Monday 26 September 2022

BAB 3 BUKU SISWA MATERI PERADABAN ISLAM DI MASA DAULAH UTSMANIYAH

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

 

TENTANG

PERADABAN ISLAM DI MASA DAULAH UTSMANIYAH

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang

          Daulah Utsmaniyah adalah sebuah kekhalifahan Islam kedua yang menyebarkan  Islam  ke  tanah Eropa  setelah  Umayyah  di  Spanyol.   Kekuatan Daulah Utsmaniyah  bahkan  mengakhiri  sejarah kekaisaran  Romawi Timur,   Byzantium  dengan jatuhnya Konstantinopel (Istanbul) ke tangan Islam di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun  1453 M.  Sejak inilah,  Daulah Utsmaniyah menjadi salah satu kekuatan besar Islam di semenanjung Anatolia dan Balkan, serta wilayah Mesir dan Jazirah Arab.

Daulah Utsmaniyah menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam setelah umat Islam mengalami masa disintegrasi dan kemunduran pasca jatuhnya kekuasaan Daulah Abbasiyah ke orang-orang Mongol dan jatuhnya Kordoba, benteng terakhir kekuasaan Islam di Andalusia ke orang-orang Eropa. Utsmaniyah adalah nama dari kesultanan di Istanbul Turki, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Turki Utsmani.

Pemerintahan Daulah Utsmaniyah berada di bawah kekuasaan Bani Utsmaniyah, anak keturunan Osman I, pendiri dan asal muasal nama daulah. Bani Utsmaniyah telah memimpin Daulah Utsmaniyah sejak tahun 1299 M secara turun temurun tanpa terputus. Kesultanan Daulah Utsmaniyah memegang otoritas penuh dalam kebijakan politik dan sultan adalah figur pemimpin utama yang absolut. Sultan didampingi oleh para pejabat (vizier) dan pemangku kebijakan lainnya dalam memfungsikan sistem pemerintahan yang baik.

 

B.       Rumusan masalah

1.         Jelaskan Sejarah Lahirnya Daulah Utsmaniyah !

2.         Jelaskan Kepemimpinan Awal Daulah Utsmaniyah !

3.         Jelaskan Puncak Keemasan dalam Kepemimpinan Daulah Utsmaniyah! 

4.         Jelaskan Masa Kemunduran dan Runtuhnya Daulah Utsmaniyah !

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Sejarah Lahirnya Daulah Utsmaniyah

Bangsa Turki adalah bangsa Kaukasia yang menempati wilayah semenanjung Anatolia. Bangsa Turki adalah bangsa pemberani dan mempunyai rasa disiplin yang tinggi, serta terdiri dari beberapa macam suku bangsa. Pada masa Daulah Abbasiyah, wilayah ini dikuasai oleh Daulah Bani Saljuk, Turki. Ada salah satu suku Turki di wilayah perbatasan Byzantium yang dipimpin oleh Sulaiman (w. 1227 M). Setelah Sulaiman wafat, kepemimpinannya diteruskan kepada anaknya, yaitu Ertugrul (w. 1280 M).

Di masa kepemimpinan Ertugrul, terjadi peperangan antara pasukan Bani Saljuk yang melawan pasukan Byzantium. Pada saat itu, Ertugrul segera membantu pasukan Bani Saljuk dan menggabungkan diri untuk memerangi pasukan Byzantium. Atas bantuan tak terduga ini, pasukan Bani Saljuk berhasil mengalahkan pasukan Byzantium dan memenangkan perang. Sultan Alauddin Kayqubad I, pemimpin Daulah Bani Saljuk saat itu, memberikan penghargaan untuk Ertugrul berupa pangkat Amir dan memimpin wilayah di Karaca Dag dan Sogut, daerah yang berbatasan dengan Byzantium. Sepeninggalannya, kepemimpinan wilayah tersebut jatuh ke tangan anaknya, Osman I (w. 1323/4).

