KARYA COM.BIRAYANG
ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ........................................................................................ i
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Etika sebagai Salah Satu Cabang dari
Rincian Filsafat Sistematis ........ 2
B. Studi tentang Etika Umumnya dan Etika
Administrasi
Pemerintahan
Khususnya......................................................................... 6
BAB
III PENUTUP.......................................................................................... 10
A. Kesimpulan........................................................................................ 10
B. Saran................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Etika dapat
dipandang sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban diri, atau suatu
"pengendalian dalam diri sendiri" terhadap kelakuan para
administrator publik. (David Rosenbloom
6 Deborah D. Goldman, 1986)
Pendapat
David Rosenbloom & Deborah D. Goldman ini perlu dikemukakan untuk memberi
pemahaman dan mengarahkan pemikiran kita betapa pentingnya etika sebagai
petunjuk bagi kehidupan kita dan bagi para khususnya bagi administrator publik.
Masyarakat
Indonesia dewasa ini boleh dikatakan merupakan sebuah masyarakat yang sedang
menderita "penyakit keburukan". Penyakit itu banyak sekali macamnya,
tetapi untuk sederhananya dapat dikelompokkan menjadi 5 ragam yang berikut.
1.
Kejahatan,
misalnya merampok dan menjarah harta benda.
2.
Kekejaman,
misalnya membunuh dan menganiaya orang.
3.
Kebohongan,
misalnya memfitnah dan mencemarkan nama baik.
4.
Perusakan,
misalnya menghancurkan kendaraan dan membakar rumah.
5.
Penyelewengan,
misalnya berbuat korupsi dan menggelapkan uang.
Cabang
pengetahuan etika perlu sekali diterapkan dalam kegiatan pemerintahan pada
umumnya dan pada penyelenggaraan administrasi pemerintahan khususnya. Dengan
demikian, dapat terwujud sebuah pemerintahan yang bersih dan berwibawa berikut
segenap petugasnya yang memiliki moralitas dalam melaksanakan tugas kewajiban
dalam melayani kepentingan umum.
B.
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan
tentang etika sebagai salah satu cabang dari rincian filsafat !
2.
Jelaskan apa
yang dimaksud dengan studi tentang etika umumnya dan etika administrasi pemerintahan
khususnya ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Etika sebagai Salah Satu Cabang dari Rincian Filsafat Sistematis
Filsafat lahir
dan mulai berkembang ketika manusia merasa kagum terhadap dunia sekelilingnya.
Filsafat sebagai suatu rangkaian kegiatan budi manusia pada dasarnya adalah
pemikiran reflektif. Pemikiran itu senantiasa bersifat memantul dalam arti
menengok diri sendiri. Pemantulan diri itu dilakukan dengan senantiasa bertanya
dan mencari jawaban terhadap berbagai masalah yang sangat mencengangkan manusia
sejak dahulu sampai sekarang. Budi pikiran itu dicengangkan oleh aneka masalah
dan manusia melakukan perenungan untuk menenangkannya agar bebas dari
ketidak-tahuan. Kini masalah-masalah yang mencengangkan itu oleh para filsuf
disebut persoalan filsafati.
Segenap
persoalan filsafati secara sistematis dapat dibedakan menjadi 6 jenis persoalan
yang berikut.
1. METAFISIKA
Istilah
metafisika merupakan suatu ciptaan yang belakangan. Sesungguhnya istilah itu
menunjuk pada 13 buku-buku Aristoteles sesudah buku-buku yang membahas fisika.
Dalam istilah Aristoteles, Umu yang mempelajari hal ada sebagai hal ada
dinamakan prote philosophia (artinya filsafat pertama), sedangkan fisika oleh
Aristoteles disebut filsafat kedua.
Metafisika
yang asal mulanya dalam konsepsi Aristoteles adalah studi tentang hal ada
sebagai hal ada (hal ada sebagai demikian) mengalami perubahan yang luas
sehubungan dengan objeknya, tekanan maupun peristilahannya. Filsafat ini
membahas semua hal ada yang nyata.
