Wednesday 11 November 2015

MAKALAH MODUL 1 TENTANG Studi tentang Etika Umumnya dan Etika Administrasi Pemerintahan Khususnya

SEJARAH DAN MANFAAT DARI PERKEMBANGAN PEMROGRAMAN INTERNET DI MASYARAKAT

KARYA COM.BIRAYANG

 

ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL ........................................................................................      i

KATA PENGANTAR ......................................................................................      ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................      iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................      1

A.   Latar Belakang ..................................................................................      1

B.   Rumusan Masalah ..............................................................................      1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................      2

A. Etika sebagai Salah Satu Cabang dari Rincian Filsafat Sistematis ........      2

B. Studi tentang Etika Umumnya dan Etika Administrasi

    Pemerintahan Khususnya.........................................................................      6

BAB III  PENUTUP..........................................................................................      10

A.      Kesimpulan........................................................................................      10

B.      Saran...................................................................................................      10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................      11

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Etika dapat dipandang sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban diri, atau suatu "pengendalian dalam diri sendiri" terhadap kelakuan para administrator publik.  (David Rosenbloom 6 Deborah D. Goldman, 1986)

Pendapat David Rosenbloom & Deborah D. Goldman ini perlu dikemukakan untuk memberi pemahaman dan mengarahkan pemikiran kita betapa pentingnya etika sebagai petunjuk bagi kehidupan kita dan bagi para khususnya bagi administrator publik.

Masyarakat Indonesia dewasa ini boleh dikatakan merupakan sebuah masyarakat yang sedang menderita "penyakit keburukan". Penyakit itu banyak sekali macamnya, tetapi untuk sederhananya dapat dikelompokkan menjadi 5 ragam yang berikut.

1.         Kejahatan, misalnya merampok dan menjarah harta benda.

2.         Kekejaman, misalnya membunuh dan menganiaya orang.

3.         Kebohongan, misalnya memfitnah dan mencemarkan nama baik.

4.         Perusakan, misalnya menghancurkan kendaraan dan membakar rumah.

5.         Penyelewengan, misalnya berbuat korupsi dan menggelapkan uang.

Cabang pengetahuan etika perlu sekali diterapkan dalam kegiatan pemerintahan pada umumnya dan pada penyelenggaraan administrasi pemerintahan khususnya. Dengan demikian, dapat terwujud sebuah pemerintahan yang bersih dan berwibawa berikut segenap petugasnya yang memiliki moralitas dalam melaksanakan tugas kewajiban dalam melayani kepentingan umum.

 

 

B.   Rumusan Masalah

1.    Jelaskan tentang etika sebagai salah satu cabang dari rincian filsafat !

2.    Jelaskan apa yang dimaksud dengan studi tentang etika umumnya dan etika administrasi pemerintahan khususnya ?   

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Etika sebagai Salah Satu Cabang dari Rincian Filsafat Sistematis

Filsafat lahir dan mulai berkembang ketika manusia merasa kagum terhadap dunia sekelilingnya. Filsafat sebagai suatu rangkaian kegiatan budi manusia pada dasarnya adalah pemikiran reflektif. Pemikiran itu senantiasa bersifat memantul dalam arti menengok diri sendiri. Pemantulan diri itu dilakukan dengan senantiasa bertanya dan mencari jawaban terhadap berbagai masalah yang sangat mencengangkan manusia sejak dahulu sampai sekarang. Budi pikiran itu dicengangkan oleh aneka masalah dan manusia melakukan perenungan untuk menenangkannya agar bebas dari ketidak-tahuan. Kini masalah-masalah yang mencengangkan itu oleh para filsuf disebut persoalan filsafati.

Segenap persoalan filsafati secara sistematis dapat dibedakan menjadi 6 jenis persoalan yang berikut.

1.    METAFISIKA

Istilah metafisika merupakan suatu ciptaan yang belakangan. Sesungguhnya istilah itu menunjuk pada 13 buku-buku Aristoteles sesudah buku-buku yang membahas fisika. Dalam istilah Aristoteles, Umu yang mempelajari hal ada sebagai hal ada dinamakan prote philosophia (artinya filsafat pertama), sedangkan fisika oleh Aristoteles disebut filsafat kedua.