Osman I banyak menguasai kota-kota yang dikuasai Byzantium dan mendirika, sebuah pemerintahan dan nama Osman diabadikan sebagai nama daulah, yaitu Daulah Utsmaniyah dengan ejaan Arab atau Daulah Ottoman dengan ejaan Latin.

 

B.  Kepemimpinan Awal Daulah Utsmaniyah

1.    Osman I Pendiri Daulah Utsmaniyah

Setelah runtuhnya kekuasaan Daulah Bani Saljuk, Osman I menjadi seorang tokoh pemimpin yang paling kuat di wilayah Anatolia. la mendirikan Daulah Utsmaniyah pada tahun 1299 M, dan menjadi sultan pertamanya. la menjadikan Kota Sogut sebagai ibu kota pertama Daulah Utsmaniyah. Masa kepemimpinannya berlangsung kuat, yaitu 1299-1323/4 M. Pengaruh kuatnya di wilayah Anatolia menjadikan Byzantium takut dan perlahan meninggalkan wilayah Anatolia.

Semasa hidupnya, Osman I berkampanye untuk melawan Byzantium dan memperluas pengaruhnya hingga ke Bursa, wilayah yang dekat dengan Konstantinopel. Kampanye menguasai Bursa menjadi salah satu poin penting untuk keberlanjutan Daulah Utsmaniyah, karena Bursa adalah wilayah yang bisa dijadikan benteng utama untuk melawan Byzantium. Osman I juga merencanakan kota Bursa untuk dijadikan pengganti Kota Sogut sebagai ibu kota Daulah Utsmaniyah. Osman I wafat pada tahun 1323/4 M dan memimpin daulah selama 24 tahun. Kepemimpinannya diwariskan kepada anaknya, Orkhan.

 

2.    Sultan Orkhan (1326-1362 M)

Setelah mewarisi kepemimpinan dari ayahnya,  Sultan Orkhan menerapkan kebijakan dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, ia membentuk pasukan baru yang disebut dengan Yanisari pada tahun 1330 M di bawah pimpinan Menteri Pertahanan Alauddin. Pasukan baru ini difungsikan sebagai pasukan elite yang dilatih sejak masih muda. Pasukan ini terdiri dari pemuda-pemuda beragama Islam, Nasrani, dan Yahudi yang dilatih di perkampungan militer dan dididik agar berjiwa kesatuan kebangsaan Turki Utsmani.  Bibit pasukan ini akan disempurnakan di masa anaknya, SultanMurad I. Dengan kekuatan pasukan Yanisari pilihan ini, Daulah Utsmaniyah selalu memenangkan penyerbuan-penyerbuan melawan musuh. Pencapaian pasukan Yanisari menjadikannya pasukan yang paling ditakuti dan disegani pada masa itu. Selain itu, Sultan Orkhan juga menyusun undang-undang dasar sebagai pondasi pemerintahan yang baru, serta mendirikan pabrik mata uang sebagai roda perekonomian Daulah Utsmaniyah. Pada masa kepemimpinan Orkhan, Kota Bursa telah selesai dibangun untuk diiadikan ibu kota pemerintahan Daulah Utsmaniyah pada tahun 1335 M.

3.   Sultan Murad I (1362-1389 M)

Sisa wilayah Daulah Bani Saljuk di Asia Kecil, Angora kemudian dimasukkan pada daerah kekuasaan Daulah Utsmaniyah. Kebijakan luar negerinya tetap diterapkan untuk melawan Byzantium. la menyerbu tanah Eropa dan berhasil menguasai daerah Valasche, Rumelia, dan Kota Adrianopel. Setelah Murad I menduduki Adrianopel, kota tersebut dijadikan ibu kota Daulah Utsmaniyah (1363 M) menggantikan Kota Bursa. Sejak saat itu, kerajaan besar Islam berdiri di bumi Eropa Timur yaitu semenanjung Balkan, di mana wilayah Eropa Barat, yaitu semenanjung Iberia juga pernah dikuasai oleh Daulah Umayyah.