Sebagian
filsuf kemudian mempertahankan bahwa objek metafisika yang setepatnya ialah
kenyataan, keberadaan, dan alam semesta. Dengan demikian, konsep-konsep yang
paling pusat dari metafisika di samping hal ada ialah kenyataan, keberadaan,
dan alam semesta. Secara tradisional metafisika dicirikan sebagai studi yang
paling fundamental, paling komprehensif, dan sepenuhnya kritis terhadap diri
sendiri dibandingkan dengan semua studi lainnya. Metafisika bersifat
fundamental karena pertanyaan-pertanyaannya mengenai apakah yang ada atau sifat
dasar yang sedalam-dalamnya dari hal-hal mendasari semua penyelidikan khusus.
Metafisika bersifat komprehensif karena generalitasnya yang sangat umum dan
sangkutannya dengan dunia sebagai suatu kenyataan. Metafisika kritis terhadap
diri sendiri karena metafisika berlangsung tanpa asumsi-asumsi.
2. EPISTEMOLOGI
Hampir semua
filsuf berpendapat bahwa epistemologi merupakan studi filsafati terhadap
pengetahuan, khususnya tentang kemungkinan, asal-mula, validitas, batas, sifat
dasar, dan segi-segi pengetahuan lainnya yang berkaitan. Karangan tentang
sejarah epistemologi dalam The Encyclopedia of Philosophy, Volume 3 (1967)
mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan
sifat dasar dan ruang lingkup dari pengetahuan, praanggapan-praanggapan dan
dasar-dasarnya, serta reliability umum dari tuntutan akan pengetahuan.
Epistemologi
adalah setua filsafat itu sendiri. Plato dapat dikatakan merupakan pencipta
yang sesungguhnya dari epistemologi karena ia berusaha membahas pertanyaan
dasar, seperti Apakah pengetahuan itu? Di mana pengetahuan pada umumnya
diperoleh? Apakah pancaindra memberikan pengetahuan? Dapatkah akal menyediakan
pengetahuan?
3. METODOLOGI
Filsafat
modern telah dipenuhi dengan persoalan-persoalan tentang metode. Ini melahirkan
suatu cabang baru dalam bidang pengetahuan filsafat sistematis yang dikenal
secara luas dewasa ini sebagai metodologi. Cabang filsafat ini menunjuk pada
studi filsafat tentang metode pada umnmnya. Maksud dari metode ialah suatu tata
cara yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis
apa pun, apakah pengetahuan akal sehat, pengetahuan humanistik dan historis,
atau pengetahuan filsafati dan ilmiah. Persoalan-persoalan metodologis dapat
timbul tidak hanya dalam filsafat, melainkan juga dalam bidang berbagai ilmu.
Oleh karena itu, kini metodologi cukup tepat dibedakan menjadi metodologi
filsafati dan metodologi ilmiah.
Metodologi
filsafati membahas semua persoalan tentang metode-metode filsafat. Hal ini
bukan suatu usaha yang mudah dan sederhana karena banyak metode dipakai, dapat
dipakai, dan perlu dipakai. Banyak filsuf dewasa ini menyadari bahwa tidak ada
metode yang khas bagi filsafat. William James mengatakan bahwa para filsuf
dapat mempergunakan sesuatu metode apa pun secara bebas. Karl Popper
berpendapat bahwa filsuf-filsuf adalah sebebas yang lainnya untuk mempergunakan
metode apa saja dalam mencari kebenaran.
4. LOGIKA
Bilamana
satu pernyataan atau lebih membawa kepada suatu pernyataan baru yang hams
diterima apabila pernyataan yang semula diterima, hanya semata-mata karena
bentuknya dan bukan isi dari pernyataan semula itu, proses memperoleh
pernyataan yang bam itu disebut penyimpulan deduktif. Logika dapat dicirikan
sebagai suatu teori tentang penyimpulan deduktif atau suatu cabang filsafat
yang bersangkutan dengan aturan-aturan penyimpulan yang sah.
Berhubung
dengan perkembangan logika yang luar biasa pada waktu akhir-akhir ini, logika
dapat dipelajari demi kepentingan intrinsiknya sendiri atau untuk penerapannya,
dalam berbagai bidang intelektual. Logika mempunyai banyak penerapan yang jauh
melampaui batas dari sesuatu cabang ilmu tunggal. Patokan-patokan kritisnya
mempunyai penerapan dalam sesuatu ilmu yang memakai penyimpulan dan dalam
sesuatu bidang yang
kesimpulan-kesimpulannya hams didukung dengan
bukti. Hubungannya dengan cabang-cabang lain dari filsafat sistematis telah
menjadi semakin dekat.
