KARYACOM.BIRAYANG
KATA PENGANTAR
Pertama-tama Saya mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas Qur’an Hadits tentang Keutamaan berbakti pada orang tua ini dapat Saya selesaikan dengan baik. Salawat dan Salam senantiasa dipanjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah bagi hidup dan kehidupan kita di muka bumi ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu Saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, baik materi maupun penyajian serta penulisan yang tidak sesuai. Untuk itu Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, dan Saya juga mengharapkan kritik dan juga sarannya kepada semua pihak demi kesempurnaan penulisan makalah ini dan perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang. Terima kasih.
.
Birayang, Nopember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul.................................................................................................. ..... i
Kata Pengantar................................................................................................. .... ii
Daftar isi........................................................................................................... ... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang....................................................................... .... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. Pengertian ................................................................................... 2
B. Dalil Al Qur’an Keutamaan berbakti pada orang tua.................... 2
C.
Hadits Keutamaan berbakti pada orang tua................................... 5
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 7
A. Kesimpulan.................................................................................. 7
B. Saran....................................................................................... .... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dan berperan dalam kehidupan manusia terutama dalam hal pendidikan tanpa perantara orang tua manusia tidak akan ada dan tidak akan mengenal arti kehidupan didunia karena orang tualah yang pertama kali mengenalkan dan mengajarkan kepada manusia akan arti kehidupan.
Betapa berjasanya orang tua dalam kehidupan manusia maka sudah sepatutnya manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Bentuk berbakti kepada orang tua bisa berupa patuh dan taat pada perintahnya selama masih dalam kebaikan, bertutur kata yang sopan, menjaga nama baik orang tua dan lain sebaginya.
Di zaman yang modern seperti sekarang ini telah banyak pergeseran tentang adab atau prilaku sehingga menjurus kepada dekadensi moral, anak dengan orang tua tiada jarak yang memisahkan seperti layaknya teman sebaya, murid dengan guru sudah tidak bisa lagi dibedakan baik dalam perkataan, perbuatan ataupun prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang seakan-akan tidak mencerminkan prilaku seorang guru ataupun peserta didik. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita temukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kaidah islamiyyah yang menjunjung tinggi rasa saling menghargai, menghormati. Dalam berkehidupan saling berdampingan dalam satu kawasan ataupun daerah individualisme lah yang sering dimunculkan di mana rasa gotong royong, membantu satu sama lain sudah sangat sulit sekali kita temukan, terlebih di kota-kota besar yang memang notabene memiliki beragam etnis, kebiasaan, dan budaya yang berbeda beda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Birrul Walidain?
2. Jelaskan Dalil Al Qur’an dan Hadits tentang Taat Pada Orang Tua !
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Adab
Birrul Walidain (Arab: بر الوالدين) adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada orang tua ini hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah. Birrul walidain merupakan bentuk silaturahim yang paling utama.
Dalam Islam tidak saja ditekankan harus menghormati kedua orang tua saja, akan tetapi ada akhlak yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk menghargai orang yang lebih tua usianya dan yang tua harus menyayangi yang muda, seorang ulama dalam bukunya juga menjelaskan hal yang serupa Dalam segala kegiatan umat Islam diharuskan untuk mendahulukan orang-orang yang lebih tua usianya, penjelasan ini berdasarkan perintah dari Malaikat Jibril. karena dikatakan bahwa menghormati orang yang lebih tua termasuk salah satu mengagungkan Allah
Akhlak ini telah dilakukan oleh para sahabat, mereka begitu menghormati terhadap yang orang yang lebih tua meskipun umurnya hanya selisih satu hari atau satu malam atau bahkan lahir selisih beberapa menit saja
B. Dalil Al Qur’an keutamaan berbakti pada
orang tua
Terdapat banyak ayat yang mendudukkan ridha orang tua
setelah ridha Allah dan keutamaan berbakti kepada orang tua adalah sesudah keutamaan
beriman kepada Allah, antara lain :
Artinya, “Dan
Kami perintahkan kepada manusia kepada dua orang ibu-bapanya, ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Lukman: 14).
Artinya : “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra 23)
Ayat ini menerangkan tentang
beratnya tugas seorang ibu “ibunya telah mengandungnya dalam keadaan payah
bertambah payah”. Sejak dari bulan pertama mengandung, semakin hari semakin
payah, dan puncak kepayahannya adalah pada saat melahirkan. Lemah sekujur badan
dan keringat bercucuran serta perasaan sakit dan khawatir.
