BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seluruh
kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di
Indonesia merupakanbagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kenyataan
bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keaneka-
ragaman dan tidak bisa lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuandan
kedaerahan. Proses pembangunan yang sedang berlangsung menimbulkanperubahan dan
pergeseran sistem nilai budaya sehingga mental manusiapun terkenapengaruhnya. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahankondisi kehidupan manusia.
Maka dari itu diperlukan sebuah peranan budaya lokaluntuk mendukung ketahanan
budaya nasional itu sendiri.
Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat
sudah ada di dalam kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman
prasejarah hingga saat ini, kearifan lingkungan merupakan perilaku positif
manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat
bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau
budaya setempat Wietoler dalam Akbar (2006) yang terbangun secara alamiah dalam
suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya,
perilaku ini berkembang menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan
berkembang secara turun-temurun. Secara umum,
budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya yang berkembang di
suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku-suku bangsa yang tinggal
di daerah itu. Dalam pelaksanaan pembangunanan berkelanjutan oleh adanya kemajuan teknologi membuat orang lupa akan
pentingnya tradisi atau kebudayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan,
seringkali budaya lokal dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan di abad
sekarang ini, sehingga perencanaan pembangunan seringkali tidak melibatkan
masyarakat.
1.2 Rumusan Masah
Dari
latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalahnya antara lain:
1. Apa
Pengertian dan karakteristik kearifan lokal ?
2. Apa
Bentuk kearifan lokal ?
3. Berikan
Contoh nilai-nilai kearifan lokal ( Indonesia ) !
4. Apa
Pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal ?
5. Jelaskan
Pentingnya mengembangkan nilai - nilai kearifan lokal dalam pemberdayaan
komunitas !
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, ciri dan karakteristik
kearifan lokal
Berdasarkan literatur yang berkembang, kearifan
lokal berasal dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local).
Local artinya setempat, sementara wisdom artinya bijaksana. Jadi,
kearifan lokal dapat dikatakan sebagai gagasan atau pandangan yang bersumber
dari sebuah tempat, yang di dalamnya terdapat sifat bijaksana atau nilai-nilai
baik yang tertanam, diyakini, dan dianut oleh suatu masyarakat secara
turun-temurun.
Penjelasan singkatnya, kearifan lokal di
Indonesia merupakan suatu hal atau tindakan yang dianggap baik oleh masyarakat
setempat. Makna kearifan lokal bisa terbentuk dan tercermin dari etika dan
nilai-nilai luhur yang diyakini. Nilai yang tertanam dalam kearifan lokal bisa
menjadi modal utama dalam membangun masyarakat tanpa merusak atau mengubah
tatanan sosial yang berkaitan dengan lingkungan alam sekitar.
Kearifan lokal bisa dikatakan sebagai budaya
unggul dari masyarakat setempat, karena nilai-nilai yang dipegang masih
berhubungan erat dengan kondisi geografis dan lingkungan alam sekitar. Uniknya,
meskipun dari bernilai lokal, nilai yang diyakini bersifat universal. Artinya,
nilai tersebut bisa mengatur seluruh aspek dalam kehidupan masyarakat.
1. Ciri-ciri
Kearifan Lokal di Indonesia
Adapun
ciri-ciri kearifan lokal yang perlu kamu ketahui adalah sebagai berikut:
a)
Menjadi benteng yang menjaga
eksistensi kebudayaan asli dari pengaruh perkembangan zaman maupun terpaan
budaya luar.
b)
Mampu mengakomodasi unsur-unsur
budaya luar. Artinya, kearifan lokal mampu memilih mana budaya luar yang cocok
dan masih sesuai dengan budaya asli. Ciri ini menunjukkan bahwa kearifan lokal
tidak selalu bersifat tradisional, tapi juga adaptif terhadap perkembangan
budaya.
c)
Mampu mengintegrasikan unsur budaya
luar ke dalam budaya asli. Kearifan lokal mampu menyatukan budaya luar dan
budaya asli dalam komunitas masyarakat sehingga berpotensi menciptakan
kebudayaan nasional.
d)
Kearifan lokal sebagai alat kontrol
sosial, berarti kearifan lokal menjadi alat yang mampu menjaga agar masyarakat
memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan hidupnya dan agar hubungan sosial
di masyarakat tidak hilang.
e)
Pemberi arah perkembangan budaya.