5. ETIKA
Cabang dari
filsafat sistematis yang bersangkutan dengan persoalan-persoalan moralitas pada
umumnya dinamakan etika. Dua istilah lain yang diterima ialah filsafat moral
dan filsafat etis.
6. ESTETIKA
Ada banyak
definisi tentang estetika. Pada ujung yang satu estetika secara tradisional
dinyatakan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan keindahan dan hal
yang indah pada alam dan seni, pada ujung yang lain estetika didefinisikan
sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan analisis konsep-konsep dan
pemecahan persoalan-persoalan yang timbul bilamana seseorang merenungkan
benda-benda estetis. Selanjutnya, benda-benda estetis mencakup semua benda dari
pengalaman estetis. Dari definisi yang banyak itu dapatlah diringkaskan bahwa
estetik adalah mata pelajaran filsafati atau malahan studi ilmiah yang
bersangkutan dengan salah satu dari hal-hal yang berikut.
1.
Keindahan.
2.
Keindahan dan
kejelekan.
3.
Hal yang indah
pada alam dan seni.
4.
Hal yang
estetis.
5.
Seni.
6.
Cita rasa.
7.
Patokan-patokan
seni.
8.
Nilai estetis.
9.
Benda estetis.
10.
Pengalaman
estetis.
Para filsuf akhir-akhir ini tidak lagi
membicarakan keindahan semata-mata, melainkan juga membahas seni dengan semua
seginya (seperti penciptaan, penghargaan, peranan sosial, dan unsur-unsur seni)
dan pengalaman estetis dengan semua implikasinya (seperti sikap estetis,
kesadaran estetis, kenikmatan estetis, dan tanggapan estetis). Jadi,
filsuf-filsuf dewasa ini tidak hanya sibuk dengan estetika filsafati (khususnya
filsafat keindahan), tetapi juga dengan apa yang dinamakan oleh Getorge Dickie
dan Monroe Beardsley sebagai estetika ilmiah.
7. SEJARAH FILSAFAT
Cabang
terakhir yang ke-7 dari filsafat sistematis dapat dianggap sebagai pembahasan
yang harus menjawab pertanyaan besar "Apa yang telah diyakini orang arif
dari masa lampau?" Sejarah filsafat adalah pemeriksaan yang teliti
terhadap sistem-sistem filsafat, penafsiran yang kritis dari pemikiran para
filsuf terhadap persoalan-persoalan filsafati, dan cerita yang benar mengenai
perkembangan filsafat dari masa yang paling awal sampai sekarang.
Sejarah filsafat
terdiri dari 3 bagian, yaitu sejarah filsafat menurut pembagian masa, sejarah
filsafat dari sesuatu negara (misalnya sejarah filsafat India atau Inggris),
dan sejarah cabang-cabang filsafat.
Sejarah
filsafat menurut pembagian masa dapat mengikuti beberapa ukuran pembagian.
Sebuah pembagian yang terinci dari sejarah filsafat Barat menurut masa adalah
sebagai berikut.
1.
Masa dari
pemikiran reflektif permulaan.
2.
Masa
pra-Sokrates.
3.
Masa Klasik.
4.
Zaman
Hellenistik Permulaan.
5.
Abad Kristen
Permulaan.
6.
Abad Pertengahan
(Zaman Kepercayaan).
7.
Masa Renaisans
(Zaman Petualangan).
8.
Abad ke-17
(Zaman Akal).
9.
Abad ke-18
(Zaman Pencerahan).
10.
Abad ke-19
(Zaman Ideologi).
11.
Abad ke-20
(Zaman Analisis).
B. Studi tentang Etika Umumnya dan Etika Administrasi Pemerintahan Khususnya
Etika
sebagai suatu studi yang bersifat umum adalah salah satu cabang dari rincian
filsafat sistematis. Untuk menegaskan kedudukannya sebagai cabang filsafat,
etika dapat juga disebut filsafat moral dan filsafat etis. Dari 2 penyebutan
nama yang merupakan srnonim itu kata moral dan kata etis dianggap mempunyai
pengertian yang sama.
Dalam
bahasa Inggris istilah ethics (etika) dan morality (moralitas)
merupakan 2 kata sepadan yang sama artinya. Istilah ethics berasal dari
kata Yunani ethikos dan istilah morality berasal dari kata Latin moralis.