Metafisika yang asal mulanya dalam konsepsi Aristoteles adalah studi tentang hal ada sebagai hal ada (hal ada sebagai demikian) mengalami perubahan yang luas sehubungan dengan objeknya, tekanan maupun peristilahannya. Filsafat ini membahas semua hal ada yang nyata.

Sebagian filsuf kemudian mempertahankan bahwa objek metafisika yang setepatnya ialah kenyataan, keberadaan, dan alam semesta. Dengan demikian, konsep-konsep yang paling pusat dari metafisika di samping hal ada ialah kenyataan, keberadaan, dan alam semesta. Secara tradisional metafisika dicirikan sebagai studi yang paling fundamental, paling komprehensif, dan sepenuhnya kritis terhadap diri sendiri dibandingkan dengan semua studi lainnya. Metafisika bersifat fundamental karena pertanyaan-pertanyaannya mengenai apakah yang ada atau sifat dasar yang sedalam-dalamnya dari hal-hal mendasari semua penyelidikan khusus. Metafisika bersifat komprehensif karena generalitasnya yang sangat umum dan sangkutannya dengan dunia sebagai suatu kenyataan. Metafisika kritis terhadap diri sendiri karena metafisika berlangsung tanpa asumsi-asumsi.

2.   EPISTEMOLOGI

Hampir semua filsuf berpendapat bahwa epistemologi merupakan studi filsafati terhadap pengetahuan, khususnya tentang kemungkinan, asal-mula, validitas, batas, sifat dasar, dan segi-segi pengetahuan lainnya yang berkaitan. Karangan tentang sejarah epistemologi dalam The Encyclopedia of Philosophy, Volume 3 (1967) mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dan ruang lingkup dari pengetahuan, praanggapan-praanggapan dan dasar-dasarnya, serta reliability umum dari tuntutan akan pengetahuan.

Epistemologi adalah setua filsafat itu sendiri. Plato dapat dikatakan merupakan pencipta yang sesungguhnya dari epistemologi karena ia berusaha membahas pertanyaan dasar, seperti Apakah pengetahuan itu? Di mana pengetahuan pada umumnya diperoleh? Apakah pancaindra memberikan pengetahuan? Dapatkah akal menyediakan pengetahuan?

3.   METODOLOGI

Filsafat modern telah dipenuhi dengan persoalan-persoalan tentang metode. Ini melahirkan suatu cabang baru dalam bidang pengetahuan filsafat sistematis yang dikenal secara luas dewasa ini sebagai metodologi. Cabang filsafat ini menunjuk pada studi filsafat tentang metode pada umnmnya. Maksud dari metode ialah suatu tata cara yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apa pun, apakah pengetahuan akal sehat, pengetahuan humanistik dan historis, atau pengetahuan filsafati dan ilmiah. Persoalan-persoalan metodologis dapat timbul tidak hanya dalam filsafat, melainkan juga dalam bidang berbagai ilmu. Oleh karena itu, kini metodologi cukup tepat dibedakan menjadi metodologi filsafati dan metodologi ilmiah.

Metodologi filsafati membahas semua persoalan tentang metode-metode filsafat. Hal ini bukan suatu usaha yang mudah dan sederhana karena banyak metode dipakai, dapat dipakai, dan perlu dipakai. Banyak filsuf dewasa ini menyadari bahwa tidak ada metode yang khas bagi filsafat. William James mengatakan bahwa para filsuf dapat mempergunakan sesuatu metode apa pun secara bebas. Karl Popper berpendapat bahwa filsuf-filsuf adalah sebebas yang lainnya untuk mempergunakan metode apa saja dalam mencari kebenaran.

4.   LOGIKA

Bilamana satu pernyataan atau lebih membawa kepada suatu pernyataan baru yang hams diterima apabila pernyataan yang semula diterima, hanya semata-mata karena bentuknya dan bukan isi dari pernyataan semula itu, proses memperoleh pernyataan yang bam itu disebut penyimpulan deduktif. Logika dapat dicirikan sebagai suatu teori tentang penyimpulan deduktif atau suatu cabang filsafat yang bersangkutan dengan aturan-aturan penyimpulan yang sah.

