KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
1. Pengertian menuntut ilmu
Ilmu berasal dari kata علم- يعلم- علما yang artinya mengetahui, lawan dari kata جهل yang artinya bodoh.
Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang berarti pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang berarti pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio.
Imam Raghib al- Ashfahani dalm kitabnya, Mufradat Al –Qur’an, berkata, “ ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama, mengetahi inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua, menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu).”
Menuntut ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
2.
Ayat-Ayat Al-Qur’an Keutamaan Menuntut
Ilmu
a. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya allah
akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana
firmannya:
Artinya :Hai orang
orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang lapanglah dalam
majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas
besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di
dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang
dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh
tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah.
(Fathul Baarii 1/141)
Allah pun
akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya
memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia
memuliakan malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu,
sebagaimana firman-Nya:
Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
b. Menuntut ilmu merupakan ibadah dan
akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut
ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama,
sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah,
sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122
Artinya :tidak sepatutnya bagi
mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
Surat Al-a’alq ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.
3. Hadits
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ على كل مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu
merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)
Disamping hukum wajibnya menuntut ilmu syar’i, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya banyak sekali menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu, yang seharusnya sebagai seorang muslim, menjadikan dalil-dalil tersebut sebagai penyemangat lalu berusaha mengisi waktu-waktunya dengan mempelajari kitabullah dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sebab hal itu akan menjadi pedoman hidup seorang hamba yang mengharapkan hidayah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda:
"Sesungguhnya aku telah tinggalkan untuk kalian dua pedoman yang kalian tidak akan tersesat setelahnya: kitabullah dan sunnahku" (HR.Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (1/172), dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam Shaih Al-jami’: 2937)
Berikut ini kami menyebutkan beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah :
a). Ilmu adalah cahaya
Allah Ta’ala berfirman:
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan . Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”
(QS.Al-Maidah:5-6)
Kedua ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, yang disifatkan sebagai cahaya yang membimbing siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan-jalan keselamatan, berupa jalan yang menyelamatkan seorang hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan mengantarkan seorang hamba menuju keselamatan dunia dan akhirat, mengeluarkan mereka dari kegelapan, kegelapan syirik, bid’ah, kemaksiatan dan kejahilan, menuju kepada cahaya tauhid, ilmu, hidayah, ketaatan dan seluruh kebaikan.
Oleh karenanya, jika seseorang lebih condong mengikuti hawa nafsunya, gemar melakukan kemaksiatan, yang menyebabkan hatinya menjadi gelap, maka ilmu akan sulit menempati hati yang gelap tersebut, sulit menghafal ayat- ayat Allah dan men-tadabburi-nya, sulit menghafal hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupannya, sebab tidak akan mungkin berkumpul dalam satu hati antara kegelapan maksiat dengan cahaya ilmu. Diantara bait-bait syair yang masyhur dari Imam Syafi’i tatkala Beliau mengadukan tentang buruknya hafalan Beliau kepada Imam Waki’ bin Jarrah, Beliau mengatakan:
شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ المَعَاصِي
وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ العِلْمَ نُوْرٌ وَنُوْرُ اللهِ لَا يُؤْتَى لِعَاصِي
Aku mengadukan kepada Waki’ keburukan hafalanku
Lalu Beliau membimbing aku untuk meninggalkan maksiat
Beliau mengabarkan kepadaku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat
b). Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
من يُرِدْ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang agamnya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عز وجل خَلَقَ خَلْقَهُ في ظُلْمَةٍ فَأَلْقَى عليهم من نُورِهِ فَمَنْ أَصَابَهُ من ذلك النُّورِ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menciptaan makhluk-Nya dalam kegelapan, Lalu Allah memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia mendapatkan hidayah, dan siapa yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.”
(HR. Ahmad (2/176), Tirmidzi,no:2642, Ibnu Hibban (6169),Al-Hakim dalam mustadrak (1/84), dari hadits Abdullah bin Amr bin Ash. Disahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah (3/1076)
Bagi seorang muslim yang yakin dengan nasehat-nasehat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, tentu saja sangat berkeinginan untuk andil dalam mendapatkan kebaikan yang dijanjikan Allah Ta’ala bagi para penuntut ilmu syar’i tersebut.
Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar tatkala menjelaskan hadits Muawiyah yang telah disebutkan diatas:
“Sebab orang yang tidak memahami perkara agamanya, dia bukanlah seorang
yang faqih dan bukan pula seorang yang menuntut ilmu, sehingga tepat jika ia disifati
sebagai orang yang tidak dikehendaki kebaikan untuknya. Ini merupakan
penjelasan yang terang yang menunjukkan keutamaan para ulama dibanding seluruh
manusia, dan menunjukkan keutamaan mendalami agama dibanding ilmu- ilmu
lainnya.”
(Fathul bari,Ibnu Hajar Al-Asqalani: 1/165)
Saudaraku muslim! Jadilah orang- orang terbaik yang dimuliakan Allah Azza Wajalla, dengan berusaha mempelajari agama Allah dan mengajarkannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ من تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik- baik kalian adalah yang mempelajari al-qur’an dan mengajarkannya.”