Berdasarkan asal mula katanya, kedua istilah itu mempunyai kadar arti yang
sama.
Etika
sebagai suatu bidang studi berusaha memperoleh jawaban yang tepat atau
memberikan pembenaran yang rasional terhadap persoalan-persoalan etis yang
berikut.
1.
Apakah kebaikan
itu?
2.
Adakah
ukuran-ukuran yang pasti bagi perbuatan-perbuatan etis manusia?
3.
Apakah masalah
baik dan buruk hanya penting bagi manusia ataukah juga untuk alam semesta ini?
4.
Berbagai
persoalan tentang sifat dasar tindakan manusia, pertentangan moral,
pertimbangan moral, kewajiban moral, pertanggungjawaban moral, dan kelakuan
moral.
5.
Apakah yang
merupakan patokan-patokan untuk membuat suatu pertimbangan moral?
6.
Bagaimana pertimbangan
moral berbeda dari dan bergantung pada sesuatu pertimbangan yang nonmoral?
Konsep
yang paling pokok dalam etika ialah moralitas. Maksud dari moralitas ialah
suatu himpunan norma dari ide-ide tentang apa yang merupakan perilaku yang
benar dan salah yang mengatur kelakuan orang dalam kehidupan sosial. Konsep ini
melahirkan serangkaian gagasan lain yang sejenis, seperti ide-ide tentang benar
atau salah dan baik atau buruk, nilai moral, asas moral, aturan moral,
pertimbangan moral, patokan moral, keharusan moral, tanggung jawab moral, dan
summum bonum (kebaikan tertinggi).
Berbagai
konsep tersebut di atas, khususnya tentang benar atau salah dan baik atau buruk
berlaku dalam kehidupan manusia sehari-hari di masyarakat umum. Oleh karena
itu, studi etika itu biasanya dikenal sebagai etika umum. Semua warga
masyarakat dalam kehidupannya pada umumnya diharapkan melakukan perbuatan yang
benar atau menghindarkan perbuatan yang salah dan sebagai pribadi menunjukkan
sikap yang baik atau meniadakan sikap yang buruk. Dengan demikian, dapatlah
tercipta suatu kehidupan masyarakat yang aman, damai, dan tenteram.
Etika
umum berusaha memberikan berbagai pedoman mengenai konsep benar atau salah bagi
perbuatan manusia dan konsep baik atau buruk dalam sikap pribadi manusia.
Setiap warga masyarakat perlu sekali mempelajari berbagai pedoman
itu, memahaminya secara
baik, dan terakhir menerapkannya dalam semua
perbuatannya dan sikapnya dalam hidup
bermasyarakat.
Dengan
demikian, kini cabang etika dapat dibedakan menjadi 2 ragam berikut :
1. Etika umum
2. Etika khusus
Berikut marilah kita
Etika
Administrasi bagi Administrator Pemerintahan
Salah
satu etika khusus yang kini telah berkembang ialah etika pemerintahan. Etika
ini sebagai suatu bidang studi membahas pokok-pokok soal yang menyangkut tujuan
pemerintah, pembatasan terhadap pemerintah, pemerintahan oleh hukum atau
pemerintahan oleh orang-orang, perbandingan bentuk-bentuk pemerintahan yang
baik dan yang buruk, pengaruh dari bentuk-bentuk pemerintahan yang berlainan
pada pembentukan watak manusia, dan tentang bentuk pemerintahan yang ideal.
Berbagai
persoalan etis selain ditujukan pada bidang pemerintah sebagai suatu kebulatan
dapat pula dibatasi pada salah satu fungsi dan aparaturnya. Misalnya, pembahasan
persoalan-persoalan etis hanya dalam hubungannya dengan fungsi administrasi dan
kelompok administrator. Pembahasan itu kini telah melahirkan bidang studi yang
dikenal sebagai etika administrasi pemerintahan.
Dalam
setiap bentuk kehidupan perserikatan manusia untuk mencapai tujuan apa pun
tentu berlangsung suatu proses yang kini telah amat terkenal sebagai
administrasi. Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai
tujuan tertentu.