Berhubung dengan perkembangan logika yang luar biasa pada waktu akhir-akhir ini, logika dapat dipelajari demi kepentingan intrinsiknya sendiri atau untuk penerapannya, dalam berbagai bidang intelektual. Logika mempunyai banyak penerapan yang jauh melampaui batas dari sesuatu cabang ilmu tunggal. Patokan-patokan kritisnya mempunyai penerapan dalam sesuatu ilmu yang memakai penyimpulan dan dalam sesuatu bidang yang

 kesimpulan-kesimpulannya hams didukung dengan bukti. Hubungannya dengan cabang-cabang lain dari filsafat sistematis telah menjadi semakin dekat.

5.    ETIKA

Cabang dari filsafat sistematis yang bersangkutan dengan persoalan-persoalan moralitas pada umumnya dinamakan etika. Dua istilah lain yang diterima ialah filsafat moral dan filsafat etis.

6.    ESTETIKA

Ada banyak definisi tentang estetika. Pada ujung yang satu estetika secara tradisional dinyatakan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan keindahan dan hal yang indah pada alam dan seni, pada ujung yang lain estetika didefinisikan sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan analisis konsep-konsep dan pemecahan persoalan-persoalan yang timbul bilamana seseorang merenungkan benda-benda estetis. Selanjutnya, benda-benda estetis mencakup semua benda dari pengalaman estetis. Dari definisi yang banyak itu dapatlah diringkaskan bahwa estetik adalah mata pelajaran filsafati atau malahan studi ilmiah yang bersangkutan dengan salah satu dari hal-hal yang berikut.

1.         Keindahan.

2.         Keindahan dan kejelekan.

3.         Hal yang indah pada alam dan seni.

4.         Hal yang estetis.

5.         Seni.

6.         Cita rasa.

7.         Patokan-patokan seni.

8.         Nilai estetis.

9.         Benda estetis.

10.     Pengalaman estetis.

 

 Para filsuf akhir-akhir ini tidak lagi membicarakan keindahan semata-mata, melainkan juga membahas seni dengan semua seginya (seperti penciptaan, penghargaan, peranan sosial, dan unsur-unsur seni) dan pengalaman estetis dengan semua implikasinya (seperti sikap estetis, kesadaran estetis, kenikmatan estetis, dan tanggapan estetis). Jadi, filsuf-filsuf dewasa ini tidak hanya sibuk dengan estetika filsafati (khususnya filsafat keindahan), tetapi juga dengan apa yang dinamakan oleh Getorge Dickie dan Monroe Beardsley sebagai estetika ilmiah.

7.   SEJARAH FILSAFAT

Cabang terakhir yang ke-7 dari filsafat sistematis dapat dianggap sebagai pembahasan yang harus menjawab pertanyaan besar "Apa yang telah diyakini orang arif dari masa lampau?" Sejarah filsafat adalah pemeriksaan yang teliti terhadap sistem-sistem filsafat, penafsiran yang kritis dari pemikiran para filsuf terhadap persoalan-persoalan filsafati, dan cerita yang benar mengenai perkembangan filsafat dari masa yang paling awal sampai sekarang.

Sejarah filsafat terdiri dari 3 bagian, yaitu sejarah filsafat menurut pembagian masa, sejarah filsafat dari sesuatu negara (misalnya sejarah filsafat India atau Inggris), dan sejarah cabang-cabang filsafat.

Sejarah filsafat menurut pembagian masa dapat mengikuti beberapa ukuran pembagian. Sebuah pembagian yang terinci dari sejarah filsafat Barat menurut masa adalah sebagai berikut.

1.      Masa dari pemikiran reflektif permulaan.

2.      Masa pra-Sokrates.

3.      Masa Klasik.

4.      Zaman Hellenistik Permulaan.

5.      Abad Kristen Permulaan.

6.      Abad Pertengahan (Zaman Kepercayaan).

7.      Masa Renaisans (Zaman Petualangan).

8.      Abad ke-17 (Zaman Akal).

9.      Abad ke-18 (Zaman Pencerahan).

10.  Abad ke-19 (Zaman Ideologi).

11.  Abad ke-20 (Zaman Analisis).

 

B. Studi tentang Etika Umumnya dan Etika Administrasi Pemerintahan Khususnya

Etika sebagai suatu studi yang bersifat umum adalah salah satu cabang dari rincian filsafat sistematis. Untuk menegaskan kedudukannya sebagai cabang filsafat, etika dapat juga disebut filsafat moral dan filsafat etis. Dari 2 penyebutan nama yang merupakan srnonim itu kata moral dan kata etis dianggap mempunyai pengertian yang sama.