Sejak perpindahan ibu kota ke Adrianopel, Murad I dengan mudah menguasai daerah Eropa Timur (Balkan), yaitu: Kerajaan Servia, Bulgaria, dan dapat mengalahkan pasukan Slavia di Kassavo. Strategi memindahkan ibu kota ke Adrianopel menjadikan Konstantinopel, ibu kota Byzantium terkepung di wilayah yang dikuasai oleh Turki Utsmani Pengepungan total atas kerajaan Byzantium dan terisolasinya daerah itu dari kerajaan Eropa yang lain merupakan suatu ancaman langsung terhadap Eropa. Strategi memindahkan ibu kota kc Adrianopel menjadikan Konstantinopel, ibu kota Byzantium terkepung di wilayah yang dikuasai oleh Turki Utsmani. Pengepungan total atas kcrajaan Byzantium dan terisolasinya daerah itu dari kerajaan Eropa yang lain merupakan suatu ancaman langsung terhadap Eropa. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena kerajaan Eropa sangat takut jika pengaruh Islam menyebar ke wilayah Eropa dan mengancam legitimasi agama Nasrani di wilayah tersebut.

4.   Sultan Bayazid I (1389-1402 M)

Saat Sultan Murad I wafat disergap seorang pasukan Slavia di Kassavo, kepemimpinan Daulah Utsmaniyah jatuh ke tangan puteranya, Bayazid I. Ia bergelar "Yaldrum" yang berarti petir, sebab ia dikenal sebagai pemimpin pasukan yang bergerak cepat dan tangkas dalam medan perang. Kebijakan dalam negeri sultan Bayazid I adalah membentuk kader-kader pemuda yang terdidik baik.

5.  Sultan Muhammad I (1413-1421 M)

Kebijakan Muhammad I selama memimpin Daulah Utsmaniyah adalah berusaha menstabilkan wilayah Daulah Utsmaniyah dengan terpaksa memerangi daerah yang sudah terpecah-pecah akibat serbuan pasukan Mongol pada zaman ayahnya dahulu. Ia berjuang selama 8 tahun hingga akhirnya ia berhasil mengembalikan wilayah yang tercerai berai. Muhammad I juga berusaha mengembalikan wibawa Turki di daerah Eropa Timur dengan jalan mengadakan perjanjian damai dengan Byzantium dan dengan republik Venesia. Dengan adanya usaha-usaha dari Muhammad I, Daulah Utsmaniyah bangun tegak kembali.

6.  Sultan Murad II (1421-1444 M)

Masa kepemimpinan Sultan Murad II ditandai dengan penyerbuan dari raja-raja Eropa dan pasukan Salib. Peperangan ini diakhiri dengan gencatan senjata yang ditandai dalam Perjanjian Szegedin pada tahun awal 1444 M. Perjanjian tersebut ditandatangani di bawah sumpah kitab suci Al-Qur'an dan Injil. Adapun isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut.

a.  Serbia dan Albania mendapat kemerdekaannya kembali.

b.  Rumania bergabung dengan Hungaria.

 

C. Puncak Keemasan dalam Kepemimpinan Daulah Utsmaniyah

1.   Sultan Muhammad II Al-Fatih (1451-1481 M)

Setelah wafatnya Sultan Murad II, putranya Muhammad II kembali memegang kepemimpinan Daulah Utsmaniyah di usianya yang belia yaitu 19 tahun. Meskipun berusia sangat muda, Muhammad II adalah seorang pemimpin yang berani, tegas, pintar, cakap, dan juga shalih. Sejak kecil, ia dididik di bawah pengawasan ayahnya dan juga para ulama yang mengajarinya berbagai ilmu politik dan agama. Pendidikannya dalam mempelajari ajaran Islam sangatlah baik dan memberikan pengaruh yang sangat kuat pada keimanannya. Dalam catatan sejarah Islam, Muhammad II adalah sultan yang sangat alim dan taat beribadah kepada Allah Swt.

