Friday, 30 October 2015

MAKALAH AKIDAH AHLAQ TENTANG RAJA

KARYA KOMPUTER BIRAYANG BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

     Dalam  pergaulan  sehari – hari antara kita sesama Manusia, agar hubungan ini berjala dengan baik tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam tata cara bergaul tersebut telah diatur dalam Alqu’an dan sunnah Rasulllah SAW yang sering kita sebut dengan Sifat terpuji atau akhlak terpuji.

       Dalam pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, bahwa kami akan mengemukakan diatara  bentuk – bentuk dari akhlak terpuji tersebut mulaidari pengertian, macam – macam sampai kepada bentuk – bentuk atau contoh dari akhlak terpuji tersebut.

     Hal ini kami susun dalam bentuk sebuah makalah, disamping untuk menambah wawasan kami sebagai pemakalah mengenai pembahasan akhlak terpuji ini, dan juga dengan pembahasan ini agar kami dan segenap pembaca lainnya mampu menjadikan ilmu ini sebagai salah satu rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari – hari. Kemudian juga pembahasan ini kami buat sebagai bentuk tugas dari mata kuliah materi aqidah akhlak dan pembelajarannya di man 5 Limpasu  dalam tugas kelompok yang disajikan dalam bentuk makalah.

 

B.   Rumusan masalah

  1. Apa Pengertian Raja’ ?
  2. Apa Ciri-Ciri sifat Raja’ ?
  3. Baaiamana Cara Membiasakan Sifat Raja’ ?
  4. Apa Hikmah dan Keutamaan raja’ ?

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Raja

Secara bahasa raja’ berasal dari kata rajaa yarjuu raj aj’an, yang berarti mengharap dan pengharapan. Apabila dikatakan raj’ahu maka artinya ammalahu: dia mengharapkannya. Jika dirunut dari makna bahasa, maka asal makna raj’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu yang disenangi.  Menginginkan kebaikan yang ada di sisi  Allah berupa keutamaan, ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Raja’ adalah sikap mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin hal itu dapat diraih.

Mengharap atau harapan menurut Al-Gazali adalah kegembiraan hati karena menanti harapan yang kita senangi dan kita idam-idamkan. Harapan yang kita nantikan harus disertai dengan ikhtiar, doa dan tawakkal. Harapan yang tidak disertai usaha dan doa dapat menjadikan seseorang menghayal atau berangan-angan. Khayalan atau anganangan kosong disebut Gurur. Orang yang hanya berikhtiar tanpa doa maka sesungguhnya ia adalah orang yang sombong, sedang orang yang hanya berdoa tanpa disertai dengan ikhtiar, ia adalah orang yang pemalas. Setelah berikhtiar dan berdoa maka kita bertawakkal kepada Allah Swt.

Jika mengharap ridha, rahmat, serta pertolongan Allah Swt., kita harus memenuhi ketentuan Allah Swt. jika kita tidak pernah melakukan salat ataupun ibadah-ibadah lainnya jangan harap akan meraih ridha, rahmat, atau pertolongan Allah Swt. Sementara orang yang sudah tidak punya harapa disebut orang yang putus asa, dan ini sangat berbahaya. Sayidina Ali bin Abi Thalib, r.a. berkata, ”Sesungguhnya orang alim yang benar ialah yang tidak membuat orang-orang putus asa terhadap rahmat  Allah  dan tidak membuat orang merasa aman dari hukuman Allah.” Oleh karena itu, para ulama adalah pewaris para nabi. Ulama adalah dokter-dokter hati yang memberikan nasihat yang mendatangkan harapan (raja’) bagi setiap orang sakit.

 

B.      Ciri-Ciri sifat Raja

1.      Optimis

Optimis memungkinkan seseorang melewati setiap tahapan kehidupan dengan lebih indah dan membuat suasana hati lebih terang. Rasa optimis dapat menghilangkan penderitaan batin seseorang dan harapannya dapat timbul kembali. Tidak ada factor yang mampu mengurangi beban permasalahan dalam kehidupan ini, sebagaimana daya dan kekuatan yang terkandung dalam rasa optimisme. Rona kebahagiaan akan tampak diwajah orang yang optimis, tidak saja ketika ia menikmati kepuasan hidup, juga sepanjang hidupnya baik dalam situasi positif maupun negatif. Dalam berusaha mencapai cita-cita tidak jarang kita menemui kesulitan, hambatan, bahkan tantangan, namun satu yang perlu kita yakini bahwa Allah Swt. akan memberikan jalan keluar dari kesulitan tersebut.

Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. (QS. At-Thalaq [65] :7)

Orang yang sakitpun harus mempunyai perasaan optimis akan mudah sembuh dan memiliki semangat hidup. Keyakinan akan sembuh dan semangat untuk hidup akan memberikan sugesti tersendiri sehingga membantu proses penyembuhan. Rasa putus asa hampir selalu menghinggapi jiwa manusia. Kenyataan dalam hidup ini, kadang mengharuskan seseoran berhadapan dengan kesulitan, kemelut, frustasi, serta kegagalan. Namun, sebagai orang yang beriman dan bermental kuat, kit harus mempunyai perlawanan untuk mengalahkan rasa frustasi, mengatasi kesulitan, kemelut, gelisah dan kemudian bangkit dari kegagalan.

Orang bijak mengatakan,”Kemasyhuran tidak terletak pada kenyataan bahwa kita tidak pernah jatuh, tetapi kita bangkit lagi setelah jatuh.” Artinya untuk meraih kesuksesan, kemasyhuran dan lain sebagainya harus didahului oleh sebuah proses yang terkadang cukup panjang yang mengharuskan seseorang harus jatuh bangun. Percaya kepada diri sendiri adalah sikap yang sangat penting dalam mencapai usaha atau cita-cita. Pada dasarnya cita-cita akan mudah diraih jika kita yakin mampu meraihnya. Akan tetapi, sangat disayangkan jika dalam pikiran kita selalu membayangkan kegagalan, ragu-ragu, dan rasa takut. Ibarat orang yang akan bertanding, kalah sebelum berperang.

Agar keyakinan menjadi kuat, perlu disertai dengan semangat percaya diri dengan membuang rasa takut dan ragu. Menghargai dan percaya diri sangat diperlukan agar dapat menemukan jati diri yang seutuhnya sehingga usaha meraih cita-cita dapat berhasil. Mari kita renungkan ungkapan orang yang selalu optimis dan percaya kepada diri sendiri berikut ini.

“ Aku percaya kepada diri dan kemampuanku karena aku tahu bahwa sebutir kepercayaan diri lebih besar nilainya daripada sekarung bakat yang tertidur. Yakin dan percaya kepada Allah dan percaya diri menciptakan mukjizat di atas dunia.”

 

2.      Dinamis

Dinamis adalah sikap untuk terus berkembang, berpikr cerdas, penuh kreasi, dan rajin beradaptasi dengan lingkungan. Orang yang dinamis tidak akan mudah merasa puas dengan prestasiprestasi yang ia peroleh, tetapi akan berusaha terus menerus untuk meningkatkan kualitas diri. Allah Swt. mengajarkan kepada kita apabila selesai menyelesaikan suatu urusan atau tugas maka bergegaslah untuk merencanakan program-program berikutnya. Itulah ajaran dinamis, seperti yang terkandung dalam QS. Al-Insyirh [94] : 7-8 dan Al-Jumu’ah [62] : 10 berikut:

Maka apabila engkau telah selesai (sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). (QS. Al-Insyirh [94] : 7- 8)

Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah. (QS. Al-Jumu’ah [62] : 10)

Kita tidak bisa berdiam diri berpangku tangan tanpa mempunyai inisiatif untuk melakukan hal-hal yang positif. Imam Sya’i pernah mengingatkan kepada kita dengan nasihat berikut.

Harimau harus keluar dari gua jika ingin makan. Air yang bergerak akan lebih bersih, bening, dan jauh dari berbagai penyakit.

Demikian pula batu yang bergerak akan menghasilkan suara dan percikan api yang akan berguna bagi manusia. Orang yang dinamis akan bekerja keras dalam melakukan usaha baik yang berhubungan dengan aspek duniawi maupun ukhrawi. Orang yang dinamis akan jauh dari sifat malas, berpangku tangan menunggu bintang jatuh atau hujan emas. Ia akan selalu berusaha dan bertindak sehingga tampak inovatif dan kreatif. Nabi Muhammad Saw. mengajarkan doa kepada kita agar terlindung dari sifat negatif termasuk sifat bermalas-malasan.

Sikap dinamis menuntut kreatitas dan mengisi waktu luang dengan kegiatan positif, menciptakan kreasi baru serta tidak mebiasakan diri berperilaku statis dan konsumtif. Perhatikan juga enam resep sehingga kita bisa berakhalkul karimah, menghindari akhla madzmumah seta mempunyai sikap dinamis, seperti yang disampaikan KH. Mawardi Labbay El Sulthani berikut:

1.    Mengingat keutamaan, menahan marah, dan menyadari terpujinya sifat pemaaf, seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadis.

2.    Mengingat  pedihnya siksa Allah Swt. serta sadar kekuasaan Allah Swt. lebih besar daripada kekuasaan diri kita. Sadar bahwa kita juga sedang mengharap ampunan Allah Swt. supaya di hari akhir nanti tidak mendapat siksa.