Dalam bahasa Inggris istilah ethics (etika) dan morality (moralitas) merupakan 2 kata sepadan yang sama artinya. Istilah ethics berasal dari kata Yunani ethikos dan istilah morality berasal dari kata Latin moralis. Berdasarkan asal mula katanya, kedua istilah itu mempunyai kadar arti yang sama.

Etika sebagai suatu bidang studi berusaha memperoleh jawaban yang tepat atau memberikan pembenaran yang rasional terhadap persoalan-persoalan etis yang berikut.

1.         Apakah kebaikan itu?

2.         Adakah ukuran-ukuran yang pasti bagi perbuatan-perbuatan etis manusia?

3.         Apakah masalah baik dan buruk hanya penting bagi manusia ataukah juga untuk alam semesta ini?

4.         Berbagai persoalan tentang sifat dasar tindakan manusia, pertentangan moral, pertimbangan moral, kewajiban moral, pertanggungjawaban moral, dan kelakuan moral.

5.         Apakah yang merupakan patokan-patokan untuk membuat suatu pertimbangan moral?

6.         Bagaimana pertimbangan moral berbeda dari dan bergantung pada sesuatu pertimbangan yang nonmoral?

 

Konsep yang paling pokok dalam etika ialah moralitas. Maksud dari moralitas ialah suatu himpunan norma dari ide-ide tentang apa yang merupakan perilaku yang benar dan salah yang mengatur kelakuan orang dalam kehidupan sosial. Konsep ini melahirkan serangkaian gagasan lain yang sejenis, seperti ide-ide tentang benar atau salah dan baik atau buruk, nilai moral, asas moral, aturan moral, pertimbangan moral, patokan moral, keharusan moral, tanggung jawab moral, dan summum bonum (kebaikan tertinggi).

Berbagai konsep tersebut di atas, khususnya tentang benar atau salah dan baik atau buruk berlaku dalam kehidupan manusia sehari-hari di masyarakat umum. Oleh karena itu, studi etika itu biasanya dikenal sebagai etika umum. Semua warga masyarakat dalam kehidupannya pada umumnya diharapkan melakukan perbuatan yang benar atau menghindarkan perbuatan yang salah dan sebagai pribadi menunjukkan sikap yang baik atau meniadakan sikap yang buruk. Dengan demikian, dapatlah tercipta suatu kehidupan masyarakat yang aman, damai, dan tenteram.

Etika umum berusaha memberikan berbagai pedoman mengenai konsep benar atau salah bagi perbuatan manusia dan konsep baik atau buruk dalam sikap pribadi manusia. Setiap warga masyarakat perlu sekali mempelajari berbagai    pedoman    itu,    memahaminya    secara   baik,    dan    terakhir menerapkannya dalam semua perbuatannya dan  sikapnya dalam hidup bermasyarakat.

Dengan demikian, kini cabang etika dapat dibedakan menjadi 2 ragam berikut :

1. Etika umum

2. Etika khusus Berikut marilah kita

 

Etika Administrasi bagi Administrator Pemerintahan

Salah satu etika khusus yang kini telah berkembang ialah etika pemerintahan. Etika ini sebagai suatu bidang studi membahas pokok-pokok soal yang menyangkut tujuan pemerintah, pembatasan terhadap pemerintah, pemerintahan oleh hukum atau pemerintahan oleh orang-orang, perbandingan bentuk-bentuk pemerintahan yang baik dan yang buruk, pengaruh dari bentuk-bentuk pemerintahan yang berlainan pada pembentukan watak manusia, dan tentang bentuk pemerintahan yang ideal.

Berbagai persoalan etis selain ditujukan pada bidang pemerintah sebagai suatu kebulatan dapat pula dibatasi pada salah satu fungsi dan aparaturnya. Misalnya, pembahasan persoalan-persoalan etis hanya dalam hubungannya dengan fungsi administrasi dan kelompok administrator. Pembahasan itu kini telah melahirkan bidang studi yang dikenal sebagai etika administrasi pemerintahan.