Artinya, kearifan lokal mampu menjadi alat untuk Menjadi benteng pertahanan
masyarakat dari terpaan budaya luar. Artinya, kearifan lokal mengarahkan
masyarakat agar tetap berperilaku sesuai budayanya.
2. Fungsi Kearifan Lokal
Secara mendasar kearifan lokal bersifat dinamis, yaitu bisa menyesuaikan
dengan perubahan zaman. Jadi, meskipun kehidupan masyarakat telah masuk era
modernisasi, nilai-nilai kearifan lokal tetap ada karena menyimpan nilai-nilai
yang sudah mengakar di masyarakat luas.
Dalam perkembanganya, kearifan
lokal secara terus menerus menjadi pedoman dalam kehidupan agar masyarakat
dapat bertahan hidup dengan aman, nyaman dan sejahtera. Hal tersebut dilakukan
atas dasar fungsi-fungsi kearifan lokal berikut ini:
- Sebagai pengembangan sumber daya
manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep Kanda Pat Rate.
- Pemberdayaan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan, misalnya upacara Saraswati, kepercayaan dan pemujaan
pada Pura Panji.
- Sebagai petuah, kepercayaan,
sastra, dan pantangan.
- Sebagai integrasi komunitas atau
kerabat serta upacara daur pertanian.
- Sebagai makna etika dan moral,
misalnya dalam upacara ngaben dan penyucian roh leluhur.
- Sebagai makna politik, misalnya
dalam upacara adat nangluk merana di Bali.
Dari fungsi di atas, kamu bisa
tahu bahwa pelestarian kearifan lokal sangat penting untuk dilakukan agar
masyarakat dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya secara aman,
damai dan sejahtera. Fungsi kearifan lokal tersebut juga menjaga masyarakat
agar terhindar dari pengaruh negatif perkembangan zaman maupun budaya luar,
Pahamifren.
B. Bentuk kearifan lokal
1. Kearifan Lokal Berwujud
Nyata atau Tangible
Sesuai
dengan namanya, kearifan lokal berwujud nyata adalah kearifan lokal yang bisa
kita lihat dan sentuh wujudnya. Kearifan lokal dalam bentuk nyata atau tangible
ini bisa dilihat dalam berbagai bentuk, baik itu dalam bentuk tekstual seperti
tata cara, aturan, atau sistem nilai.
Bentuk
selanjutnya adalah arsitektural seperti berbagai jenis rumah adat yang ada di
setiap daerah di Indonesia. Misalnya rumah Gadang di Sumatera Barat, rumah
Joglo dari Jawa Tengah, atau rumah Panggung dari Jambi.
Bentuk
kearifan lokal berwujud nyata lainnya adalah cagar budaya seperti patung,
berbagai alat seni tradisional, senjata tradisional yang diwariskan turun
temurun dari generasi ke generasi lainnya, hingga tekstil tradisional seperti
kain batik dari Pulau Jawa, dan kain tenun dari Pulau Sumba.
2. Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud atau Intangible
Kebalikan
dari kearifan lokal berwujud yang nyata dan bisa dilihat serta dirasakan,
kearifan lokal tidak berwujud atau intangible ini tidak bisa dilihat wujudnya
secara nyata. Namun, walaupun tidak terlihat, kearifan lokal jenis ini bisa
didengar karena disampaikan secara verbal dari orang tua ke anak, dan generasi
selanjutnya.
Bentuk
kearifan lokal tidak berwujud antara lain adalah nasihat, nyanyian, pantun,
atau cerita yang mengandung pelajaran hidup bagi generasi selanjutnya yang
bertujuan agar para generasi muda di wilayah tersebut tidak melakukan tindakan
buruk yang dapat merugikan diri sendiri, masyarakat, serta alam sekitar yang
menjadi rumah serta sumber penghidupan mereka.
Contohnya
adalah kepercayaan asal Papua yang dikenal dengan nama Te Aro Neweak Lako.
Kepercayaan ini merupakan bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud atau
intangible, dimana masyarakat mempercayai bahwa alam merupakan bagian dari diri
mereka.
Karena
alam adalah bagian dari diri sendiri, maka alam harus dijaga dengan hati-hati.
