BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi atau yang sering disebut Iptek memang memberikan dampak yang
positif bagi kehidupan, yaitu dapat menyederhanakan dan mempermudah
aktivitas-aktivitas dalam kehidupan. Namun, tidak hanya dampak positif saja
yang diberikan oleh kemajuan di bidang iptek ini, tetapi juga dampak-dampak
negative.
Misalnya saja, berkat adanya kemajuan iptek manusia
tak perlu lagi berjalan kaki untuk menempuh perjalanan yang jauh ataupun dekat.
Karena saat ini sudah banyak sepeda motor dan mobil yang mempercepat dan
memudahkan kita menuju ke suatu tempat.
Namun asap dari kendaraan bermotor ini dapat
menyebabkan polusi dan gas rumah kaca apabila kadarnya telah berlebih. Tidak hanya
itu, pembakaran fosil seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan
bermotor, AC, computer, pembakaran hutan
juga menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca meningkat.
Masalah lain yang juga kita alami saat ini adalah
meningkatnya temperatur rata-rata
permukaan bumi. Dari tahun 1880-1940 temperatur bumi naik hingga 0,6 derajat
celcius. Lalu kembali menurun 0,3 derajat celcius dari tahun 1940-1975.
Kemudian naik secar perlahan-lahan sejak tahun 1975.
Masalah-masalah lingkungan ini makin lama makin bertambah,
terlebih saat ini berhembus masalah yang lebih besar mengenai efek rumah kaca
dan global warming.
Oleh karena itu kami mencoba membahas
masalah-masalah tersebut diatas dalam makalah ini. Apa sebenarnya yang dimaksud
dengan efek rumah kaca,global warming, penyebab efek rumah kaca, dampak-dampak
yang diberikan, dan keterkaitan masalah-masalah tersebut diatas satu sama lain.
Semua ini akan kami coba cari tahu dan membahasnya dalam makalah ini.
.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah-masalah
yang akan kami bahas dalam makalah ini meliputi:
1. Pengertian efek rumah kaca.
2. Mekanisme terjadinya efek rumah kaca dan
penyebabnya.
3. Keterkaitan efek rumah kaca dengan global
warming dan perubahan iklim.
4. Dampak yang diakibatkan oleh efek rumah
kaca.
5. Cara-cara menanggulangi efek rumah kaca.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Pengertian Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh
Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda
langit ( terutama planet atau satelit ) yang disebabkan oleh komposisi dan
keadaan atmosfernya. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti
satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca.
Istilah efek rumah kaca atau bahasa inggris disebut
dengan green house effect ini dulu berasal dari pengalaman para petani yang
tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam
sayur mayur dan juga bunga-bungaan. Suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi
daripada di luar rumah kaca.
Hal ini dikarenakan dikarenakan cahaya matahari yang
menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan kaca
sebai gelombang panas yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas
tersebut terperangkap dan tidak bercampur dengan udara luar yang dingin. Itulah
gambar sederhana mengenai terjadinya efek rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjukkan
dua hal berbeda : efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan
efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia.
2.2 Mekanisme terjadinya efek rumah kaca dan
penyebabnya
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya gas
karbondioksida ( CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas
CO2 disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan
bakar organic lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk
menyerapnya.
Energi yang masuk ke bumi, 25 % dipantulkan oleh
awan atau partikel lain di atmosfer, 25 % diserap awan, 45 % diserap permukaan
bumi, 5 % dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Energy yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk
radiasi inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas
lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Selain gas CO2, yang dapat
menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO)
dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organic seperti gas metana
dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam
meningkatkan efek rumah kaca.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian
diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan
(CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan
troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi
naik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap
sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca.
Efek rumah kaca bisa terjadi karena berubahnya
komposisi GRK (gas rumah kaca), yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara
global akibat kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran
bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga
listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga
dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan
peternakan, GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida,
metana, dan nitroksida. Hal tersebut di atas juga merupakan salah satu penyebab
pemanasan global yang terjadi saat ini.
Dunia memperoleh sebagian besar energi dari
pembakaran bahan bakar fosil yang berupa pembakaran minyak bumi, arang maupun
gas bumi. Ketika pembakaran berlangsung sempurna, seluruh unsur karbon dari
senyawa ini diubah menjadi karbon dioksida. Senyawa karbon dari bahan bakar
fosil telah tersimpan di dalam bumi selama beratus-ratus milliar tahun lamanya.