Setiap
kerja sama manusia apa pun dan rangkaian kegiatan penataan bagaimanapun perlu
sekali berpegang pada asas-asas moral dan ajaran-ajaran moral. Tanpa berbagai
asas dan ajaran moral dari etika dalam sesuatu perserikatan manusia mungkin
hanya terjadi kezaliman pada pihak pimpinan, kesewenang-wenangan pada pemegang
wewenang, dan penindasan pada para anggota bawahan.
Etika administrasi pemerintahan
merupakan penerapan studi filsafat dalam penyelenggaraan administrasi
pemerintahan. Etika ini merupakan bidang pengetahuan tentang ajaran-ajaran
moral dan asas-asas kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan
dalam menjalankan tindakan jabatannya. Bidang pengetahuan ini diharapkan
memberikan berbagai asas etis, ukuran baku, pedoman perilaku, dan kebajikan
moral yang dapat diterapkan oleh setiap petugas guna terselenggaranya
pemerintahan yang baik bagi kepentingan rakyat.
Sebagai
suatu bidang studi, kedudukan etika administrasi pemerintahan untuk sebagian
termasuk dalam ilmu administrasi publik dan sebagian yang lain tercakup dalam
ruang lingkup studi filsafat. Dengan demikian, etika administrasi pemerintahan
sifatnya tidak lagi sepenuhnya empiris seperti halnya ilmu administrasi publik,
melainkan terutama bersifat normatif. Ini berarti etika administrasi
pemerintahan berusaha menentukan norma-norma mengenai apa yang seharusnya
dilakukan oleh setiap administrator dalam melaksanakan fungsinya dan
menjalankan jabatannya.
Etika
administrasi pemerintahan sebagai suatu ragam etika khusus dalam ruang lingkup
etika yang membahas kebaikan, tindakan etis, dan kelakuan moral dari manusia
harus menjadi obat mujarab terhadap penyakit keburukan yang melanda suatu
masyarakat. Tidak ada bidang pengetahuan lain yang dapat memerangi setiap
kejahatan, kekejaman, kebohongan, pengrusakan, dan penyelewengan yang sedang
menghinggapi suatu masyarakat. Oleh karena itu, kedua etika umumnya dan etika
administrasi pemerintahan khususnya harus makin digalakkan studinya dan lebih
disebarluaskan pemahamannya pada setiap warga masyarakat. Dengan demikian,
masyarakat dapat sembuh dari penyakit keburukan dan semua warganya akan
menikmati kehidupan yang aman, damai, dan tenteram.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Etika sebagai Salah Satu Cabang dari Rincian Filsafat Sistematis
Filsafat lahir
dan mulai berkembang ketika manusia merasa kagum terhadap dunia sekelilingnya.
Filsafat sebagai suatu rangkaian kegiatan budi manusia pada dasarnya adalah
pemikiran reflektif. Segenap persoalan filsafati secara sistematis dapat dibedakan menjadi
6 jenis persoalan yang berikut : Metafisika, Epistemologi, Metodologi,
Logika, Etika, Estetika dan Sejarah
filsafat
2. Studi tentang Etika Umumnya dan Etika Administrasi Pemerintahan
Khususnya
Dalam
bahasa Inggris istilah ethics (etika) dan morality (moralitas)
merupakan 2 kata sepadan yang sama artinya. Istilah ethics berasal dari
kata Yunani ethikos dan istilah morality berasal dari kata Latin
moralis. Berdasarkan asal mula katanya, kedua istilah itu mempunyai kadar arti
yang sama.
Etika
umum berusaha memberikan berbagai pedoman mengenai konsep benar atau salah bagi
perbuatan manusia dan konsep baik atau buruk dalam sikap pribadi manusia.
Setiap warga masyarakat perlu sekali mempelajari berbagai pedoman
itu, memahaminya secara
baik, dan terakhir menerapkannya dalam semua
perbuatannya dan sikapnya dalam hidup
bermasyarakat.
Dengan
demikian, kini cabang etika dapat dibedakan menjadi 2 ragam berikut : 1. Etika
umum dan 2. Etika khusus
B. Saran
Kami menyadari
dalam pembuatan makalah yang sederhana ini masih banyak kekurangan yang perlu
dibenahi, oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritikan yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
The Liang Gie, 2014 Studi tentang Etika Umumnya dan
Etika Administrasi Pemerintahan Khususnya, Tanggerang Selatan, Universitas Terbuka