh Indonesia terutama di Pulau
Jawa. Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabe masih sangat luas, tetapi
penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman
cabai rawit, lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di
bawah 800 m di atas permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air irigasinya
sangat terjamin sepanjang tahun. Di Indonesia, menurut catatan terakhir
tersedia lahan yang cocok untuk tanaman cabai seluas 7.570.600 ha. Dari jumlah
tersebut yang telah dimanfaatkan 162.283 ha (1991), dan sampai akhir 1995
menjadi 173.161 ha, meningkat sebesar 12,5%. Peningkatan luas tanam ini tidak
diikuti oleh peningkatan luas panen, sehingga jika diukur dari rata-rata luas
panen cabai selama kurun 1991 sampai 1995, maka dari total luas lahan yang
cocok untuk cabai, baru teroleh sebanyak 167.722 ha atau hanya sekitar 0,45%
(Tabel 4).
3.
Pola Tanam
Budidaya atau usaha tani tanaman cabai rawit selama
ini dilakukan secara monokultur dan pola rotasi tanaman. Pada pola rotasi
tanaman. Pada pola rotasi tanaman maka pola yang lazim dianut para petani
adalah dengan melakukan pergiliran tanaman pola 1 : 2 yaitu satu kali tanaman
cabai rawit dan 2 – 3 kali tanaman palawija/sayuran lainnya yang tidak sama
family tanamannya dengan cabai rawit. Untuk model kelayakan ini digunakan
monokultur cabai merah sepanjang tahun, dengan masa lahan kosong selama 1 bulan
di antara siklus tanam.
4.
Aspek Teknik Budidaya
Keberhasilan usaha produksi cabai rawit sangat
ditentukan oleh aspek taknis budidaya di lapangan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dengan baik dalam pelaksanaan teknis budidaya tanaman cabai merah
adalah sebagai berikut:
a.
Pemakaian benih cabai rawit yang unggul
yang tidak terkontaminasi virus.
b.
Ketersediaan air yang cukup sepanjang
periode tanam/sepanjang tahun.
c.
Pola tanaman yang baik dan sesuai dengan
iklim.
d.
Pengolahan tanah yang disesuaikan dengan
kemiringan lereng dan arah lereng.
e.
Pemberantasan hama dan penyakit tanaman cabai
merah dilaksanakan secara teratur
f.
sesuai dengan kondisi serangan hama dan
penyakit
g.
Cara panen serta penanganan pasca panen
cabai merah yang baik dan benar.
Keberhasilan produksi cabai rawit sangat dipengaruhi
oleh dan ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan. Sifat unggul tersebut
dicerminkan dari tingginya produksi. Ketahanan terhadap hama dan penyakit serta
tingkat adaptasi tinggi terhadap perubahan iklim. Musim tanam di daratan tinggi
dilakukan antara bulan April – Mei untuk periode tanam pertama dan antara bulan
September – Oktober untuk periode tanam ke dua. Tanah yang baik untuk
pertanaman cabai rawit yaitu lahan yang tanahnya berstruktur remah atau gembur,
subur dan kaya akan bahan organik, pH tanah antara 6.0 dan 7,0. Oleh karena itu
pengolahan tanah yang baik dengan menggunakan traktor atau menggunakan cangkul,
harus mencapai kedalaman olah Aspek Produksi
5.
Luas Model dan Beban Biaya
Uraian mengenai unit luasan kebun dan biaya-biaya
dalam usaha tani cabai merah ini ditentukan berdasarkan asumsi-asumsi kemampuan
seorang petani dalam menangani budidaya tanaman cabai merah hibrida (hot
beauty). Unit luasan lahan kebun untuk usaha tani cabai merah tersebut
ditetapkan satu hektar. Bilamana diasumsikan bahwa petani rata-rata saat ini
memiliki lahan seluas 0,5 ha, maka perlu menyewa 0,5 hektar lagi. Beban biaya
yang diperlukan pada periode awal untuk usaha tani cabai merah seluas satu
hektar tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel Biaya Proyek per 1 Ha
No |
Komponen Biaya
Produksi |
Rupiah |
1 |
Biaya Pra Investasi |
20.000 |
2. |
Biaya Investasi |
5.500.000 |
3. |
Biaya Investasi modal
Kerja |
15.099.000 |
Total Biaya Proyek |
20.619.000 |
Modal sendiri yang diasumsikan harus dimiliki petani
adalah Rp. 619.000,-, sehingga besarnya permohonan pembiayaan untuk modal usaha
(investasi dan modal kerja) adalah sebesar Rp. 21.019.000,-, di mana Rp.
400.000 diantaranya untuk keperluan pembayaran premi asuransi.
6. Prasarana dan Sarana yang Diperlukan
Prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam usaha tani
cabai rawit
mencakup dua hal pokok yaitu:
a.
Investasi
yang berupa tanah, peralatan dan administrasi.
b.
Alat
dan Bahan produksi kerja termasuk di dalamnya bibit, mulsa plastik, pupuk,
pestisida, tenaga kerja, gaji pengelola, transportasi dan traktor
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mengembangkan dan pembudidayaan cabe rawit tidak hanya
sekedar menanam sesuai dengan keadaan yang ada. Karena kita harus
mempertimbangkan dan bisa mengetahui hal – hal yang munkin terjadi dalam proses
pengembangan budidaya cabe rawit tersebut. Baik dalam hal biaya maupun
kemampuan dalam mengolah cabe rawit tersebut. Karena hal – hal yang awalnya
dianggap remeh dan dirasa tidak penting justru itu yang akan berdampak besar
kedepannya. Maka dari itu saran saya bagi yang ingin bergerak dalam bidang ini harus
mempertimbangkan betul hal positif dan negatifnya baik dari segi keuangan
maupun kemampuan dan keterampilan dalam mengolah tanaman ini. Dan juga tidak
lupa untuk meninjau prospek pemasarannya maksudnya ketika setelah dipanen mau
di suplai kemana hasil cabe rawit. Agar tidak terjadi penimbunan yang tidak
berguna yang akhirnya akan membusuk dan ujung- ujungnya kerugian yang akan kita
dapat.
B. Saran
Membudidayakan cabe rawit haruslah memperhatikan
tahapan-tahapannya dengan benar dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Prajanata,
Final. 2007. Kiat Sukses Bertanam Cabai Di musim Hujan. Penebar Swadaya.
Cetakan ke XII. Jakarta 64h.
Redaksi
TRUBUS. 2001. Bertanam Cabai Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. 42 ha.
Mulyati
dan Suriyadikarta,. 2006. Pupuk Dan Pemupukan. UPT Mataram University press.
Cetakan I. Mataram.
Budidaya
Cabe. http://epetani.deptan.go.id/blog/budidaya-cabe
Hatta
M., 2010. Hortikultura. http://emhatta.wordpress.com/
Polengs, 2011. Cabai, Pertanian, Tanaman http:// budidayanews.blogspot.com/
2011/03/cara-budidaya-cabai-rawit.html
Sihotang B., 2010.
Sophia
N., 2012. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman cabe Rawit. http://sophianirmalida.blogspot.com/2012/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-tanaman.html