Dalam jangka waktu satu atau dua abad ini, senyawa
karbon ini dieksploitasi dan diubah menjadi karbon dioksida. Tidak semua karbon
dioksida berada di atmosfir (sebagian darinya larut di laut dan danau, sebagian
juga diubah menjadi bebatuan dalam wujud karbonat kalsium dan magnesium),
tetapi hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar CO2 di atmosfir perlahan-lahan
meningkat tiap tahun dan terus meningkat dekade-dekade terakhir.
Peningkatan dari kadar CO2 di atmosfir menimbulkan
masalah-masalah penting yang disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini. Karbon
dioksida memiliki sifat memperbolehkan cahaya sinar tampak untuk lewat
melaluinya tetapi menyerap sinar infra merah. Agar bumi dapat mempertahankan
temperatur rata-rata, bumi harus melepaskan energi setara dengan energi yang
diterima. Energi diperoleh dari matahari yang sebagian besar dalam bentuk
cahaya sinar tampak. Oleh karena CO2 di atmosfer memperbolehkan sinar tampak
untuk lewat, energi lewat sampai ke permukaan bumi. Tetapi energi yang kemudian
dilepaskan (dipancarkan) oleh permukaan bumi sebagian besar berada dalam bentuk
infra merah, bukan cahaya sinar tampak, yang oleh karenanya disearap oleh
atmosfer CO2.
Sekali molekul CO2 menyerap energi dari sinar infra
merah, energi ini tidak disimpan melainkan dilepaskan kembali ke segala arah,
memancarkan balik ke permukaan bumi. Sebagai konsekuensinya, atmosfer CO2 tidak
menghambat energi matahari untuk mencapai bumi, tetapi menghambat sebagian
energi untuk kembali ke ruang angkasa. Fenomena ini disebut dengan efek rumah
kaca.
Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang
terpenting dalam kasus efek rumah kaca atau ERK. Sekitar 35% dari radiasi
matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang
bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga
lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang
angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel.
Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam
troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga
hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan
radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami penghamburan dalam
lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima
bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan
kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap
oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4),
dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir
dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik.
Terjadilah Efek Rumah Kaca.
2.3 Keterkaitan antara Efek Rumah Kaca, Global
Warming, dan Perubahan Iklim.
Secara umum iklim merupakan hasil interaksi
proses-proses fisik dan kimiafisik dimana parameter-parameternya adalah seperti
suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan yang terjadi pada suatu tempat di muka bumi. Iklim
merupakan suatu kondisi rata-rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi
iklim suatu tempat, diperlukan nilai rata-rata parameterparameternya selama
kurang lebih 10 sampai 30 tahun. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses
fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi.
Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer
bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan
perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya
energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah
ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain
itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari
waktu ke waktu.
Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan
unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan
bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan
distribusinya.
Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi,
sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian
sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang
menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap
dalam bumi.
Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK)
karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan
terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat
menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Efek rumah kaca. Peristiwa alam ini menyebabkan bumi
menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu
permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK)
seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs
(Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride)
yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang
berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara)
seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer,
memasak.
Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan
penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang
dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan
nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.
Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu
meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan
sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa,
sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi.
Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan
meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan
Pemanasan Global.
Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi
akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan
kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun
sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos
keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu
komposisinya.
Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas
keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer)
atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang
cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca
berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu,
akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah
pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan
begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan
terjadinya kenaikan suhu, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut,
bergesernya garis pantai, musim kemarau yang berkepanjangan, periode musim
hujan yang semakin singkat, namun semakin tinggi intensitasnya, dan
anomaly-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD).
Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan
berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis
pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Dampak yang
Diakibatkan oleh Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca adalah seperti yang diuraikan
diatas, bahwa konsentrasi CO2 yang tebal diatmosfer bumi menyebabkan emisi
panas yang dikeluarkan oleh makhluk ataupun benda lain di muka bumi tidak dapat
dilepaskan sehingga suhu bertambah panas di didalam linkungan bumi. efek
berantainya adalah apabila ketebalan mencapai batas limit maka sinar matahari
tidak akan mamapu lagi menembus sampai kepermukaan bumi.
logikanya apabila konsentrasi sudah mencapai titik
jenuh tersebut maka bumi akan mengalami gelap karena radiasi panas tidak mampu
menembus bumi akibat dipantulkannya kembali keluar angkasa.