 

2.   Sultan Salim I (1512-1520 M)

Dengan wafatnya Sultan Bayazid II, tampuk kepemimpinan jatuh pada putranya Salim I. Pemerintahannya berhasil meluaskan wilayah kesultanan, terutama ke wilayah Mamluk Mesir pada tahun 1516-1517 M. Wilayah ini meliputi Mesir, Hijaz, dan dararan Syam. Penguasaan terhadap wilayah jantung peradaban Islam ini menjadikan Salim I sebagai pemersatu dan penjaga ketiga tempat suci Islam, yaitu Makkah, Madinah, dan Yerussalem. Posisi ini mengangkat derajar Daulah Utsmaniyah sebagai pemimpin umat Islam. Pencapaian gemilang ini menjadikan Salim I dikenal sebagai salah satu sultan yang paling sukses dan dihormati di sejarah Daulah Utsmaniyah. Meskipun pemerintahannya yang singkat, yaitu hanya 8 tahun, Salim I berhasil mempersiapkan Daulah Utsmaniyah untuk mencapai puncak keemasan di era putranya, Sulaiman I.

3.   Sultan Sulaiman Agung I (1520-1566 M)

Warisan dari kegemilangan pencapaian ayahnya Salim I, pemerintahan di bawah Sultan Sulaiman I adalah puncak keemasan Daulah Utsmaniyah. Ketika itu, wilayah daulah meliputi seluruh semenanjung Balkan dan Anatolia, wilayah Rusia Selatan, seluruh wilayah pesisir Afrika Utara dari Algeria sampai Somalia wilayah Asia Kecil dan Asia Tengah, sampai ke wilayah perbatasan Persia. Wilayah yang dikuasainya

3.   Sultan Sulaiman Agung I (1520-1566 M)

Warisan dari kegemilangan pencapaian ayahnya Salim I, pemerintahan di bawah Sultan Sulaiman I adalah puncak keemasan Daulah Utsmaniyah. Ketika itu, wilayah daulah meliputi seluruh semenanjung Balkan dan Anatolia, wilayah Rusia Selatan, seluruh wilayah pesisir Afrika Utara dari Algeria sampai Somalia, wilayah Asia Kecil dan Asia Tengah, sampai ke wilayah perbatasan Persia. Wilayah yang dikuasainya merupakan wilayah multinasional dan multilingual dengan penduduk dari berbagai suku dan bangsa. Istanbul merupakan ibu kota dan pusat pemerintahan yang juga menjadi pusat interaksi dan pertukaran budaya antara Timur dan Barat. Istanbul menjadi kota yang sangat penting, peradaban dan kebudayaan Islam bercampur baur dengan kebudayaan lain di sana. Seni, arsitektur, literatur, penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan, persenjataan militer, dan ilmu agama sangat berkembang di wilayah Daulah Utsmaniyah.

4.   Penerus Kepemimpinan Daulah Utsmaniyah

Setelah era keemasan Islam yang dialami di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman I, penerusnya tidak ada yang berhasil mencapai era keemasan lagi. Meskipun posisi Daulah Utsmaniyah masih kuat dan penting, tak bisa dipungkiri jika pengaruhnya mulai menurun setelah wafatnya Sulaiman I.