Termasuk tidak menebang pohon seenaknya yang dapat membuat hutan gundul dan
menyebabkan terjadinya berbagai bencana yang merugikan.
Alam
tentu saja boleh dimanfaatkan, tetapi tidak boleh dieksploitasi secara
berlebihan. Dengan kepercayaan ini, tidak heran jika alam di Bumi Papua masih
sangat terjaga.
C. Contoh nilai-nilai kearifan lokal ( Indonesia )
·
Contoh Kearifan Lokal di Indonesia
Kearifan
lokal sangat banyak dijumpai di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang
masih kental adat-istiadatnya. Biasanya, daerah-daerah tersebut masih
melestarikan kuat nilai-nilai para leluhur. Contoh-contoh kearifan lokal di Indonesia
yang bisa kamu temukan, di antaranya:
·
Hutan Larangan adat di Riau
Kearifan
lokal ini berlaku di daerah Riau. Tujuannya, agar masyarakat sekitar
bersama-sama melestarikan hutan di daerah tersebut dengan melarang menebang
hutan secara liar atau sembarangan.
·
Awig-Awig di Lombok Barat dan
Bali
Awig-Awig
merupakan kearifan lokal yang melekat dan menjadi pedoman dalam berperilaku,
terutama dalam hal berinteraksi dan mengolah sumber daya alam di lingkungan sekitar
Lombok Barat dan Bali.
Di
Bali misalnya, Awig-Awig bahkan dianggap sakral dan memiliki pengaruh
yang lebih kuat dibandingkan hukum yang berlaku. Contoh penerapan Awig-Awig
di Bali terlihat dari sikap masyarakat terhadap seseorang yang melanggar aturan
lokal, misalnya melakukan pencurian, penipuan, pemanfaatan sumber daya alam,
bahkan hingga penyalahgunaan narkoba.
Orang
yang kedapatan melanggar, akan diberikan sanksi berupa Mengaksama (minta
maaf), Dedosaan (denda uang), Kerampang (disita harta bendanya), Kasepekang
(dikucilkan atau tidak diajak bersosialisasi dalam kurun waktu tertentu), Kaselong
(pengusiran dari desanya), Upacara Prayascita (ritual pembersihan
desa secara spiritual).
·
Cingcowong di Jawa Barat
Cingcowong
merupakan upacara adat suku Sunda yang bertujuan meminta hujan dan berlangsung
secara turun temurun sebagai wujud pelestarian budaya. Hingga saat ini, ritual Cingcowong
masih sering dilakukan oleh masyarakat di Jawa Barat.
·
Bebie
Bebie
merupakan contoh kearifan lokal yang berkembang di wilayah Muara Enim, Sumatera
Selatan. Kearifan lokal ini berupa kegiatan menanam dan memanen padi secara
bersama-sama dengan tujuan agar panen cepat selesai.
·
Hukum Sasi di Maluku
Sasi
adalah suatu adat istiadat yang menjadi suatu pedoman bagi masyarakat Maluku
dalam mengelola lingkungan untuk mengoptimalkan pemanfaatan dari sumber
daya alam.
D. Pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal
Suatu
kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah kemakmuran,
kemudahan dan kenyamanan. Namun demikian era yang serba mudah dan nyaman
menimbulkan pengaruh positif dan juga hal negatif yang akan mengancam dan sulit
untuk dihindari. Globalisasi menyebabkan segala aspek kehidupan terpenaruhi,
misalnya system ekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia.
Era globalisasi dalam hal ini perkambangan terkhnologi dan informasi memberi
andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga
menjadi indicator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi
lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan tekhnologi. Tekhnologi merupakan
langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan ekonomi. Makin
cangggih tekhnologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
Namun
demikian kemajuan tekhnologi tidak hanya memberikan dampak-dampak positif pada
sistem ekonomi, dampak negatif juga muncul secara bersamaan. Hal ini juga dapat
menjurus kepada pemborosan sumber daya alam, meningkatkan kriminalitas dan
timbulnya berbagai masalah akibat semakin makmurnya dan sejahteranya ekonomi
suatu negara, sementara di daerah atau negara lain.
Selain
dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap sosial budaya
masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran
atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat.
Perkembangan
tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring remaja-remaja kita
kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja kita diakibatkan
oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik. Selain itu
menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar yang bisa
diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.