Dengan demikian maka suhu bumi akan turun drastis
dan permukaan air akan membeku.
efek lain dari emisi gas rumah kaca adalah hewan
& ikan dibumi akan mengalami kerusakan jaringan dan reproduksi, kerabang
telur ayam akan susah terbentuk telur ikan akan pecah sebelum diselaputi lendir
pelindung. sehingga populasi hewan dan ikan akan menurun bahkan musnah.
Tumbuhan yang sebetulnya memerlukan CO2 untuk fotosintesis justru tidak dapat
melakukan fungsi tersebut dikarenakan sel fotosintesis pada daun tertutup
jelaga yang merupakan efek samping dari CO2, pada permukaan daun akan timbul
kutikula daun atau bintil bintil daun, itu seperti kanker pada hewan atau
manusia. Ganggang dan fitoplankton pun setali tiga uang dengan tumbuhan besar,
sel fotosintesis tidak akan berfungsi. Yang jelas apapun bila tidak sesuai
ukuran akan mengakibatkan kerusakan.
coba bila anda makan sesuai porsi dengan makan yng
berlebih sampai kekenyangan, maka akan jelas efeknya.
Makan sesuai porsi akan jadi sehat. makan berlebih
perut jadi sakit dan kelanjutannya keorgan lainnya. demikian juga emisi gas
rumah kaca (CO2) bila berlebihan akan menimbulkan penyakit, tetapi bila sesuai
porsi akan membuat sehat tumbuhan dan bumi.
Jadi yang jelas akibat global warming yang
disebabkan efek rumah kaca bukan akan menambah jumlah ikan karena air yng
semakin banyak dan tumbuhan bukannya menghasilkan oksigen bertambah banyak
karena berlebihannya CO2.
Efek rumah kaca itu tidak berbanding lurus dengan
melimpahnya sinar matahari.
rasa hangat dan panas yang kita rasakan itu bukan
dari sinar matahari tapi dari emisi/radiasi yang terjebak dibawah permukaan gas
CO2 yg tebal. Perlu dicatat emisi,radiasi dan sinar itu hal yang berbeda. Sinar
matahari kebumi membawa serta radiasi dan emisi (emisi adalah efek hasil
pemanasan yang berupa gas, sedangkan radiasi dihasilkan akibat tidak stabilnya
elektron akibat tumbukan antara elektron yang akan menimbulkan pemanbahan atau
pengurangan jumlahnya untuk mencapai kesetabilan, tetapi hal ini juga
mempengaruhi inti atomnya, akibatnya akan mengeluarkan sinar seperti alfa,
gama, beta, ultraviolet, X, dll).
Jadi jelasnya bumi kita ini harus dirawat dikelola
dengan bijaksana agar terus seimbang.
karena ketidak seimbangan akan mengakibatkan petaka
bukan manfaat.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan
adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya
untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan
mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya
permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu
air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang
mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah
meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas
rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global
antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2
di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari
permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi
menjadi meningkat. Peningkatan suhu bumi juga mempengaruhi terjadinya perubahan
cuaca dan suhu laut yang begitu ekstrim.
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan
munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang
panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan
malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut
akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian
akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk
ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare,
malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan
lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada
penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran
penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian
Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini
berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies
vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih
resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut.
Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah
akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstrem ini.
hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak
kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang /
kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu).
Efek rumah kaca dapat mengakibatkan mencairnya
gunung-gunung es didaerah kutub. Hal akan berakibat naiknya permukaan laut yang
dapat mengancam pemukiman penduduk disepanjang pantai. Naiknya permukaan air
laut dapat mengakibatkan erosi disekitar wilayah pesisir pantai, kerusakan
hutan bakau dan terumbu karang, berkurangnya intensitas cahaya didasar laut,
serta naiknya tinggi gelombang air laut.
Disamping itu efek rumahkaca mengakibatkan
terganggunya keseimbangan biologis di laut sehingga dapat meningkatkan jumlah
ganggang di lautan. Beberapa jenis ganggang ini ada yang dapat mengeluarkan
racun yangmembahayakankehidupan lautdan meracuni manusia yang memakan hasil
laut.
Efek rumah kaca juga akan meningkatkan suhu bumi
sekitar 1o – 5 o C. Hal ini akan mengganggu ekosistem dan lingkungan. Gradasi
Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan
seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan
lain-lain.