 

D. Masa Kemunduran dan Runtuhnya Daulah Utsmaniyah

Tidak adanya sultan yang kuat dan mampu mengendalikan politik istana sepeninggal Sultan Sulaiman I menyebabkan persaingan politik dan berakibat lemahnya posisi pemerintahan pusat di Istanbul. Banyak dari para sultan dan anggota keluarga Daulah Utsmaniyah yang terjangkiti penyakit penguasa, yaitu cinta dunia, pola hidup mewah, berfoya-foya, saling berebut kekuasaan, dan zalim terhadap rakyatnya. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktunya terkurung di istana yang mewah, serta jarang keluar untuk memperhatikan kehidupan rakyat. Kemerosotan akhlak ini juga ikut mempengaruhi posisi kepemimpinan Daulah Utsmaniyah. Bahkan, sejak zaman Murad III sampai zaman Muhammad VI, Turki Utsmani disebut dengan negara "Jantan Sakit".

Kebangkitan bangsa Barat atau Eropa dan lemahnya pengaruh Turki Utsmani menjadi tanda-tanda dari kemunduran Daulah Utsmaniyah. Pada abad ke-18 Masehi, sistem militer Turki Utsmani sudah jauh melemah jika dibandingkan dengan sistem militer Eropa yang sangat maju pesat dan modern. Setelah mengalami berbagai kekalahan dalam peperangan dengan kerajaan Eropa dan pemberontakan-pemberontakan dalam negeri, kesultanan Daulah Utsmaniyah hanya berpengaruh di Istanbul saja. Puncaknya adalah kekalahan Daulah Utsmaniyah dalam Perang Dunia I pada tahun 1921 M, kekalahan tersebut menyebabkan wilayah Daulah Utsmaniyah dibagi-bagikan ke bawah kekuasaan Wris dan Prancis. Sedangkan wilayah Anatolia dan Balkan, khususnya Istanbul dianTbil alih oleh pergerakan pembaruan Turki yang dipimpin oleh Mustafa

 

 

BAB III

PENUTUP

A.       Kesimpulan

 

Pasca runtuhnya Daulah Abbasiyah, ada tiga daulah yang sangat berpengaruh untuk menguasai wilayah-wilayah Islam. Kctiga daulah itu adalah Daulah Utsmaniyah di Turki, Daulah Mughal di semenanjung India, dan Daulah Safawiyah di Persia.

Daulah Utsmaniyah adalah sebuah kekhalifahan Islam kedua yang menyebarkan  Islam  ke  tanah Eropa  setelah  Umayyah  di  Spanyol.   Kekuatan Daulah Utsmaniyah  bahkan  mengakhiri  sejarah kekaisaran  Romawi Timur,   Byzantium  dengan jatuhnya Konstantinopel (Istanbul) ke tangan Islam di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun  1453 M.  Sejak inilah,  Daulah Utsmaniyah menjadi salah satu kekuatan besar Islam di semenanjung Anatolia dan Balkan, serta wilayah Mesir dan Jazirah Arab.

Daulah Utsmaniyah menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam setelah umat Islam mengalami masa disintegrasi dan kemunduran pasca jatuhnya kekuasaan Daulah Abbasiyah ke orang-orang Mongol dan jatuhnya Kordoba, benteng terakhir kekuasaan Islam di Andalusia ke orang-orang Eropa. Utsmaniyah adalah nama dari kesultanan di Istanbul Turki, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Turki Utsmani.

Pemerintahan Daulah Utsmaniyah berada di bawah kekuasaan Bani Utsmaniyah, anak keturunan Osman I, pendiri dan asal muasal nama daulah. Bani Utsmaniyah telah memimpin Daulah Utsmaniyah sejak tahun 1299 M secara turun temurun tanpa terputus. Kesultanan Daulah Utsmaniyah memegang otoritas penuh dalam kebijakan politik dan sultan adalah figur pemimpin utama yang absolut. Sultan didampingi oleh para pejabat (vizier) dan pemangku kebijakan lainnya dalam memfungsikan sistem pemerintahan yang baik.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

                                                                                               

Nur Hadi, Noor Hidayah,Istirokhah, 2021. Buku Sejarah Kebudayaan Islam Untuk MA Kelas XI, Penerbit : Erlangga