Artinya, “Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra: 24)
Artinya
: “sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu
sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa.36)
Ada
1. Tidak ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau tercium dari kedua orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi memilih untuk tetap bersabar dan berharap pahala kepada Allah dengan hal tersebut, sebagaimana dulu keduanya bersabar terhadap bau-bau yang tidak enak yang muncul dari diri kita ketika kita masih kecil. Tidak ada rasa susah dan jemu terhadap orang tua sedikit pun.
2. Tidak
menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.
3. Mengucapkan
ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiringi
dengan sikap sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya. Tidak
memanggil keduanya langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di hadapan
keduanya. Tidak menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot) akan tetapi
hendaknya pandangan kita kepadanya adalah pandangan penuh kelembutan dan
ketawadhuan.
Artinya,
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra: 24)
Urwah mengatakan jika kedua orang tuamu melakukan sesuatu yang menimbulkan kemarahanmu, maka janganlah engkau menajamkan pandangan kepada keduanya. Karena tanda pertama kemarahan seseorang adalah pandangan tajam yang dia tujukan kepada orang yang dia marahi.
4. Berdoa memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai balasan kasih sayang keduanya terhadap kita.
5. Bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya, dengan menaati keduanya selama tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat berkeinginan untuk memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai wujud kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya.
Perintah
Allah untuk berbuat baik kepada orang tua itu bersifat umum, mencakup hal-hal
yang disukai oleh anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh anak. Bahkan sampai-sampai al-Qur’an
memberi wasiat kepada para anak agar berbakti kepada kedua orang tuanya
meskipun mereka adalah orang-orang yang kafir.
bÎ)ur #yyg»y_
#n?tã br&
Íô±è@ Î1
$tB }§øs9
y7s9 ¾ÏmÎ/
ÖNù=Ïæ xsù
$yJßg÷èÏÜè? (
$yJßgö6Ïm$|¹ur Îû
$u÷R9$# $]ùrã÷ètB
( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y
ô`tB z>$tRr&
¥n<Î) 4
¢OèO ¥n<Î)
öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù
$yJÎ/ óOçFZä.
tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
Artinya : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Lukman:15).
C. Hadist keutamaan
berbakti pada orang tua
Hadis
Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
عَنْ عَبْدُ
الله بن
عَمْرٍو رضي
الله عنهما قال
قال رسولُ
الله صلى الله
عليه وسلم:
رِضَى اللهُ
فى رِضَى
الوَالِدَيْنِ
و سَخَطُ الله
فى سَخَطُ
الوَالِدَيْنِ
( اخرجه
الترمذي
وصححه ابن حبان
والحاكم)
Artinya:
dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
Ridhonya Orang Tua adalah Ridho-Nya Allah, Murkanya Orang Tua adalah Murka-Nya Allah.
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita
selalu mengharap keridoan dari keduanya dan memenuhi perintah-perintahnya,
sepanjang tidak untuk berbuat maksiat. Juga anak harus selalu mementingkan
keduanya dengan mendahulukan keinginan– keinginannya dari pada kepentingan dan
keinginan pribadi .
Pernahkah anda membayangkan saat pulang kerumah mendapati orang tua kita sudah
terbaring kaku dibungkus dengan kain kafan. Perasaan menyesal terbesit dalam
hati karena sebagai anak belum cukup berbakti. Untuk itu tunaikanlah kewajiban
kita selagi kedua orang tua masih hidup. Berbuat baiklah pada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua sering sekali disebutkan dalam Al-Quran, bahkan digandengkan dengan tuntunan menyembah Allah. Hal ini menunjukan bahwa berbakti kepada Kedua orang tua (Ibu – Bapak) adalah wajib. Anak berkewajiban berbuat baik kepada kedua orang tuanya yang harus ditunaikan semaksimal mungkin. Apalagi jkia sering menyakitinya dengan cara membantah dan berkata kasar pada mereka. Termasuk durhaka kepada kedua orang tua, adalah menyakitinya dengan tidak mau memberikan hal yang baik kepada keduanya, sesuai dengan kemampuan. Kemudian bagaimanakah kita sebagai anak tega memalingkan muka dan berkata kasar kepadanya.
Hadis Al-Mughirah bin
Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak kewajiban,
meminta yang bukan haknya.