Hal
tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam masyarakat
mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada
kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini,
hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan
batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.
E. Pentingnya
mengembangkan nilai - nilai kearifan lokal dalam pemberdayaan komunitas
Pemberdayaan merupakan suatu proses pribadi dan
sosial dalam rangka pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan
kebebasan bertindak. Sedangakan komunitas merupakan sekelompok orang atau lebih
yang hidup bersama pada suatu tempat memiliki kesamaan kepentingan dan tujuan
sehingga saling mempengaruhi dan berintegrasi. Jadi, pemberdayaan komunitas
dapat diartikan sebagai upaya peningkatkan kesejahteraan seseorang atau
kelompok untuk meningkatkan harkat dan martabat kehidupannya dengan cara
meningkatkan kapasitas dari semua komunitas, mendukung pembangunan
berkelanjutan, dan pengembangan kualitas hidup masyarakat. Dengan adanya
pemberdayaan komunitas ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia, misalnya dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, pembukaan
lapangan pekerjaan, pengentasan kemiskinan, sehingga kesenjangan sosial dapat
diminimalkan.
·
Tujuan dan Strategi Dalam
Pemberdayaan Komunitas
Pemberdayaan komunitas
bertujuan untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang
mereka lakukan serta mampu memecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan
daya/kemampuan yang dimiliki. Selain itu pemberdayaan masyarakat bertujuan
untuk meningkatakan standar hidup masyarakat dan peningkatan kebebasan setiap
orang. Adapun Pendekatan dalam Pemberdayaan Komunitas Menurut Eliot terdapat
tiga strategi pendekatan yang dipakai dalam proses pemberdayaan komunitas atau
masyarakat, antara lain sebagai berikut.
1.
Pendekatan kesejahteraan (the
walfare approach), yaitu membantu memberikan bantuan kepada
kelompok-kelompok tertentu, misalnya mereka yang terkena musibah bencana alam.
2.
Pendekatan pembangunan (the
development approach), memusatkan perhatian pada pembangunan untuk
meningkatkan kemandirian, kemampuan, dan keswadayaan masyarakat.
3.
Pendekatan pemberdayaan (the
empowerment approach), melihat kemiskinan sebagai akibat proses politik dan
berusaha memberdayakan atau melatih rakyat untuk mengatasi ketidakberdayaannya.
·
Manfaat Pemberdayaan Komunitas
Adanya pemberdayaan
komunitas ini mampu memunculkan potensi yang dimiliki masing-masing individu
pada komunitas tersebut. Sehingga individu mampu mengembangkan kreativitas serta
kemampuan untuk menunjang tingkatkan kejahteraan mereka. Pemberdayaan
berkontribusinya bagi kehidupan masyarakat melalui pemberian pengetahuan
manajemen, mutu, teknik, keterampilan, dan metodologi bagi masyarakat, sehingga
komunitas dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dalam pekerjaan dan
perbaikan kinerjanya.
Pemberdayaan Komunitas Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Model pemberdayaan komunitas berbasis kearifan
lokal mengandung arti penempatan nilai-nilai setempat (lokal) sebagai input pembangunan
sosial serta penanggulangan masalah-masalah sosial sepeti penganggurang,
kemiskinan, dll. Adapun nilai-nilai setempat (lokal) tersebut merupakan
cerminan dari nilai kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai yang baik yang
telah diyakini serta diamalkan oleh masyarakat setempat dan menjadi gambaran
dari masyarakat yang tersebut. Nilai-nilai luhur tersebut meliputi
gotongroyong, musyawarah untuk mufakat, dan toleransi (tepa selira), etos
kerja, dll.
Sehingga adanya model pemberdayaan komunitas
berbasis nilai-nilai kearifan lokal akan menciptakan masyarakat yang berdaya,
yakni masyarakat yang mampu memahami diri dan potensinya dan mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), mampu mengarahkan dirinya sendiri,
Memiliki kekuatan untuk berunding, memiliki bargaining power yang memadai dalam
melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, serta bertanggung jawab atas
tindakannya.
Peranan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Komunitas
Indonesia memiliki
keberagaman budaya, suku bangsa, bahasa, agama, dan sebagainya. Dalam keragaman
budaya salah satunya mencakup hubungan kearifan lokal di dalam masyarakat.