(HR.Bukhari (4739), dari Utsman Bin Affan Radhiallahu Anhu)
c). Ilmu agama menyelamatkan dari laknat Allah
Azza Wajalla
Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ ما فيها إلا ذِكْرُ اللَّهِ وما وَالَاهُ وَعَالِمٌ أو مُتَعَلِّمٌ
“Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada Allah dan amalan- amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang belajar.”
(HR.Tirmidzi (2322), Ibnu Majah (4112), dihasankan Al-Albani dalam sahih al-jami’,no:1609)
Berkata Al-Munawi dalam menjelaskan hadits ini: “dunia terlaknat, disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan dan kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Allah lalu mengikuti hawa nafsunya.”
(Tuhfatul ahwadzi:6/504)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Rahimahullah: “Setiap amalan yang dilakukan seorang hamba yang tidak berbentuk
ketaatan, ibadah dan amalan saleh maka amalan tersebut merupakan amalan yang
batil, sebab dunia ini terlaknat dan terlaknat segala isinya kecuali sesuatu
yang dilakukan karena Allah, meskipun amalan batil itu menyebabkan seorang
meraih kepemimpinan dan harta, maka seorang pemimpin bisa menjadi Firaun, dan
seorang yang gila harta bisa menjadi Qarun.” (Majmu’ fatawa:8/76)
Maka dengan menuntut ilmu dan mengajarkannya, akan menjadikan seorang hamba yang masuk kedalam kelompok yang akan meraih ridha-Nya, dan selamat dari kemurkaan dan siksa-Nya.
d). Menuntut Ilmu, jalan menuju surga
Disebutkan dalam sahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)
Hadits ini menerangkan bahwa seorang yang keluar untuk menuntut ilmu, akan menjadi sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga. Mengapa demikian? Ya, tatkala seorang muslim mempelajari agamanya dengan penuh keikhlasan, maka dia akan dimudahkan untuk memahami mana yang baik dan mana yang buruk, antara yang halal dan yang haram, yang haq dan yang batil, lalu dia berusaha mengamalkan apa yang telah ia ketahui dari ilmu tersebut, sehingga ia menggabungkan antara ilmu dan amal dengan keikhlasan dan mengikuti bimbingan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam , maka dia menjadi seorang hamba yang diridhai-Nya, dan tiada balasan dari Allah Ta’ala bagi hamba yang diridhai-Nya melainkan surga.
Banyak kaum muslimin yang beranggapan bahwa menuntut ilmu agama itu hanya tugas para santri yang duduk di pondok-pondok pesantren. Tentu ini merupakan persepsi yang salah, sebab setiap muslim telah diwajibkan untuk mempelajarinya, sebagaimana yang telah kita sebutkan dari hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Hadits ini menjelaskan bahwa balasan yang Allah berikan kepada hambanya setimpal dengan usaha yang telah dia lakukan, sebagaimana dia menempuh jalan untuk mencari kehidupan hatinya dan keselamatan dirinya dari kebinasaan, maka Allah menjadikannya menempuh jalan yang ingin diraihnya tersebut.
(lihat: Miftahu Daris sa’aadah,Ibnul Qayyim: 71)
e). Ilmu lebih utama dari ibadah
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Keutamaan
ilmu lebih aku sukai dari keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah
bersikap wara.”
(HR.Al-Hakim, Al-Bazzar, At-Thayalisi, dari Hudzaifah bin Yaman Radhiallahu Anhu. Disahihkan Al-Albani dalam sahih al-jami’:4214)
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ على الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ على سَائِرِ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan dimalam purnama dibanding seluruh bintang- bintang.”
(HR.Abu Dawud (3641), Ibnu Majah (223), dari hadits Abu Darda’ Radhiallahu Anhu)
Yang dimaksud hadits ini bahwa memiliki ilmu dengan cara menuntutnya, atau mengajarkannya, merupakan amalan ibadah yang lebih utama dibanding amalan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, dan yang lainnya. Bukan yang dimaksud hadits ini bahwa ilmu bukan bagian dari ibadah, namun maksudnya bahwa ilmu merupakan bagian ibadah yang paling mulia, bahkan bagian dari jihad fi sabilillah. Berkata Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah:
“Aku tidak mengetahui ada satu ibadah yang lebih utama dari engkau mengajarkan ilmu kepada manusia.” (Jami’ bayanil ilmi, Ibnu Abdil Bar: 227)
Beliau juga berkata:
4. Kesimpulan
Ilmu berasal dari kata علم- يعلم- علما yang artinya mengetahui, lawan dari kata جهل yang artinya bodoh.
Imam Raghib al- Ashfahani dalm kitabnya, Mufradat Al –Qur’an, berkata, “ ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama, mengetahi inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua, menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu).”
Ayat-Ayat
Al-Qur’an Keutamaan Menuntut Ilmu
a. Orang yang berilmu akan ditinggian
derajatnya
b. Menuntut ilmu merupakan
ibadah
dan akan dipermudah jalan menuju syurga
Hadits Keutamaan Menuntut Ilmu
Berikut ini kami menyebutkan
beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah :
1.
Ilmu
adalah cahaya
2.
Ilmu
merupakan tanda kebaikan seorang hamba
3.
Ilmu
agama menyelamatkan dari laknat Allah Azza Wajalla
4.
Menuntut
Ilmu, jalan menuju surga
5.
Ilmu
lebih utama dari ibadah