3.    Ingatlah, akibat dari permusuhan, iri, dan dengki yang dapat menyebabkan pertikaian berkepanjangan.

4.    Bercerminlah supaya kita melihat rupa yang jelek, tak ubahnya seperti seekor anjing yang buta yang sedang mengamuk.

5.    Melakukan semua hal yang dapat menyembuhkan dendam dan dengki. Renungkan kenapa takut dipandang rendah di hadapan manusia, tetapi tidak takut dipandang rendah oleh Allah Swt. dan Rasulullah Saw. dihari kiamat.

6.    Renungkanlah,  apakah marah itu disebabkan oleh sesuatu yang pantas kita marah atau tidak? Ceritakanlah, pengalaman kita kepada orang lain, apakah menurut ukuran orang lain kasus yang kita hadapi pantas dilakukan dengan rasa marah atau tidak sehingga mengakibatkan kita menyesal dikemudian hari? Sejarah telah membuktikan bahwa Rasulullah saw. sering diejek, dilempari, dan diancam akan dibunuh, tetapi beliau tetap tabah dan tenang menghadapi semuanya. Bahkan, beliau selalu menjawab ejekan dengan doa kebaikan untuk yang mengejek.

C.   Cara Membiasakan Sifat Raja

1.        Selalu berpegang teguh kepada tali agama  Allah yaitu agama Islam,

2.        Selalu berharap kepada Allah, agar selalu diberikan kesuksesan dalam  berbagai macam usaha dan mendapat ridha dari-Nya,

3.        Selalu merasa takut kepada ancaman dan siksaan  Allah di hari akhirat kelak,

4.        Selalu cinta (mahabbah) kepada  Allah dalam beragam situasi dan keadaan.

5.        Yakin bahwa rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik

 

D.  Hikmah dan Keutamaan raja

1)      Sikap raja’ merupakan sikap optimisme total, sebagaimana seorang pedagang yang rela mempertaruhkan seluruh modal usahanya karena meyakini keuntungan besar yang bakal segera diraihnya. \

2)      Raja’ akan menjadikan seseorang hidup tanpa kesedihan. Sebesar apapun bahaya dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus ‘senyum’ optimisme dari wajahnya.

3)      Raja’ akan membuat seseorang berprasangka baik membuang jauh prasangka buruk.

4)      Raja’ akan membuat seseorang mengharapkan rahmat  Allah dan tidak mudah putus asa

5)      Raja’ akan membuat seseorang merasa tenang, aman, dan tidak merasa takut pada siapapun

6)      Raja’ dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diteriamnya

7)      Raja’ dapat menghilangkan rasa hasud, dengki, dan sombong kepada orang lain

BAB III

KESIMPULAN

 

Secara bahasa raja’ berasal dari kata rajaa yarjuu raj aj’an, yang berarti mengharap dan pengharapan. Apabila dikatakan raj’ahu maka artinya ammalahu: dia mengharapkannya. Jika dirunut dari makna bahasa, maka asal makna raj’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu yang disenangi.  Menginginkan kebaikan yang ada di sisi  Allah berupa keutamaan, ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Raja’ adalah sikap mengharap rida, rahmat, dan pertolongan Allah Swt. serta yakin hal itu dapat diraih.

Ciri-Ciri sifat Raja’  1. Optimis, 2. Dinamis

 

Cara Membiasakan Sifat Raja

1.        Selalu berpegang teguh kepada tali agama  Allah yaitu agama Islam,

2.        Selalu berharap kepada Allah, agar selalu diberikan kesuksesan dalam  berbagai macam usaha dan mendapat ridha dari-Nya,

3.        Selalu merasa takut kepada ancaman dan siksaan  Allah di hari akhirat kelak,

4.        Selalu cinta (mahabbah) kepada  Allah dalam beragam situasi dan keadaan.

5.        Yakin bahwa rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik

 

Hikmah dan Keutamaan raja

1)      Sikap raja’ merupakan sikap optimisme total,

2)      Raja’ akan menjadikan seseorang hidup tanpa kesedihan.

3)      Raja’ akan membuat seseorang berprasangka baik membuang jauh prasangka buruk.

4)      Raja’ akan membuat seseorang mengharapkan rahmat  Allah dan tidak mudah putus asa

5)      Raja’ akan membuat seseorang merasa tenang, aman, dan tidak merasa takut pada siapapun

6)      Raja’ dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diteriamnya

7)      Raja’ dapat menghilangkan rasa hasud, dengki, dan sombong kepada orang lain

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://fidiaayesha.blogspot.com/2014/12/membiasakan-akhlak-terpuji.html