Dalam setiap bentuk kehidupan perserikatan manusia untuk mencapai tujuan apa pun tentu berlangsung suatu proses yang kini telah amat terkenal sebagai administrasi. Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu.

Setiap kerja sama manusia apa pun dan rangkaian kegiatan penataan bagaimanapun perlu sekali berpegang pada asas-asas moral dan ajaran-ajaran moral. Tanpa berbagai asas dan ajaran moral dari etika dalam sesuatu perserikatan manusia mungkin hanya terjadi kezaliman pada pihak pimpinan, kesewenang-wenangan pada pemegang wewenang, dan penindasan pada para anggota bawahan.

Etika administrasi pemerintahan merupakan penerapan studi filsafat dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Etika ini merupakan bidang pengetahuan tentang ajaran-ajaran moral dan asas-asas kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam menjalankan tindakan jabatannya. Bidang pengetahuan ini diharapkan memberikan berbagai asas etis, ukuran baku, pedoman perilaku, dan kebajikan moral yang dapat diterapkan oleh setiap petugas guna terselenggaranya pemerintahan yang baik bagi kepentingan rakyat.

Sebagai suatu bidang studi, kedudukan etika administrasi pemerintahan untuk sebagian termasuk dalam ilmu administrasi publik dan sebagian yang lain tercakup dalam ruang lingkup studi filsafat. Dengan demikian, etika administrasi pemerintahan sifatnya tidak lagi sepenuhnya empiris seperti halnya ilmu administrasi publik, melainkan terutama bersifat normatif. Ini berarti etika administrasi pemerintahan berusaha menentukan norma-norma mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap administrator dalam melaksanakan fungsinya dan menjalankan jabatannya.

Etika administrasi pemerintahan sebagai suatu ragam etika khusus dalam ruang lingkup etika yang membahas kebaikan, tindakan etis, dan kelakuan moral dari manusia harus menjadi obat mujarab terhadap penyakit keburukan yang melanda suatu masyarakat. Tidak ada bidang pengetahuan lain yang dapat memerangi setiap kejahatan, kekejaman, kebohongan, pengrusakan, dan penyelewengan yang sedang menghinggapi suatu masyarakat. Oleh karena itu, kedua etika umumnya dan etika administrasi pemerintahan khususnya harus makin digalakkan studinya dan lebih disebarluaskan pemahamannya pada setiap warga masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat sembuh dari penyakit keburukan dan semua warganya akan menikmati kehidupan yang aman, damai, dan tenteram.

 

BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

1. Etika sebagai Salah Satu Cabang dari Rincian Filsafat Sistematis

Filsafat lahir dan mulai berkembang ketika manusia merasa kagum terhadap dunia sekelilingnya. Filsafat sebagai suatu rangkaian kegiatan budi manusia pada dasarnya adalah pemikiran reflektif.  Segenap persoalan filsafati secara sistematis dapat dibedakan menjadi 6 jenis persoalan yang berikut : Metafisika,  Epistemologi, Metodologi,  Logika, Etika, Estetika dan Sejarah filsafat

2. Studi tentang Etika Umumnya dan Etika Administrasi Pemerintahan Khususnya

Dalam bahasa Inggris istilah ethics (etika) dan morality (moralitas) merupakan 2 kata sepadan yang sama artinya. Istilah ethics berasal dari kata Yunani ethikos dan istilah morality berasal dari kata Latin moralis. Berdasarkan asal mula katanya, kedua istilah itu mempunyai kadar arti yang sama.

Etika umum berusaha memberikan berbagai pedoman mengenai konsep benar atau salah bagi perbuatan manusia dan konsep baik atau buruk dalam sikap pribadi manusia. Setiap warga masyarakat perlu sekali mempelajari berbagai    pedoman    itu,    memahaminya    secara   baik,    dan    terakhir menerapkannya dalam semua perbuatannya dan  sikapnya dalam hidup bermasyarakat.

Dengan demikian, kini cabang etika dapat dibedakan menjadi 2 ragam berikut : 1. Etika umum dan 2. Etika khusus

 

B. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah yang sederhana ini masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi, oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritikan yang bersifat membangun.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

The Liang Gie, 2014  Studi tentang Etika Umumnya dan Etika Administrasi Pemerintahan Khususnya,  Tanggerang Selatan, Universitas Terbuka