عن
المغيرة بن
شعبة قال
النبي صلى
الله عليه وسلم
: ان الله حرم
عليكم عقوق
الامهات ووأد
البنات ومنع
وهات وكره لكم
قيل وقال
وكثرة السؤال
واضاعة المال
(اخرجه
البخاري)
Artinya: dari
Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh Allah
ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang
bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang
yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.
Setelah orang muslim mengetahui hak
kedua orang tua atas dirinya dan menunaikannya dengan sempurna karena mereka
mentaati Allah Ta’ala dan merealisir wasiat-Nya, maka juga menjaga etika-etika
berikut ini terhadap kedua orang tuanya :
1.
Taat kepada kedua
orang tua dalam semua perintah dan larangan keduanya, selama di dalamnya tidak
terdapat kemaksiatan kepada Allah, dan pelanggaran terhadap syariat-Nya, karena
manusia tidak berkewajibab taak kepada manusia sesamanya dalam bermaksiat
kepada Allah, berdasarkan dalil-dalil berikut :
2.
Hormat dan menghargai
kepada keduanya, merendahkan suara dan memuliakan keduanya dengan perkataan dan
perbuatan yang baik, tidak menghardik dan tidak mengangkat suara di atas suara
keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak mendahulukan istri dan anak
atas keduanya, tidak memanggil keduanya dengan namanya namun memanggil keduanya
dengan panggilan, “Ayah, ibu,” dan tidak berpergian kecuali dengan izin dan
kerelaan keduanya.
3. Berbakti kepada keduanya dengan apa saja yang mampu ia kerjakan, dan sesuai dengan kemampuannya, seperti memberi makan-pakaian keduanya, mengobati penyakit keduanya, menghilangkan madzarat dari keduanya, dan mengalahkan untuk kebaikan keduanya.
4. Menyambung hubungan kekerabatan dimana ia tidak mempunya hubungan kecuali dari jalur kedua orang tuanya mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan janji (wasiat), dan memuliakan teman-teman keduanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Birrul Walidain (Arab: بر الوالدين) adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada orang tua ini hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah. Birrul walidain merupakan bentuk silaturahim yang paling utama.
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita selalu mengharap keridoan dari keduanya dan memenuhi perintah-perintahnya, sepanjang tidak untuk berbuat maksiat. Juga anak harus selalu mementingkan keduanya dengan mendahulukan keinginan– keinginannya dari pada kepentingan dan keinginan pribadi . Pernahkah anda membayangkan saat pulang kerumah mendapati orang tua kita sudah terbaring kaku dibungkus dengan kain kafan. Perasaan menyesal terbesit dalam hati karena sebagai anak belum cukup berbakti. Untuk itu tunaikanlah kewajiban kita selagi kedua orang tua masih hidup. Berbuat baiklah pada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua sering sekali disebutkan dalam Al-Quran, bahkan digandengkan dengan tuntunan menyembah Allah. Hal ini menunjukan bahwa berbakti kepada Kedua orang tua (Ibu – Bapak) adalah wajib. Anak berkewajiban berbuat baik kepada kedua orang tuanya yang harus ditunaikan semaksimal mungkin. Apalagi jkia sering menyakitinya dengan cara membantah dan berkata kasar pada mereka.
Termasuk durhaka kepada kedua orang tua, adalah menyakitinya dengan tidak mau memberikan hal yang baik kepada keduanya, sesuai dengan kemampuan. Kemudian bagaimanakah kita sebagai anak tega memalingkan muka dan berkata kasar kepadanya.
B. SARAN
Sesuai
arti dari surah al isra ayat 23 :
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia.”
Mudah-mudahan kita dapat
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Hajar al-Asqolani, Terjemahan
lengkap Bulughul Maram, ( Jakarta: Akbar,cet2,2009)
Hadits Riwayat Bukhari dalam tarikh dan Thabrani dalam Mu'jam Kabir dari Abu Bakrah.
Imam nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin juz I,
(Jakarta: Pustaka Amani,cet IV)
Imam ibnu Al-Jauzi, Shahih
Bukhari juz IV,(Qohiroh:Darul Hadis,2008)
Al Quran Karim
Ihsan, Abu Al
Atsari, Doa Anak Shalih Kepada Orang Tua,
Daar An Nabaa’,
Wadud, Abdul, drs, Qur’an Hadist Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, PT. Karya Toha Putra, Semarang, 2006.