Namun disamping hal-hal tersebut efek rumah kaca
juga memiliki dampak yang positif bagi kehidupan, terutama manusia. Efek rumah
kaca sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi. Karena
tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar
15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya
semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan
menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas
tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
3.2 Cara-cara
Menanggulangi Efek Rumah Kaca
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin
bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke
atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain.
Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca.
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon
dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih
banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap
karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan
menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan
telah mencapai level yang mengkhawatirkan
Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit
sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang
lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah
untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara
langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke
sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan.
Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti
dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di
salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida
yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali
ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah
pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat
pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi
sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada
pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di
dunia sebagai sumber energi. Perubahan trend penggunaan bahan bakar fosil ini
sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang
dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara.
Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan
energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi
nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang
berbahaya, t Untuk kendraan bermotor, perlu digunakan alat penyaring khusus gas
buangan pada bagian knalpot (tempat
keluar gas buangan) yang dapatmenetralisirdan mengurangi dampak negatif
gas buangan tersebut. Bisa juga dengan mengganti bahan bakar dengan bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan, seperti tenaga surya (matahari) atau
biodisel. Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia kendraan bermotor yang boleh
beroperasi agar tidak menimbulkan pencemaran.
Untuk skala industri, perlu dibuat sistem pembuangan
dan daur ulang gas buangan yang baik. Saluran buangan perlu diperhatikan,
kearah mana akan dibuang dan haruslah memperhatikan lingkungan sekitar.
Reboisasi lahan yang gundul merupakan salah satu
langkah untuk menahan laju karbondioksida yang berlebih diudara. Termasuk
penanaman pohon-pohon disepanjang jalan raya yang dapat menetralisir pencemaran
udara disepanjang jalan raya.Tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
Selain itu diperlukan juga adanya pengelolaan
sampah.Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan ,
pendaur-ulangan , atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam
. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif
dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara
Negara maju dan negara berkembang , berbeda juga antara daerah perkotaan dengan
daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri.
Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk
sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan
pengolah sampah
Selain itu perlu diadakan kerja sama internasional
untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Apabila pada suatu negara
diterapkan peraturan kebijakan lingkungan yang ketat, maka ekonominya dapat
terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi
membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh,
Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil
mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam
mengurangi produksi karbon dioksida. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang
serius, konsisten, dan kontinyu agar masalah kerusakan lingkungan ini dapat
diatasi atau diminimalisir.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan
diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Secara alamiah sinar
matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan
bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh
gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi yang disebut gas rumah kaca, sehingga
sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah
kaca (ERK).
2.
Selain gas CO2, yang
dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida
(NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas
metana dan klorofluorokarbon (CFC).
3.
Efek rumah kaca dapat
mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan
terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan
mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
4.
Menanggulangi dampak
dari efek rumah dapat dilakukan dengan dua cara yakni, pertama dengan cara
mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau
komponen karbon-nya di tempat lain. Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
5.
Efek rumah kaca
menjadikan suhu bumi layak untuk kehidupan manusia.
4.2 Saran
Dunia yang kita huni ini bukan hanya untuk beberapa
tahun saja. Bukan hanya untuk kita saja. Generasi kita jugalah yang akan
menikmati kehidupan di dunia ini. Kalau bukan kita yang akan menjaga dan
merawat bumi ini siapa lagi. Sejak dini mulailah kita memperbaiki sikap kita,
mulailah kita ramah terhadap lingkungan, mulailah kita bersikap arif terhadap
bumi. Bila tidak dari sekarang, kita akan merasakan dampak yang sangat besar
untuk generasi-generasi mendatang. Pemanasan global bukanlah disebabkan oleh
alam, pemanasan global sebenarnya karena ulah manusia yang semakin serakah,
semakin tidak ramah terhadap lingkungan seperti dalam Al Qur’an Surat Ar Ruum
ayat 41, yang artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
DAFTAR PUSAKA
http://taufik-ardiyanto.blogspot.com/2011/07/makalah-efek-rumah-kaca.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca
http://www.analisadaily.com/news/read/2011/06/12/3309/efek_rumah_kaca_untuk_kehidupan_di_bumi/
http://munawar.8m.net/rmh_kaca.htm
http://www.antaranews.com/berita/1318863686/efek-rumah-kaca-dan-dampak-terhadap-lingkungan
http://iklimkarbon.com/perubahan-iklim/efek-rumah-kaca/
http://nurmadina.blogspot.com/2012/05/pengaruh-efek-rumah-kaca-pada-ekosistem.html