Kearifan lokal didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang
mengandung kebijakan hidup dan pandangan hidup yang mengakomodasi kearifan
hidup. Di Indonesia, kearifan lokal merupakan suatu filosofi dan pandangan
hidup yang terwujud dalam berbagai bidang kehidupan seperti nilai sosial dan
ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya. Hal ini dapat
dilihat pada kearifan lokal mengenai keselarasan alam yang telah menghasilkan
pendopo dalam arsitektur Jawa. Pendopo dengan konsep ruang terbuka menjamin
ventilasi dan sirkulasi udara yang lancar tanpa perlu penyejuk udara agar
konsep rumah tetap ramah lingkungan.
Jika kearifan lokal ibaratkan sebagai pegangan
hidup secara turun temurun, maka pemberdayaan komunitas merupakan suatu alat
untuk merekatkan kehidupan bermasyarakat. Pemberdayaan komunitas yang dimaksud
di sini adalah suatu proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk
memulai proses kegiatan sosial guna memperbaiki situasi dan kondisi diri
sendiri. Dengan terlibat dalam pemberdayaan komunitas, maka setiap anggota
masyarakat akan merasa lebih dekat dan peduli dengan sesama anggota di lingkungan
masyarakatnya.
Melalui nilai-nilai kearifan lokal, pemberdayaan
komunitas dapat dilakukan dengan lebih efektif dan sesuai dengan karakter
masyarakat sasaran. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami apa yang
menjadi akar budaya di masyarakat masing-masing. Tujuannya agar komunitas di
masyarakat kita bisa berkembang sesuai dengan akar dan karakteristiknya sesuai
dengan perkembangan zaman. Kearifan lokal dapat memiliki sifat antarbudaya dan
antaretnik yang ada. Jika sifat-sifat tersebut sudah menjadi satu, maka
kearifan lokal tersebut dapat membentuk tingkat tatanan nilai yang baru yakni
nilai budaya yang bersifat nasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan literatur yang berkembang, kearifan
lokal berasal dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local).
Local artinya setempat, sementara wisdom artinya bijaksana. Jadi,
kearifan lokal dapat dikatakan sebagai gagasan atau pandangan yang bersumber
dari sebuah tempat, yang di dalamnya terdapat sifat bijaksana atau nilai-nilai
baik yang tertanam, diyakini, dan dianut oleh suatu masyarakat secara
turun-temurun.
Bentuk kearifan lokal
1. Kearifan Lokal Berwujud Nyata
atau Tangible
2. Kearifan
Lokal yang Tidak Berwujud atau Intangible
Contoh kearifan lokal
·
Hutan
Larangan adat di Riau
·
Awig-Awig
di Lombok Barat dan Bali
·
Cingcowong
di Jawa Barat
·
Bebie
·
Hukum Sasi
di Maluku
Pengaruh globalisasi
terhadap kearifan lokal
Selain
dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap sosial budaya
masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran
atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat.
Perkembangan
tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring remaja-remaja kita
kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja kita diakibatkan
oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik. Selain itu
menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar yang bisa
diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.
Pentingnya mengembangkan nilai - nilai kearifan lokal dalam
pemberdayaan komunitas
Pemberdayaan
merupakan suatu proses pribadi dan sosial dalam rangka pembebasan kemampuan
pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangakan komunitas
merupakan sekelompok orang atau lebih yang hidup bersama pada suatu tempat memiliki
kesamaan kepentingan dan tujuan sehingga saling mempengaruhi dan berintegrasi.
Jadi, pemberdayaan komunitas dapat diartikan sebagai upaya peningkatkan
kesejahteraan seseorang atau kelompok untuk meningkatkan harkat dan martabat
kehidupannya dengan cara meningkatkan kapasitas dari semua komunitas, mendukung
pembangunan berkelanjutan,
DAFTAR PUSTAKA
Jojo. “kearifan lokal”. http://merdekaahmad.blogspot.com/2012/11/kearifan-lokal.html.
Johan Iskandar, “Mitigasi Bencana
Lewat Kearifan Lokal”, Kompas, 6 Oktober 2009.
Ending. “System Kearifan Lokal”.
http://www.deptan.go.id/dpi/detailadaptasi3.php.
https://www.gramedia.com/literasi/kearifan-lokal/